Chap13: Planning

Ichi terbangun dari tidurnya.

Ia membuka mata seolah tadi malam hanya menutup mata sejenak dan bangun dengan tiba-tiba ketika matahari sudah tinggi tanpa melewati satu pun mimpi.

Tidak. Bukan mimpi.

Ichi meraba bibir tipisnya. Masih hangat. Ada bekas kehangatan di sana. Sesuatu yang lembut, membekapnya cepat. Mengatup rongga nafasnya dan mengalirkan udara dari aliran nafas milik pria yang sudah mencuri ciumannya tadi malam.

Karamatsu.

Ichi meledak saat mengingat kejadian tadi malam. Wajahnya merah tak terkendali.

Entah angin seperti apa yang mengalir tadi malam, tapi sesuatu seperti membawanya terhanyut dalam suasana romantis yang manis.

Deg deg deg

Ichi merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. Ia meraba dadanya. Cepat. Semakin cepat. Tak terkontrol. Ia memerah semerah tomat.

Ichi menarik selimutnya tinggi-tinggi. Mimpinya mungkin baru di mulai sekarang.

Ia tak sadar derap langkah semangat Todomatsu diluar sana yang sebentar lagi akan datang mengganggu mimpinya.

@@

Choromatsu memperhatikan tingkah tuan besarnya. Sudah lima menit berlalu, Karamatsu terbengong di depan cermin tubuh besarnya seraya memasang kancing baju. Tatapannya kosong menatap cermin, isi kepalanya melayang hingga luar angkasa, dan mulutnya terbuka setengah. Jarinya bergerak pelan meraba-raba kancing yang sedang ia kaitkan ke lubang kemeja tanpa bergerak semili pun untuk segera beranjak ke kancing yang lain yang sedang menunggu.

Alis Choromatsu membentuk simpul. Ia sengaja diam tak menegur, karena merasa ini keadaan langka.

Biasanya, Karamatsu akan melakukan beberapa pose narsis saat sedang menghadap cermin sambil memuji dirinya sendiri. Mulai dari pose tiruan dari majalah hingga pose binaragawan pun ia tiru untuk memamerkan sosok indahnya. Bahkan sapaan 'Selamat pagi, tampan' yang biasa ia lontarkan ketika mulai bercermin tak terdengar pagi ini.

"Tuan besar." Tegur Choromatsu.

Karamatsu tersadar dari lamunannya. Ia menoleh. "Ah, sepertinya aku melamun tadi." Ia tersenyum pahit.

Simpul alis Choromatsu semakin membelit. "Anda tak apa? Apa ada masalah di perusahaan?" Tanyanya.

Karamatsu melanjutkan memasang kancing kemejanya. "Tidak apa. Semua baik-baik saja." Jawabnya kalem dan mulai menebarkan feromon menyakitkannya.

Bola mata Choromatsu bergerak ke kanan sesaat. "Apa ada hubungannya dengan tuan Ichi?"

Karamatsu menolehkan kepala pada butlernya. Mata mereka bertemu. Mereka saling menunggu salah satu dari mereka buka mulut duluan dengan wajah kosong, namun tiba-tiba saja wajah Karamatsu berubah merah hingga telinga dan lehernya, merespon pertanyaan Choromatsu.

"Eh?"

@@

"Anda tidak apa-apa, tuan Ichi? Anda yakin tidak mau sarapan bersama tuan besar?" Tanya Todomatsu cemas sambil mengguncang pelan tubuh Ichi yang tergulung di balik selimut.

Setelah berganti pakaian, tiba-tiba saja Ichi naik ke atas kasur dan menyembunyikan diri dengan selimutnya. Todomatsu yang hendak menariknya ke ruang makan jadi harus mencemaskan pemuda kurus itu dulu.

Ichi mengangguk pelan. Ia menyembunyikan wajah di balik selimut dan memunggungi Todomatsu. Ia tak enak hati sudah membuat cemas maid androgini itu, tapi ia memiliki alasan sendiri.

Todomatsu memperhatikan tingkah Ichi yang tak biasa. Ia jadi ingat, sebelum menghampiri kamar Ichi, Choromatsu sempat mendatangi ruang binatu sebentar sambil mengeluh kalau Karamatsu mendadak bersikap aneh pagi ini.

"Tuan Ichi, apa terjadi sesuatu antara anda dan tuan besar?"

Ichi merespon lambat dan hanya menggelengkan kepala.

Todomatsu pantang dibohongi. Maid androgini ini tanpa perlu di ceritakan sudah tahu sebagian besar permasalahan tuannya ini.

Ya, siapa lagi kalau bukan tuan besarnya yang bisa membuat Ichi seperti ini.

Ia ingin menjahili Ichi tapi untuk saat ini Todomatsu menahan diri. "Baiklah, Todomatsu akan mengatakan pada tuan besar kalau tuan Ichi sedang tidak berselera sarapan hari ini dan nanti setelah tuan besar berangkat ke kantor Todomatsu akan membawakan sarapan ke kamar tuan. Jadi mohon agar tuan Ichi menunggu di sini dengan sabar." Seraya mengatakan itu, ia melangkah mendekati pintu, pamit dengan tingkah anggun ala nya, dan menutup pintu pelan.

Blam

Langkah centil Todomatsu terdengar riuh di koridor karena ia terlalu bersemangat.

Ichi keluar dari selimutnya setelah suara langkah Todomatsu tak terdengar lagi. Ia menghela nafas panjang. Antara lega dan gelisah, jantungnya juga bergemuruh kencang.

"Meooong. . . ."

Nyanko melompat ke atas kasur dan duduk di samping Ichi. Ia menggosok kepalanya dengan manja ke tubuh Ichi.

"Nyanko. . . ." Ichi membawa kucing kesayangannya ke dalam pelukannya. Ia mengusap lembut bulu kucing itu dengan pikiran yang tengah melayang tak menentu. "Hari ini panas sekali, ya." Curhatnya tiba-tiba dengan wajah merah hingga leher dan telinga.

"Meoong. . . ." Nyanko tak mengerti ucapan tuannya dan hanya bisa mengeong.

@@

Karamatsu setengah fokus pada laptop di depannya. Semenit ia bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya, menit berikutnya pikirannya melayang.

Ia mendesah kacau. Kejadian semalam diakui benar-benar diluar kendalinya. Tiba-tiba saja pikirannya begitu kuat ingin merengkuh Ichi, dan tubuhnya merespon dengan cepat tanpa ia sadari.

Kenapa ia melakukan itu? Karamatsu berpikir demikian.

Ini bukan yang pertama ia berciuman dengan seseorang. Sudah berpuluh kali bibirnya bersentuhan dengan orang lain, mulai dari yang sentuhan ringan hingga yang paling dalam. Tapi ini pertama kalinya satu buah ciuman membuatnya melayang.

Karamatsu menyentuh bibirnya, ia teringat sentuhan lembut dan dingin bibir Ichi. Masih terasa meski sudah berjam-jam yang lalu ia mengecup bibir itu. Pria ini membayangkan bagaimana rasanya bila ia mencoba mencium Ichi ketika pemuda kurus itu sedang mengemut permen lollipop rasa strawberry. Mulut yang penuh dengan perasa strawberry dan lidahnya yang menjilat ujung lollipop hingga menciptakan benang saliva.

"Pasti manis sekali." Gumamnya tanpa sadar dan menjilat ringan bibirnya.

Plak

Karamatsu spontan menampar pipinya karena berani melamun saat sedang bekerja. Sakit, tapi berkat itu dia kembali ke kenyataan.

Klining

Smartphonenya berbunyi. Karamatsu segera menggeser layarnya dan mendapat pesan singkat dari seseorang bernama Os-Red.

"Aku akan mengawasi dermaga selama seminggu." Demikian isi pesan itu.

Karamatsu menoleh ke arah layar komputernya dan langsung membuat sebuah pesan resmi rahasia kepada kepala pengurus dermaga perusahaan mereka.

Untuk menangkap tikus harus ada perangkap, dan kini ia dan Osomatsu tengah berencana menemui Tougo. Orang dari dalang yang membuat Ichi memiliki trauma berat. Meski sebenarnya mereka lebih berencana menangkap Tougo dan menjebloskannya ke penjara karena dia penjahat kelas kakap. Kalau bisa menangkapnya akan ada banyak keuntungan yang di dapat perusahaan mereka.

Sekali lempar dua tiga burung ditangkap.

@@

Choromatsu tengah beristirahat di ruangannya sambil memeluk boneka dakimakura bergambar idola favoritnya dengan wajah bahagia dan minum teh hit kesukaannya. Ia begitu menikmati momen kebahagiannya hingga tiba-tiba Todomatsu datang dengan pekikan keras dan mendobrak pintu dengan heboh.

BRAK!!"CHOROCOLISKI!!!"

Spruuuutt!

Choromatsu menyembur teh yang sedang ia minum dengan spontan karena kaget. Ia langsung menarik kerah maid androgini itu dan marah dengan wajah menyeramkan. "Apa yang kau inginkan hingga mengganggu istirahatku, Todomatsu?" Tanya dengan nada rendah mengancam.

"Ini darurat. Super darurat. Double tripel quarel darurat pokoknya!!!" Seru Todomatsu sambil membela diri dan menyerahkan secarik surat tanpa alamat pengirim.

Amarah Choromatsu mengendur saat melihat surat itu. "Surat dari siapa ini?" Ia merebut surat itu dan langsung membukanya.

"Aku tidak tahu. Surat itu ada di kotak surat. Karena bukan surat resmi dan juga tidak nama yang dituju aku membukanya untuk memastikan. Tapi ternyata surat itu. . . "

"Ada yang mengincar tuan Ichi??!" Choromatsu berkeringat dingin saat membaca selembar kertas di dalam amplop surat tersebut.

"Kembalikan Ichimatsu."

"Menurutku sepertinya dia bukan hanya mengincar tuan Ichi tapi sepertinya dia juga menginginkan kekacauan dengan tuan besar." Ujar Todomatsu.

Choromatsu diam dengan masih membaca sebaris tulisan di kertas itu berkali-kali.

"Apa perlu kita laporkan pada tuan besar?" Tanya sang maid androgini.

Rahang Choromatsu mengeras, ia melipat kertas pesan itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. "Lebih baik kita menunggu dulu. Kalau memang ada tanda kekacauan dari dalam dan luar rumah ini sudah tugas kita sebagai pelayan untuk membersihkannya. Sampai kurasa bahaya ini pantas untuk disampaikan pada tuan besar, kita yang akan turun tangan. Tingkatkan keamanan di sekitar rumah dan beritahu seluruh pelayan untuk lebih waspada. Aku akan meminta Jyushimatsu untuk memeriksa surat ini. Dan jangan sampai tuan Ichi sadar soal ini." Perintahnya.

"Baik." Todomatsu segera memutar langkah dan berjalan cepat keluar ruangan.

Choromatsu meremas surat di tangannya. Namun ia menahan diri untuk tak menghancurkan surat itu. Matanya berkilat tajam penuh emosi.

"Takkan kubiarkan satu sampah pun datang menginjakkan kaki kemari."

@@

Suasana di dermaga penuh riuh orang-orang yang bekerja. Keriuhan itu tiba-tiba menegang ketika sosok Osomatsu berkemeja merah dan suit hitam dengan senyum dan gestur santainya melangkah masuk sambil menggigit sebatang rokok.

"Dimana Chibita?" Tanyanya pada seorang pekerja di dekatnya yang langsung ia rangkul dengan akrab.

"Di-di gudang nomor 3C, bos." Jawab pekerja itu dengan keringat dingin dan melirik orang di sampingnya dengan ekspresi ketakutan.

"Heum~" Osomatsu menjatuhkan rokoknya ke tanah dan menginjaknya. "Kirim salah satu dari kalian kesana sekarang juga dan bilang padanya aku ada keperluan di gudang utama dan perlu kartu identitasnya secepat mungkin."

Cekrek

Ia mengeluarkan pistolnya dan menaruh moncongnya di samping kepala pekerja yang ia rangkul. "Aku tak suka menunggu. Jadi cepat bergerak sebelum dia pergi ke dunia sana." Ancamnya sambil tersenyum polos.

Para pekerja yang lain berteriak panik dengan tindakan brutal tanpa ada aba-aba di awalnya itu. Beberapa orang langsung melesat cepat keluar gudang dan yang lainnya waspada kepada Osomatsu yang akan dengan santainya dan tanpa dosa menarik pelatuk pistolnya. Sementara pekerja yang dia jadikan sandera sudah pingsan dengan muka pucat.

Osomatsu terkekeh diam-diam. "Hihihi~"

Tbc~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top