10

Prompt hari kesepuluh:

[ Buat tulisan dengan tema "10 Hal yang Membuatku Bahagia" ]

----

Moneta menekuri layar laptopnya. Percakapannya dengan Jovis siang tadi terus berdengung di kepalanya. Makin dipikirkan, segala cerita Jovis terasa semakin tidak masuk akal. Sayangnya, mimpi-mimpi yang menghantui Moneta sebulan terakhir memperkuat semua argumen Jovis. Kini, Moneta terombang-ambing. Dia tidak lagi ingin menyangkal teori pemuda itu, tetapi juga belum dapat sepenuhnya percaya.

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Moneta siang tadi.

"Jangan menjauhiku." Derai tawa Jovis tidak lagi terdengar menyeramkan di telinga Moneta. "Aku tidak mengajakmu berpacaran sekarang juga. Kita masih punya cukup banyak waktu. Kita tidak ingin menarik perhatian dan kecurigaan orang lain. Sebaiknya, kita tetap bersikap seperti remaja normal. Hanya saja, kita sedikit mengambil jalan pintas dengan memfokuskan diri pada tujuan kita bersama, tidak perlu membuang waktu dengan orang lain."

Moneta tahu siapa yang Jovis maksud. Tampaknya, pemuda itu dapat menangkap sinar kekaguman Moneta saat menyimak penjelasan Andi di Education Day tempo hari.

"Kenapa kau bisa tahu sangat banyak tentangku? Apakah kau memata-mataiku? Bagaimana kau bisa membujuk orang tuammu untuk pindah ke sini? Tidak mungkin semua itu hanya kebetulan, kan?" Moneta mencecar Jovis dengan rentetan pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

"Hei-hei, satu-satu saja, Mou," protes Jovis. Tangannya terangkat di udara seolah Moneta tengah menodongnya dengan pistol.

"Kau bisa menjawabnya satu persatu."

"Oke." Jovis menarik napas panjang sebelum mulai bicara. "Aku sebenarnya tidak tahu kalau kau tinggal di sini. Ibuku baru dipecat dari pekerjaannya dan biaya hidup di Melbourne sangat mahal. Kurasa, takdir memainkan peranannya di sini. Aku baru tahu kau ... err ... jodohku setelah aku melihatmu."

"Melihatku?"

"Aku pernah melihatmu lewat jendela kamarmu." Jovis terlihat salah tingkah. Pipinya bersemu merah. "Dan detik itu juga, aku langsung tahu kalau kau gadis yang kucari. Setelah itulah, aku baru mulai mencari tahu tentangmu."

"Seperti stalker?"

"Hei, aku tidak seburuk itu!"

"Kau bahkan menguntitku ke toko buku."

"Aku tidak menguntitmu. Hanya saja ... beberapa kebiasaan kita tidak pernah berubah." Jovis memperbaiki posisi duduknya dengan canggung. "Sejak dulu, toko buku selalu menjadi tempat favoritmu. Kau juga sangat menyukai kucing, tapi sepertinya orang tuamu yang sekarang tidak mengizinkanmu memelihara hewan. Kau sangat senang menyendiri dan membaca buku, apalagi saat hujan. Sepanjang yang kuingat, aroma petrikor adalah aroma yang paling kau suka. Di kehidupan-kehidupan sebelumnya, pernah bilang bahwa lima hal itu selalu berhasil memperbaiki suasana hatimu."

Moneta tertegun, tidak menyangka Jovis dapat mendeskripsikan hal-hal remeh yang dapat membuatnya bahagia dengan sangat akurat.

"Apakah aku salah? Mungkinkah sekarang kau tidak menyukai hal-hal itu lagi?"

Moneta menggeleng. "Tapi, aku tidak tahu apa-apa tentangmu," katanya lirih dengan raut kecewa.

"Belum, Mou. Sebentar lagi, kau akan tahu segalanya tentang aku." Jovis tersenyum lembut sembari membalas tatapan Moneta. "Sebenarnya, bisa saja aku langsung memberitahumu semuanya. Tapi, kurasa sebaiknya kita pelan-pelan saja. Aku khawatir kau pingsan lagi seperti kemarin."

Moneta menatap kembali layar laptopnya. Dia berusaha mencatat isi pembicaraannya dengan Jovis tadi, juga petunjuk-petunjuk samar yang datang melalui mimpi-mimpinya. Saat membaca lagi hasil ketikannya, Moneta merasa kisah hidupnya benar-benar terdengar seperti sebuah dongeng.

Jemari Moneta kembali bergerak di atas keyboard. Entah kenapa, dia ingin mencatat hal-hal yang selalu berhasil membuatnya bahagia. Dia ingin membuktikan, apakah benar dirinya dalam kehidupan-kehidupan sebelum ini juga menyukai hal-hal itu.

Selain mengetikkan kelima hal yang telah disebutkan Jovis tadi, Moneta menambahkan catatan:

Aku suka membuat daftar macam-macam hal. Aku sangat senang jika hal-hal yang kurencanakan berjalan sesuai harapan. Suara tawa orang-orang terdekatku selalu berhasil membuatku bahagia. Aku suka saat rambutku terkepang rapi.

Moneta berhenti mengetik. Diketuk-ketukkannya jari ke pinggiran laptop. Setelah berpikir sejenak, Moneta kembali mencatat:

Aku senang saat tahu bahwa aku memiliki peran penting bagi orang lain.

----

Sungguh sesuatu banget, ya, nulis tanpa perencanaan gini.

Sebenarnya tergoda buat nyerah bikin cerbung, dan bikin kumpulan cerita pendek aja. Tapi, jadinya masih coba lanjut aja deh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top