21

Prompt:

[ Buka situs https://www.proprofs.com/quiz-school/personality/playquiz/?title=mtq1mzuznq7dq4 dan cari tau apa love language kalian. Buat cerita tentang seseorang yang mengungkapkan perasaannya menggunakan hasil tes bahasa cinta yang sudah didapat ]

Dan saya memperoleh hasil: Act of Service

- - - -

Sudah lewat tengah hari, tapi pekerjaan Moneta seakan tidak ada habisnya. Setelah melewati masa liburannya yang membahagiakan, tugas-tugas yang dia tinggalkan di kantor kembali menuntut untuk segera diselesaikan. Bosnya tidak mau tahu. Moneta boleh saja masih merasa jetlag, atau sedikit tidak enak badan, atau ingin menikmati akhir pekannya dengan tenang. Semua itu bukan menjadi alasan untuk bersantai-santai di apartemennya yang mungil. Justru karena Moneta baru kembali dari liburan, bosnya menuntutnya untuk dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik.

"Makan dulu, Mou," ujar Jovis untuk kesekian kalinya. Roti lapis yang tadi dia siapkan untuk sarapan belum juga disentuh oleh Moneta. Bahkan, nasi kari yang telah dia sajikan di meja makan pun belum juga dilirik oleh Moneta.

"Mou," Jovis berseru lebih keras. "Makan dulu."

Moneta akhirnya menoleh. "Sebentar lagi."

"Kau sudah bilang begitu sepuluh menit yang lalu."

Bibir Moneta terkatup rapat. Dia kembali memusatkan perhatian ke layar laptopnya untuk memeriksa data-data yang dikirimkan rekan kerjanya, sementara telinganya sibuk mendengarkan rekaman rapat yang dia lewatkan minggu kemarin.

"Bukankah kau bilang kau tidak enak badan? Harusnya kau beristirahat, bukan sibuk bekerja seperti sekarang."

"Tapi, besok laporan ini sudah harus kukirim ke bosku, Jovis. Tidak ada waktu untuk beristirahat."

"Kalau kau sakit, bukan bosmu yang akan kerepotan."

Kalimat Jovis berhasil memantik amarah di hati Moneta. Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Jovis dengan sorot berang.

"Kau mendoakanku sakit?" tuding Moneta dengan suara sinis.

"Bukan begitu, Mou. Aku hanya tidak ingin kau sakit."

"Karena kau tidak ingin kurepotkan?" Suara Moneta meninggi. "Tenang saja. Aku tidak akan merepotkan."

"Oh, ayolah, Mou. Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu."

"Aku juga. Masih banyak hal yang lebih penting untuk kukerjakan." Moneta mengenakan kembali headset-nya dan menaikkan volume suara agar tidak perlu mendengar repetan Jovis.

Dengan hati kesal, Jovis menghabiskan dimsumnya, juga roti lapis yang menjadi jatah sarapan Moneta. Sesekali, dia melirik ke arah Moneta. Gadis itu memang bisa menjadi sangat keras kepala dan mengesalkan.

Bahkan setelah Jovis mencuci piring, mengambil pakaian di binatu, dan juga merapikan apartemen mereka, Moneta belum juga beranjak dari kursi kerjanya di dekat jendela. Nasi kari Moneta telah dingin. Sambil mendengus keras, Jovis membawa nasi kari itu ke dapur dan menghangatkannya di microwave. Setelah itu, dia menarik kursi merapat ke tempat Moneta duduk.

"Buka mulutmu!" perintah Jovis sambil menyendok nasi.

Moneta memicingkan mata dan menatap Jovis dengan sorot heran. Dia melepas separuh headset-nya dan memberi kode agar Jovis mengulang ucapannya.

"Buka mulutmu!" Jovis mendekatkan sendok ke mulut Moneta.

"Apa-apaan, sih!"

"Kalau kau tidak mau makan sendiri, aku akan menyuapinya."

"Aku bukan anak kecil, Jovis!" Moneta memprotes, tetapi dia akhirnya menuruti permintaan Jovis. Sambil mengunyah nasi, Moneta terus menatap Jovis dengan pipi memerah.

"Teruskan pekerjaanmu. Kau bilang laporan itu harus segera selesai, kan?" perintah Jovis sembari kembali menyuapi Moneta.

Moneta menyimpul senyum. Jemarinya kembali berakrobat di atas keyboard.

"Memangnya kau tidak ada kerjaan selain menyu–" Belum selesai Moneta bicara, Jovis kembali mengisi mulutnya dengan nasi.

"Jangan banyak bicara. Makan dan bekerja saja, supaya kau bisa cepat beristirahat."

Dada Moneta terasa begitu hangat. Jovis memang kerap mengutarakan perasaan cintanya, juga menghujaninya dengan pujian. Setiap malam, Jovis juga selalu memeluknya erat hingga keduanya terlelap. Namun, yang paling Moneta suka justru adalah saat-saat seperti ini. Saat mereka tidak banyak bicara, tetapi cinta mengalir dalam setiap tindakan dan perbuatan. Menurut Moneta, perhatian dan pengertian yang diberikan Jovis kepadanya jauh lebih berharga dari kalimat-kalimat romantis yang kerap didengarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top