Heartless
*Song Fiction, inspiration by Super Junior – Storm song.
25 Desember 2012, Seoul.
“Selamat natal!” teriak seorang gadis pembawa acara disekolahnya, Choi Hyerin.
“Selamat menikmati pesta natal yaa! Pesta dimulai!” serunya.
Penonton bersorak gembira saat Hyerin memulai malam natal penuh kegembiraan tersebut.
“Hai” sapa seorang pria yang menunggunya ditangga panggung, Hyerin yang baru melangkah 2 anak tangga pun terlonjak kaget.
“Ah! Oppa! Mengagetkanku saja huft” sebalnya.
Pria yang akrab dipanggil oppa itupun memberikan hadiah. Sekotak kecil persegi panjang dengan balutan kertas merah dan pita hijau.
“Aku baru saja tiba dari Swiss, kau tidak merindukan oppamu huh? Choi Hyerin” ujarnya, Hyerin yang melihat kado itupun mengambilnya dengan wajah yang bingung.
“Ini untukku?” tanyanya lagi, pria itu tertawa ringan.
“Tentu saja adikku yang cantik” jawabnya.
Mereka pun mengikuti pesta sekolah tersebut dengan nikmat, hari besar dengan penuh orang-orang yang berbahagia, membuat Hyerin dan pria itu juga gembira.
“Oppa, bagaimana keadaan Appa disana?” tanya Hyerin tiba-tiba pada pria disebelahnya.
“Dia baik, hanya sibuk mengurus bisnis disana. Oh ya dia menyampaikan selamat natal padamu ia minta maaf karena tidak pulang pada natal tahun ini” jawab pria yang mirip sekali dengannya itu, Hyerin tersenyum.
“Selama ia baik-baik saja, aku juga baik-baik saja hehe” ucapnya membuat pria disampingnya tambah menyayangi gadis kecil disampingnya tersebut.
“Ya! Choi Minho!” teriak pria dari kerumunan orang-orang berpesta.
“Woah! Park Yoochun!” sapanya, ia menemukan sahabat lamanya tengah berpesta diacara sekolah ini.
“Woah Hyerin, kenapa kau tidak bilang jika Minho sudah pulang?” tanya Yoochun pada Hyerin, Hyerin mengendikkan bahu.
“Dia saja baru sampai disini 30 menit yang lalu dari Swiss” jawab Hyerin, Yoochun mengangguk tanda mengerti.
“Kau menjaga adikku dengan baik ‘kan?” tanya pria yang disebut Choi Minho oleh Yoochun tersebut.
“Tentu saja, tanya saja adikmu” jawab Yoochun ringan, Hyerin mendengus kesal.
“Tidak, setiap hari ia kerjaannya hanya menggoda gadis yang lewat didepannya. Bagaimana mungkin ia menjagaku?” cibir Hyerin, Yoochun memukul kepalanya.
“Yah! Tidak seburuk itu eoh” kesal Yoochun pada Hyerin, Hyerin hanya me’death glare’kan Yoochun.
“Tidak pernah berubah, dari dulu seperti itu” dengus Minho, Yoochun hanya tertawa.
Choi Minho adalah kakak Hyerin yang lebih tua 2 tahun darinya. Ia pindah ke Swiss bersama ayahnya untuk menemani ayahnya disana. Sementara Hyerin bersama ibunya di Korea. Minho pindah saat kelas 1 menengah atas meninggalkan sobatnya, Park Yoochun.
“Chagi~~” suara manja yang bukan berasal dari ketiganya terdengar pada telinga ketiganya.
“Nugu?” tanya Minho saat ada seorang wanita yang menggandeng manja Yoochun, Yoochun menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan salah tingkahnya.
“Perkenalkan ini kekasihku, Go ara” ujarnya, Hyerin menatap keduanya tidak suka.
“Oh kekasih barumu” jawab Minho dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Oh tuhan lindungi mata anakmu yang polos ini, mataku iritasi melihat wanita ini” ketus Hyerin seolah sedang berbicara pada yang kuasa, wanita ini tidak suka.
“Maksudmu ap.. hei! Kembali eoh!” seru Yoochun yang baru saja ingin marah pada Hyerin tapi Hyerin sudah pergi meninggalkan Minho, Yoochun dan Ara.
“Anak kecil yang menyebalkan” gerutu Ara yang kemudian didengar Minho, sang kakak dari ‘anak kecil yang menyebalkan’ tersebut.
“Jaga ucapanmu nona, benar kata adikku. Kau membuat matanya iritasi dengan tingkah manjamu yang tidak sesuai dengan umurmu yang sudah bangkotan. Tidak tahu malu” sergah Minho tidak suka pada kekasih sang sobat.
“Oh kau oppa nya” ujar Ara, Minho hanya mendengus dengan senyum yang meremehkan.
“Yoochun, sebaiknya ajari kekasihmu bagaimana bertingkah laku sesuai dengan umurnya. Aku pamit” ujar Minho yang kemudian meninggalkan keduanya.
Semilir angin malam musim dingin benar-benar membuat angin itu menembus sampai ketulang siapapun yang melaluinya, termasuk gadis kecil dengan pakaian hangat yang minim. Ia hanya memakai hoodie hijau, sweater putih panjang dengan pasangan rok merah, kaus kaki panjang selutut dan boots. Ia melupakan sarung tangannya, membuat kuku-kukunya membiru.
“Dasar playboy” gerutu Hyerin yang masih kesal pada Yoochun.
“Mata keranjang” lanjutnya lagi dengan menggosok-gosokkan tangannya.
“Idiot”
“Autis”
Sepanjang jalan menuju pulang ia hanya menggerutu betapa menyebalkan sobat oppa nya, yang selalu membuatnya marah setiap hari.
“Hyerin!” panggil seorang pria dibelakangnya.
“Ya tuhan… Kumohon satu saja, jauhkan aku darinya. Astagaa~” mohonnya sambil menatap bintang yang paling bersinar dilangit yang menurunkan salju tersebut. Ia menghiraukan panggilan yang berada dibelakangnya.
“YA CHOI HYERIN” teriak khawatir terdengar ditaman sungai han tersebut, pengunjung banyak yang melihatnya karena teriakannya.
Bagaimana tidak? Ia melihat adiknya ambruk dari kejauhan.
“Seseorang katakan padaku ada apa dengannya, hiks Hyerin ireonaa” ujarnya sendirian.
Ia menemukan adiknya tengah mengeluarkan darah yang segar dari hidungnya, ia mengangkat tubuh ringan tersebut lalu membawanya pulang kerumah yang tak jauh dari sana.
“Oi Park Yoochun!” seru Minho didalam telepon yang menghubungkan kesobatnya
“Hmm?” jawab Yoochun malas.
“Tadi malam adikku pingsan, kemungkinan saat malam tahun baru ia tidak boleh keluar karena kondisinya yang lemah” jelas Minho, Yoochun yang mendengarnya sangat khawatir.
“Bagaimana keadaannya sekarang? Kalau begitu aku akan menjenguknya” ujar Yoochun.
“Jangan! Hyerin butuh istirahat yang banyak. Nanti kuhubungi kembali”
Minho memutuskan sambungan teleponnya pada Yoochun, ia tidak suka dibantah karena ia tahu sobatnya suka membantah.
“Siapa yang menelpon chagi?” tanya wanita disebelahnya yang positif adalah kekasih Yoochun, Ara.
“Minho” jawabnya singkat, ia sedang tidak dalam mood yang baik.
“Yang mana?” tanya ara dengan keingintahuannya yang besar.
“Kakak dari ‘anak kecil yang menyebalkan’ yang kau sebut itu” jawab Yoochun, Ara tertawa centil.
“Ada apa ia menelponmu?” tanya Ara lagi, Yoochun mendengus lalu menatap Ara.
“Jangan banyak bicara, habiskan dessert-mu aku lelah ingin pulang eoh aish” protes Yoochun yang membuat Ara menekuk wajahnya.
“Hyerin dan Hyerin, cih” gerutu Ara dalam hati.
Sementara diwaktu yang sama namun dilain tempat, gadis kecil tengah membuka matanya. Ia melihat dokter pribadinya tengah memeriksanya.
“Eungg~ Samchonie ada apa denganku?” tanya Hyerin, dokter bernama Jo Kyuhyun itu tersenyum dan mengelus kepalanya.
“Kau pingsan semalam dengan mimisan” jawab dokter yang akrab dengan Hyerin tersebut.
“Oh mimisan” timpal Hyerin dengan ringan, membuat dokternya curiga.
“Kau sering mimisan Hyerin-ah?” tanya dokter itu, Hyerin mengangguk kecil.
“Seberapa sering?” tanya lagi dokter itu dengan tatapan khawatir.
“Hampir setiap malam, tak jarang saat aku sekolah juga mimisan” jawab Hyerin dengan nada yang biasa saja.
“Hari ini aku akan mengambil sampel darahmu dan melihat hasilnya dirumah sakit, aku takut kau terkena penyakit serius eoh. Mimisan bukan hal yang kecil Hyerin-ah” ujar dokter itu yang lalu membuka tasnya mengambil sarung tangan dan suntikkan dengan beberapa botol sampel.
“Ah suntik lagi, aku benci disuntik” cibir Hyerin dengan wajah jengahnya, dokter itu hanya tersenyum. Ia menyuntikkan jarum tajam tersebut menembus kulit Hyerin dan mengambil darahnya.
“Selesai” ujar dokter itu yang lalu memasukkan sampel darah, bekas suntikkan dan sarung tangannya ke dalam tasnya. Hyerin tersenyum senang karena sudah selesai disuntik.
“Aku akan datang besok untuk memberitahu apa yang terjadi padamu, jaga pola makanmu arra? Setelah makan coklat sikat gigimu, aku tidak mau melihat gigi deret rapi mu menjadi bolong-bolong kkk~” nasihat dokter itu yang ditanggapi pout oleh Hyerin.
“Arraseo arraseo Kyunie samchon huft”
“Kyunie samchon pamit dulu ne? Annyeong gadis kecil manja kekeke” pamit Dokter Jo dengan menggoda pasien kerabatnya, Choi Siwon ayah dari Choi Hyerin.
“Minho, aku sudah selesai. Samchon pamit” ujar dokter itu lagi pada Minho yang tengah berpapasan dengannya. Minho mengangguk tanda mengerti dan bow hormat.
“Gamshamnida”
Cklek
“Oppaaa~” seru Hyerin yang segera bangun melihat Minho memakai sweater hangat hitam yang familiar dimatanya.
“Aku pinjam hehe” ujar Minho sebelum adik kesayangannya itu menggigitnya seperti dulu lagi.
“Haish selalu saja sweater kesayanganku, jika kau adalah Yoochun. Aku akan menendang kepalamu huh” cibirnya, Minho mendekat sembari tertawa.
“Hahaha sebenci itukah kau pada Yoochun umm? Kkk~” tanya Minho disela tawanya, Hyerin menjadi sebal pada oppanya, gigi nya gatal.
“Mau ku gigit?” tanya Hyerin beringas, Minho tiba-tiba memeluknya.
“Ah~ seberapa galaknya adikku tetap saja oppa nya merindukannya sampai susah bernafas” ujar Minho melembut
.
Siapapun tahu Minho menyayangi adiknya tersebut. Pasalnya ia memang menginginkan adik yang seperti Hyerin. Manja, galak, menggemaskan dan Hyerin adalah adik yang ia impikan.
“Aku akan benar menggigitmu jika kau terus mengatakan hal itu Minho oppa” jawab Hyerin dengan sebal.
Sesebal apapun Hyerin pada Minho, tetap yang namanya berpelukkan ia akan memeluknya balik. Ia sangat merindukan Minho-nya, ia benar-benar makan hati jika bersama Yoochun. Karena Yoochun membagi kasih sayang kepada Hyerin kepada orang lain juga. Membuat Hyerin kesal dan marah.
“Jangan mengigit anak anjing yang lucu milik oppaaa~~ chu chu~~ AAWWW”
Kesalahan Minho dari dulu, menyebut Hyerin dengan sebutan anak anjing dan berakhir ciplakkan gigi di kulit Minho yang sedikit gelap tersebut.
“Rasakan itu” ledek Hyerin, Minho meringis. Rasanya ingin ia gigit balik tapi apa daya? Menyangkut Hyerin ia tidak akan melawan.
Yoochun tengah bertengkar dengan Ara karena Ara merasa Hyerin yang dipentingkan, Ara menghasut Yoochun untuk membenci Hyerin dan nenek sihir itu berhasil menyihir Yoochun dengan mulut bisanya.
“Seperti sebelumnya yang kukatakan, ia pura-pura tersandung lalu menyemprotkan susu coklatnya kebajuku. Lalu saat pelatihan dasar kepemimpinan minggu lalu ia dengan sengaja melemparmu dengan batu bukan? ia memukulmu dan sebagainya” cerocos Ara yang membuat Yoochun kembali berfikir.
“Ia membencimu, untuk apa kau menjaganya? Oppanya sudah kembali Yoochun-ah” lanjut Ara, Yoochun mengangguk terhasut.
“Benar, anak itu tidak pernah menghargaiku. Kau benar. Ara mianhae telah menduakan keberadaanmu dengan Hyerin, aku mencintaimu” ujar Yoochun.
Jauh dilubuk hatinya, Hyerin adalah sosok anak kecil yang patut ia jaga namun kebencian karena sikap anak itu membuatnya menghalangi penglihatannya kedalam hatinya.
“Jadi…. Kau kerumah Minho?” tanya Ara memastikan, Yoochun menoleh dan mencium wanita itu dengan perlahan dan melepasnya.
“Tentu tidak, untuk apa?” jawab Yoochun yang membuat Ara tersenyum sinis.
“Kali saja kau masih mengkhawatirkan anak itu?” ujar Ara lagi.
Yoochun menoleh dengan senyumannya, ia mendekati Ara dan mencium bibir Ara dengan intim. Selepasnya Ara menatap Yoochun meminta penjelasan atas perlakuannya tersebut.
“Kau cemburu hmm? Kelinci licik?” tanya Yoochun yang dibalas pukulan ringan oleh Ara.
“Tentu saja bodoh”
Musim dingin telah lewat dan liburan musim dingin pun berakhir, semua berjalan sesuai dengan takdir yang tuhan tulis. Seperti Hyerin yang sudah kembali semangatnya saat tahu Oppanya kembali ke korea dan sekolah ditempatnya.
“Oppa kau nanti ulangan tengah semester duduk bersamaku ya?” tanya Hyerin, Minho yang sedang mengayuh sepeda membonceng Hyerin langsung berdeham.
“Uhum… aku dibelakangmu, kau duduk dengan Yoochun” jawab Minho yang sedikit menolehkan kepalanya kesamping agar Hyerin dapat mendengar dengan jelas.
“Dasar playboy, pria idiot, jidat lebar, bibir tebal, idiot, autis!” celoteh Hyerin yang mudah didengar Minho.
“Kau mengataiku?” tanya Minho, Hyerin tidak menjawab.
“Aku tidak playboy jadi itu bukan aku, tapi Yoochun hahaha” tawanya ringan, Hyerin menggerutu kesal.
Mereka berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda yang dikemudikan oleh Minho karena Hyerin tidak bisa naik sepeda. Sesampainya dikelas Hyerin segera membuka buku dan belajar juga terkadang bercanda bersama temannya.
“Hyerin, oppa jidat lebarmu mana?” tanya Hana teman satu baris bangku dengannya.
“Sebut namanya lagi kurusak rambutmu eoh” jawab Hyerin ketus, teman sebangku Hyerin tertawa nista melihat temannya kembali badmood Karena Yoochun.
“Uri Hyerin badmood karena sijidat lebar itu hahaha” timpal Yoonso yang meledak mendengar Hyerin seperti itu.
Kreekk
Hyerin menendang kursi Yoonso dengan wajah murka.
“Kalian tidak membantuku aishh!” teriak Hyerin frustasi, teman yang lainnya menatapnya dengan bingung. Ada apa dengan Hyerin?
“Mau kemana dia…” tanya Yoonae teman sebangku Hana pada Yoonso dan Hana.
“Vending machine, beli susu pembangkit mood” jawab Yoonso dengan kekehan kecilnya.
Hyerin bergegas keluar untuk ke kantin sekolah tepatnya ketempat Vending Machine minuman dingin, ia menekan tombol nomor 7 setelah menggesek kartu khusus mesin tersebut dengan mengisi saldonya disuatu tempat.
Pluk
Jatuhlah sekotak susu coklat yang sangat Hyerin gemari, ia mengambilnya dan menusukkan sedotan kecil itu kelubang yang tersedia untuk sedotan dikotak susu itu. Ia menyedotnya dengan seluruh perasaannya. Hanya susu coklat dan sesuatu yang manis dapat meringankan dirinya.
“Yah”
Seseorang memanggilnya, Hyerin berbalik dan berhenti menyedot sedotan yang tertuncap dikotak susunya.
“Jangan mendekati Yoochun lagi, arra?” ujar orang itu lagi, Hyerin terpaku dengan susu digenggamannya.
“Kau yang enyah dariku” jawab Hyerin berani, ia menyemprot susu itu kearah wajah orang yang tengah berbicara dengannya.
“YAH! SIALAN!” umpat orang itu setelah menemukan Hyerin lari dengan senang yang telah mengotori wajah dan bajunya.
“Kau akan mendapat ganjarannya!” geram orang itu, Hyerin yang sedang menuju kelas tidak tahu apa yang digumamkan orang itu.
Hyerin balik ke kelasnya dengan wajah ceria, ketiga temannya yang sangat dekat pada Hyerin hanya menggelengkan kepalanya.
“Aneh” gumam ketiganya bersamaan sebelum Hyerin dekat pada posisi mereka.
Semua berjalan seperti biasa setiap harinya, musim dingin terus menderai negara gingseng tersebut. Ujian tengah mendekat pada mereka, Hyerin sangat menunggu saat yang ia nanti. Karena jika nilainya besar, Minho maupun ibunya akan memberinya hadiah, rencana keluarga yang membangun semangat Hyerin, membantu perkembangan Hyerin.
Minho dan Hyerin sangat akrab sebagai adik-kakak, Yoochun sudah lama tidak berhubungan dengan keduanya melainkan sibuk dengan Ara. Nenek sihir penghasut katak playboy sepertinya.
“Hyerin-ah bagaimana keadaanmu hari ini?” tanya Yoona sang ibu dari Hyerin dan Minho, ia duduk dikursi kepala keluarga yang ada di meja makan saat itu. Memperhatikan segala gerak Hyerin, anak kesayangannya.
“Aku baik, aku merasa sehat saja. Tapi… kenapa yah kepalaku sering pusing jika baru beranjak dari duduk? Atau saat aku menegakkan kepalaku setelah menunduk?” jawabnya dengan pertanyaan, Minho yang baru saja turun mendengar itu segara duduk disebelah Hyerin.
“Itu gejala anemia eomma” jawab Minho yang segera mengambil roti isi yang disiapkan Yoona sebelumnya, wajah Yoona menyiratkan kekhawatiran yang amat besar.
“Sebaiknya saat pulang sekolah kau cek kesehatan pada paman Jo, arraseo?” saran Yoona dengan mengacak rambut Hyerin, Hyerin hanya tersenyum senang mendapat perlakuan seperti itu.
“Gomawo eomma, aku akan pulang cepat” jawab Hyerin yang segera berdiri namun ia berpegangan pada Yoona.
“Hyerin-ah, waeyo??” tanya Minho khawatir dengan roti penuh dimulutnya, Hyerin tersenyum sembari memegang kepalanya. Yoona memegangnya erat tepat dibahu Hyerin.
“Pusing ehehehe” jawab Hyerin yang seketika kembali tegak.
“Kau yakin ingin berangkat sekolah?” tanya Minho, Hyerin mengangguk pasti.
“Aku hanya sedikit pusing tidak banyak” jawab Hyerin yang dapat kekehan dari ibunya, Yoona tersenyum.
“Kalau begitu kalian berangkat diantar Yoon Ajussi, ne?” ujar Yoona pada keduanya, Minho setuju dan Hyerin mengangguk.
“Ppai eomma” ujar keduanya, Yoona melambaikan tangannya dan mengikutinya sampai depan dan juga sampai mobilnya hilang menjauh dari pandangannya.
“Kyuhyun harus tahu ini” gumamnya khawatir.
Sekolah masih sangat sepi karena hari ini free day, Hyerin tidak mau mengikuti apapun. Ia hanya mau dikelas membaca novel ditemani susu dan Minho tentunya.
“Triangle love?” ucap suara husky yang mengusik konsentrasi Hyerin yang sedang membaca.
Kebetulan Minho sedang keluar membeli snack untuk Hyerin. Hyerin menurunkan novelnya dan menutup novelnya tanpa menandainya dengan kertas penanda.
“Sedang apa kau dikelasku?” ketus Hyerin, pria bersuara husky itu hanya tertawa renyah.
“Menemuimu” jawabnya, Hyerin melempar novel tebalnya tepat didahi lebar pria itu.
“Yah! Park Yoochun idiot!” teriak Hyerin, Yoochun mengusap dahinya yang memerah karena novel itu mengenai dahinya.
“Yah…. Lama-lama kau yang membuatku menjadi idiot Choi Hyerin” gerutu Yoochun kesal, Hyerin membelakangi Yoochun, memilih memandang lapangan luas sekolahannya.
“Mianhae, dahimu tidak berdarah ‘kan?” tanya Hyerin tanpa menoleh sedikitpun.
“Tidak sampai bocor hanya dengan novel hehe” jawab Yoochun ringan.
Hyerin menoleh dan menghampirinya. Mengambil selembar tissue yang ada dimejanya dan mencari sebuah antiseptic ditasnya, menuangkannya sedikit dan mendekati Yoochun untuk diobati.
“Mianhae, itu memerah dan sedikit lecet. Aku kesal padamu eoh Park Yoochun autis” sesalnya.
Dengan menempelkan tissue itu didahi Yoochun, wajahnya sangat dekat membuat Hyerin berdebar dan tidak berani melihat mata Yoochun. Dikantungnya masih tersimpan plester persediaan miliknya, ia memakaikannya pada Yoochun.
“Aww…. Sakit juga eh? Hehe” ringsi Yoochun dengan tawa ringannya, Hyerin tersenyum.
“Ara-ssi akan marah jika kau kesini hanya untuk menemuiku eoh” ucap Hyerin yang kembali duduk ditempatnya, Yoochun duduk menghadap Hyerin dihadapan Hyerin.
“Siapa bilang aku ingin menemuimu? Kau terlalu percaya diri” sahut Yoochun mengejek Hyerin, Hyerin meremas kotak susu bekasnya dan melemparnya kearah Yoochun.
“Dasar idiot!” teriak Hyerin.
Krieett
Pintu kelas terbuka dan terdapat Ara yang sedang berdiri dengan angkuhnya.
“Sedang apa kau disini eoh?” tanya Ara pada Yoochun yang tadi sedang tertawa renyah pada Hyerin.
“Ada perlu pada Minho, lalu aku menemukan Hyerin disini” jawab Yoochun ringan, mengambil satu kotak susu Hyerin. Hyerin tidak peduli pada kehadiran Ara, ia melanjutkan membaca novel miliknya.
“Bayar susu kotakku seharga susu itu, umm kalau bisa dua kali lipat hehe” ucap Hyerin masih berkutat pada novelnya, Ara mendekatinya dan merebut novel Hyerin juga segera membuangnya ke luar jendela.
“Kau tidak menghormati kehadiranku eoh?” tanya Ara sarkastik, Hyerin masih dalam posisi memegang buku lalu tersenyum juga berdiri.
“Ambil” perintah Hyerin singkat dengan menunjuk ke luar jendela yang membuat Ara mengeraskan rahangnya.
“Dimana kesopanan seorang anak dari keluarga Choi?” tanyanya lagi, Hyerin mendecih dan menampar Ara.
“Hyerin!” bentak Yoochun yang memukul kepala Hyerin dengan lumayan kencang.
Pria mana yang terima kekasihnya ditampar? Apalagi oleh orang yang sudah kau anggap saudara sendiri?
“Kalian keluar” ujar Hyerin pelan dengan menundukkan kepalanya, wajahnya memanas dan matanya membendung airmata.
“Minta maaf padanya sekarang” perintah Yoochun, Hyerin diam tidak bicara ataupun bergerak. Hanya suara deruan nafas yang memburu dari Hyerin yang terdengar.
“Kau dengar Choi Hyerin? Minta maaf padaku sekarang” timpal Ara, Hyerin masih diam dengan mengepalkan tangannya. Entah apa yang ia rasakan. Kesal atau marah atau sedih?
Tes…
Setetes airmata dan darah jatuh bersamaan membuat Yoochun dan Ara sedikit terkejut namun Ara tidak habis akal, ia menyangkal itu semua.
“Mengambil kesempatan ini untuk mengambil hati Yoochun? Murahan” ujar Ara, Hyerin sama sekali tidak menggubris kata-kata Ara. Ia berjalan menabrak keduanya yang tadi ada dihadapannya.
“Hyerin aku membawakan….. Hyerin?!” kaget Minho melihat tetesan darah yang seperti jejak yang lumayan banyak. Ia yakin itu adalah milik adiknya.
Ara dan Yoochun terlihat santai saja, Minho menatap Yoochun dan menghajarnya.
“Hentikan!” teriak Ara yang melihat sudut bibir Yoochun terluka karena pukulan keras Minho sang pemegang sabuk hitam judo.
“Kau apakan adikku eoh?!” bentak Minho dengan serangan berkali-kali, Yoochun membalas dan terjadi baku pukul diantara keduanya.
“Ia mimisan sendiri” jawab Ara sarkastik dengan melindungi Yoochun, Ara terkena pukulan Minho sampai terjatuh.
“KALIAN JALANG” bentak Minho, Yoochun tadinya ingin membalas pukulan Minho karena Ara terluka, namun sebelum itu terjadi Minho menendangnya. Yoochun meringis kesakitan.
Minho mengambil novel-novel berserakan milik adiknya dan memasukkan novel tersebut kedalam tas kecil pink milik Hyerin, membawa tas Hyerin dan dirinya keluar juga meninggalkan keduanya disana, mencari Hyerin.
“Mianhae aku telat Hyerin-ku” sesal Minho.
Hyerin pulang sendiri tanpa menunggu Minho, rasa kesal dan marah juga sedih sedang melanda dirinya. Darah dan airmata tidak berhenti, sama sekali tidak memperdulikan kesedihan yang dilandanya.
“Bahkan kau mulai kasar” gumam Hyerin berkali-kali sepanjang perjalanan pulangnya.
Keamanan pemukiman Choi melihat nona kecilnya bersimbah darah, dari baju dan tangannya, jalannya tertatih, terhuyung.
“NONA?!” kagetnya, Hyerin mengangkat wajahnya dan tak lama pingsan.
Dunia begitu berputar, keseimbangan mulai runtuh dengan bersamanya datangnya kegelapan.
Melayang dan ringan dirasa. Hyerin sangat membenci Yoochun dan Ara, karenanya ia mengalami ketidaksadaran diri yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia takut membuat khawatir ibunya ataupun ayahnya yang jauh darinya, apalagi kakaknya yang sangat menyayanginya. Apa jadinya Yoochun jika Hyerin terbangun nanti?
Dokter Jo yang mendengar Hyerin tidak sadarkan diri dengan segera menggunakan ducatinya menancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata, Kyuhyun sudah menganggap Hyerin seperti anaknya sendiri. Ia dan ayahnya Hyerin, Siwon adalah teman dekat yang berbeda impian. Siwon yang ingin membangun perusahaannya sendiri dan Kyuhyun yang ingin menolong jutaan orang sakit dengan menjadi dokter. Betapa khawatirnya Kyuhyun layaknya ayah, sosoknya menggantikan Siwon yang sibuk diluar negri.
“Hyerin-ah, musen iriya?” gumam Yoona khawatir.
Pendarahan sudah berhenti tapi betapa khawatirnya Hyerin berkali-kali susah bernafas dialam bawah sadarnya, paman Han sebagai kepala pengurus rumah sudah meracik ramuan tradisional untuk menghentikan pendarahan dan belum bisa mengatasi susahnya Hyerin bernafas. Hanya Kyuhyun yang dapat melakukan pertolongan pertama karena dirinya adalah yang ahli dibidangnya.
“Hyerin eodiya, Yoona-ya?” tanya Kyuhyun dari tangga menuju naik keatas, Yoona menunjuk kearah kamar Hyerin.
Kyuhyun dengan segera memasuki kamar tersebut dan mengisyaratkan paman Han untuk segera menyingkir.
“Dia jatuh tak sadarkan diri tak jauh dari gerbang masuk dengan keadaan bersimbah darah, tak lama ia susah bernafas. Aku sangat sakit melihatnya kesakitan seperti ini Kyuhyun-ah! Lakukan yang kau bisa!!” jelaskan Yoona dengan nada yang sangat mencemaskan keadaan Hyerin.
Kyuhyun memeriksa deruan nafas Hyerin, benar saja Hyerin susah bernafas. Ia segera membuka tas dan mengambil senter dan alat bantu melihat rongga hidung Hyerin, disana terdapat darah yang menggumpal menghalangi saluran nafas Hyerin, Kyuhyun segera mengambil kassa dan pencapit kecil, ia membersihkannya dengan telaten sampai kedua rongganya bersih, namun tetap nafasnya belum stabil.
“Ia tetap tidak bisa bernafas Kyuhyun-ah, cepat lakukan apapun untuk membuatnya bernafas! Kyuhyun-ah pallii!!” teriak Yoona khawatir.
Kali ini Yoona menangis dengan mengoyak tubuh Kyuhyun yang terlihat terpaku dengan memikirkan apalagi yang harus dilakukannya. Fikirannya kalut karena khawatir.
“Tenanglah Yoona-ya, aku tidak bisa berfikir jernih” ujar Kyuhyun dengan nada pelan, Yoona berhenti mengoyaknya dan terisak dibalik tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.
Tak lama Kyuhyun terkejut dengan reaksi dari Hyerin, ia tiba-tiba tak bernafas. Seperti ada yang menyumbat pernafasannya, Yoona semakin menangis, ia takut kehilangan putri kesayangannya. Kyuhyun kemudian menyingkirkan bantal yang Hyerin pakai, ia menekankan dada Hyerin sebanyak 21 kali lalu memberinya nafas buatan, berkali-kali. Tak peduli betapa panasnya paru-parunya karena memberikan nafasnya pada Hyerin. Hyerin memberikan respon dengan bernafas.
“Sebaiknya bawa Hyerin ke rumah sakit” usul Kyuhyun yang sudah menggendong Hyerin dnegan bridal style. Yoona mengangguk dan menatap paman Han yang langsung dimengerti olehnya.
“Samchonie, Uri Hyerin mau kau bawa kemana?” tanya Minho, Kyuhyun menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam.
“Bukan saat yang tepat untuk menanyakan itu, kau mau ikut bersiaplah!” jawab Yoona menggantikan Kyuhyun yang sudah susah payah membawa Hyerin turun dengan gendongannya.
Hyerin tidak seberat anak lainnya karena ia cukup terlalu kurus, badannya yang mungil memudahkan Kyuhyun membawanya. Tapi nafas Kyuhyun masih belum stabil, yang penting Hyerin dapat cepat ditangani oleh peralatan yang lebih memadai.
Minho melempar tasnya saat berada diruang tamu, ia sama sekali tidak mengganti apapun. Masih dengan seragam sekolahnya, Yoona sudah membantu Kyuhyun membawa Hyerin masuk kedalam mobil, Minho yang ingin keluar melihat Yoochun didepan pintu.
“Jangan menghalangiku kau sialan!” bentak Minho mendorong bahu Yoochun keras sampai ingin jatuh tapi kali ini Yoochun cukup seimbang, Yoochun menarik lengan Minho.
“Aku akan menunggunya sadar untuk meminta maaf pada Ara” ujarnya, Minho tidak tahu apa yang Hyerin lakukan pada Ara tapi ia yakin Hyerin tidak akan memulai jika tidak ada yang memulai. Mendengar kalimat itu, Minho membalikkan tubuhnya dengan wajah marah dan meninju Yoochun kembali dan segera naik kedalam mobil.
“Cih, sialan” ringis Yoochun yang menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
Suara dari monitor sudah terdengar jelas dari luar kaca, Yoona dan Kyuhyun yang melihat sosok Hyerin yang redup disana sangat sedih melihatnya, tubuhnya penuh dengan kabel dari alat pendeteksi jantung, nadi maupun infusan bercabang, tak lama dokter bersama perawat keluar dari ruangan itu. Yoona maupun Kyuhyun segera menuju kearah pintu dimana dokter itu akan keluar.
“Nyonya Choi?” tanya dokter tersebut, Yoona mengangguk dengan tangan yang menutupi mulutnya.
“Katakan apa yang terjadi uisanim?” tanya Kyuhyun dengan tegas, dokter itu menghela nafas dan menatap keduanya.
“Putri kalian mengidap hemophilia yang cukup rumit, menurut hasil lab yang keluar ia berada di faktor 9 dimana pembekuan darah pada luka sangat rumit untuk membeku. Ini titik terendahnya. Kami tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, kami menemukan pendarahan pada bagian kepalanya” jelas dokter itu yang membuat Yoona terkejut dengan uraian airmata, Minho yang berada dibelakang keduanya sudah mengepalkan tangan.
“Pendarahan?” tanya Kyuhyun kaget, dokter itu mengangguk.
“Ya, maka dari itu darah terus mengalir melewati tenggorokkannya karena terlalu banyaknya darah yang bocor dari sana. Kami akan segera melakukan operasi dan meminta persetujuan dari keluarga juga menyelidiki darimana pendarahan ini berasal dan bagaimana bisa pendarahan” ujar dokter itu, Yoona menangis idbahu Kyuhyun, Kyuhyun menunduk dan hampir meneteskan airmatanya tapi ia menahannya, ia percaya Hyerin dapat sembuh.
“Yoona-ya berikan keputusanmu” ujar Kyuhyun, Yoona menggeleng.
“Bagaimanapun itu aku harus menunggu Siwon, Siwon sedang perjalanan pulang. Aku tidak bisa memutuskan begitu saja. Astaga ya tuhan tolong aku!” jawab Yoona yang dianggukkan oleh dokternya.
To Be Continue...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top