Eps 4: It Begins
Crip crip crip crip
Ichi terbangun karena mendengar kicau burung yang bertengger di fentilasi kamarnya.
Merasakan aura kehadiran, para burung itu terbang dengan terus berkicau tanpa henti dan meninggalkan helai tipis bulunya yang rontok.
Pemuda kurus ini bangkit sambil mengusap matanya lalu menguap lebar. Ia memendarkan pandangan ke sekeliling. Matanya pun tertuju pada sosok Nyanko yang masih terlelap di tempat yang sudah di sediakan oleh Karamatsu.
Kucing itu mendengkur damai dengan perut yang kembang kempis. Ichi tersenyum di buatnya.
Ia turun dari kasur, memakai sandal ruangan, dan berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka.
Plash! plash!
Wajahnya terasa segar saat air sejuk menyentuh kulitnya. Ia mengibas poninya yang basah lalu mengelap wajah dengan handuk kecil yang tersedia di lemari kecil dalam kamar mandi. Ichi memandang pantulan wajahnya dalam cermin.
Cukup lama ia bercermin, memperhatikan tiap lekuk relief wajahnya.
Pipinya masih tirus, kulit wajah putih pucat, bibir tipis, kantung hitam berkerut, alis jarang, dan mata sayu yang terbuka setengah. Penampilan Ichi terlihat menyedihkan.
Tapi meski begitu, pagi ini air mukanya sedikit berbeda dari biasanya.
Mungkin karena pengaruh kejadian kemarin dan sebuah kebetulan tadi malam ia tidak bermimpi buruk.
Mimpi tentang masa lalu yang selalu mengejarnya. Hal-hal yang selalu membuat punggungnya setiap pagi nyeri.
Ichi refleks menyentuh punggungnya saat teringat itu.
Brak!
"Selamat pagi, tuan. . . TUAN ICHIMATSU MENGHILANG!!" Teriakan shock Todomatsu bergema saat melihat Ichi tak ada di kasurnya.
Ichi tersentak kaget dan buru-buru keluar. Namun karena ia ketakutan melihat ekspresi maid androgini itu, ia pun bersembunyi di balik pintu kamar mandi dengan sedikit menyembulkan kepala.
"A-aku di sini." Gumam Ichi pelan.
Pendengaran tajam Todomatsu menangkap suara kecil Ichi, ia berlari menghampiri pemuda kurus itu dan menggenggam tangannya.
"Anda membuat Todomatsu sangat khawatir, tuan. Todomatsu tidak bisa membayangkan wajah tuan besar kalau anda menghilang." Serunya khawatir dengan wajah menangis.
Ichi mengerjap. "Karamatsu khawatir?"
"Tentunya." Todomatsu mengangguk. "Hari ini tuan besar punya rencana spesial untuk anda dan Todomatsu sudah dipercaya untuk mempersiapkan anda. Ah, karena ingin mengejutkan anda, pagi ini anda sarapan di dalam kamar, ya." Ujarnya yang langsung merubah ekspresi ceria dengan mata berbinar dan senyum cerah.
Ichi tak tahu apa yang direncanakan Karamatsu padanya, namun jantungnya berdebar keras seolah tak sabar ingin cepat-cepat menerima hadiahnya. Ia sarapan dengan tidak tenang. Ketika Todomatsu merapikan penanpilannya pun pikirannya kemana-mana.
Stop! Ichi bukannya jatuh cinta pada pria menyakitkan itu, ia hanya sumringah pada kata kejutan.
Sudah lama rasanya ia tak mendapatkan kejutan. Terakhir mungkin ketika ia duduk di sekolah dasar. Saat ia masih polos dan sekelilingnya berjalan seperti harapan banyak orang. Itu hanya masa lalu.
Selesai menyempurnakan penampilan, Todomatsu menarik tubuh Ichi dengan semangat. Maid androgini itu pun bahkan menawarkan gendongan supaya mereka bisa cepat ke pintu masuk utama, tentunya langsung di tolak oleh si pria kurus. Todomatsu memilihkan penampilan tatanan sweater turtle neck warna navy, jaket parka coklat muda, dipadu jeans hitam dan boots semata kaki untuk Ichi. Rambut pemuda itu pun sudah dirapikan, serta mata panda, wajah pucat, dan bibir tipisnya juga sudah di tutupi dengan make up supaya wajahnya tampak cerah. Tak lupa servis pijatan relaksasi di pagi hari juga di berikan.
Ketika hampir sampai, Choromatsu yang menunggu di ujung koridor untuk menjemput Ichi mendapati tingkah dua orang itu.
"Todomatsu, berhenti. Kau membuat tuan Ichimatsu merasa tak nyaman. Bagaimana kalau penampilan tuan Ichimatsu berantakan sebelum berangkat? Kau ingin mengecewakan tuan besar?" Tegur Choromatsu keras.
Todomatsu berhenti dan melepas tangan Ichi. Ia cengengesan dan menjawab pertanyaan sang kepala butler dengan santai. "Hehe. Aku hanya tidak sabar saja menantikan kencan mereka berdua." Ujarnya dengan wajah yang penuh maksud tersembunyi.
Ichi mendadak terbelak mendengar kata-kata Todomatsu. "Kencan?" Gumamnya.
Bayangannya tentang kejutan yang dikatakan Todomatsu tadi langsung sirna. Ia baru sadar setelah memperhatikan penampilannya lagi.
"Ah. Jangan anda pikirkan kata-kata Todomatsu, tuan Ichimatsu. Dia memang suka membual." Choromatsu menengahi.
"Siapa juga yang suka membual. Bukannya itu kau, ChoroColiski." Celetuk Todomatsu dan menjulurkan lidah.
"SIAPA YANG - o-oops! Hampir saja. maafkan sikap saya barusan, tuan Ichimatsu. Saya akan mengantarkan anda ke tempat tuan besar." Tepat sebelum ia akan marah besar, Choromatsu langsung berusaha menahan dirinya dan bersikap profesional seraya menaikkan bingkai kacamata.
Todomatsu bersiul mengejek. Dibalas tatapan membunuh dari si kepala butler. Maid itu membuang muka dan berganti gesture.
Choromatsu mengantar Ichi ke pintu utama dimana Karamatsu sudah menunggunya sambil bersender pada badan Lamborghini hitam kesayangannya yang terparkir di teras depan pintu utama dan memaikan smartphone. Tatanan maskulin kaos yang memperlihat lekuk sempurna tubuhnya ditambah coat dan celana denim plus pentofel, membuatnya mempesona. Minus di kacamata hitamnya yang membuat orang langsung berubah fikiran di penglihatan kedua.
Ichi tak terlalu memperhatikan, mungkin karena kacamata hitam menganggu itu, tapi raut Karamatsu terlihat serius memperhatikan smartphonenya. Ia bahkan mencengkram bingkai smartphone dengan kuat.
"Aku tahu kau sudah kembali dan sudah melakukan sesuatu." Pikirnya dengan gelisah.
Ketika Choromatsu menegurnya, Karamatsu baru mengangkat wajah.
"Saya membawa tuan Ichimatsu, tuan besar." Ucap Choromatsu formal dan mempersilahkan Ichi berjalan mendahului.
Karamatsu memperhatikan penampilan Ichi dari atas ke bawah. Ia menurunkan kacamata hitamnya.
"Todomatsu bekerja bagus. Kau cocok mengenakannya, Ichi." Puji Karamatsu.
Ichi tersemu, ia membuang tatapan. "Terima kasih." Ucapnya.
Karamatsu tertawa pelan melihat reaksi Ichi. "Kalau begitu, langsung saja kita pergi." Ajaknya dan membuka pintu mobil untuk Ichi.
Pemuda kurus itu mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Karamatsu menutup pintunya. Ia menghampiri Choromatsu sebelum pergi.
"Aku pergi dulu, Choromatsu. Kami hanya akan sampai sore dan tolong katakan pada orang itu kalau kau bertemu dengannya, malam ini dia harus menunjukkan wajahnya padaku." Pamit Karamatsu seraya menyampaikan pesan dengan berbisik pada kepala butler rumahnya.
"Akan saya ingat baik-baik, tuan besar. Selamat menikmati perjalanan anda. Hati-Hati di jalan." Choromatsu memberi hormat dan mengantar kepergian tuannya.
Karamatsu mengulas senyum. "Kupercayakan padamu." Setelah itu ia berpindah ke tempat pengemudi mobil dan pergi meninggalkan teras rumahnya dengan kecepatan sedang.
Choromatsu memperhatikan mobil tuannya yang semakin menjauh. Di belakangnya, sosok berpenampilan santai sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celana berdiri dengan wajah menyeringai di ambang pintu masuk utama. Butler itu sudah sadar dengan kedatangannya.
"Tampaknya dia sudah sadar." Ujar orang itu.
"Tentunya, kan. Tuan besar memang makhluk paling manyakitkan sejagad raya, tapi dia itu diam-diam menghanyutkan, loh." Ujar Todomatsu yang muncul dan merangkul mesra lengan orang itu.
Orang tersebut tetawa keras. "Hahaha. Kau benar. Karamatsu itu sangat peka."
Choromatsu memutar tubuh dan menghadap pada sosok tuannya satu lagi. "Padahal sebelumnya anda keluar dari tempat persembunyian dengan pakaian tukang kebun. Apa itu artinya seluruh bunga mawar di kediaman ini sudah mekar, tuan Osomatsu?" Tanyanya.
Orang yang di panggil Osomatsu itu terkekeh. Ia mengeluarkan setangkai bunga mawar merah yang belum mekar penuh dari saku celananya. "Tidak. Masih belum dan bahkan aku menemukan satu bunga yang hampir layu." Ucapnya dan mencium harum bunga itu.
"Tidak biasanya tuan Karamatsu meminta anda keluar dengan paksa, tuan Osomatsu. Padahal biasanya kalian saling membiarkan satu sama lain dan hanya bertemu bila urusan kerja. Apa anda sudah melakukan sesuatu?" Tanya Choromatsu.
Todomatsu terkekeh mengerti. "Aaahh. . . Apa ini ada hubungannya dengan tuan Ichi, tuan Osomatsu?" Ia ikut bertanya.
Osomatsu mengulas sebuah senyum. "Kepekaannya adalah satu-satunya penghambat bagiku. Dia sudah sadar kalau aku juga mengincar hal yang sama dengannya. Makanya dia langsung bertindak." Ucapnya.
"Apa mungkin karena kejadian kemarin? Jadi benar anda yang menemukan tuan Ichi di halaman belakang?" Tebak Todomatsu.
"Hanya sebuah kebetulan kecil. Waktu itu aku hanya berusaha menghentikannya sebelumnya ia melangkah lebih jauh di tempat itu. Aku belum bertindak jauh, kok. Lagipula si Karamatsu itu hanya waspada padaku, makanya ia memintaku untuk menampakkan diri." Osomatsu menatap bunga di tangannya sambil membayangkan wajah seseorang yang ia hampiri beranda kamarnya kemarin malam.
Choromatsu menghela nafas. "Jadi intinya ini hanya masalah perebutan. Jangan sampai rumah ini hancur untuk kedua kalinya karena pertengkaran anda berdua, tuan." Tegurnya memperingati.
Osomatsu tertawa mendengar kata-kata Choromatsu. "Aku pun lebih suka cara damai. Kalau dia ingin aku keluar nanti malam, akan kulakukan. Lagipula kebetulan juga ada hal yang mau kubicarakan dengannya." Ucapnya santai.
"Suiit~ kelihatannya ini menarik. Sejak kapan anda berdua bisa punya perasaan itu?" Tanya Todomatsu yang langsung memperlihatkan tampang jahilnya.
Osomatsu berpikir. "Heum. . . . . Sejak kapan, ya? Mungkin sejak hari bersalju sebelas tahun yang lalu."
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top