48
.
.
.
"We've found malignant cells from lymph tissue form in his brain."
Malignant cells, membawa maksud yang sama dengan cancer cells..
"Maksud awak, dia sakit balik, sama macam dulu?"
Dengan dada yang terasa sesak, tekakku mula terasa perit saat mengungkapkan persoalan tersebut.
Terlihat Seokjin hanya diam, menatapku dengan renungan yang seolah-olah bersimpati denganku, buatkan aku dapat meneka jawapan bagi persoalanku sendiri.
Perlahan-lahan kelopak mata aku pejamkan di saat dirinya mengangguk kecil.
"But this time, it's already spread from other part of his body to his brain or specifically in his spinal cord, causing a form of brain tumor in his brain.."
"He was diagnosed with CNS lymphoma, I'm sorry, Yerim.."
Dadaku terasa cukup sesak, tekakku semakin perit menahan tangisan saat kenyataan itu menyapa pendengaranku.
"Does he know about this?"
Tanyaku cukup perlahan.
Untuk seketika, Seokjin hanya diam menatapku sebelum dirinya mengangguk perlahan.
Terkilan, itu yang aku rasakan sekarang buatkan dadaku semakin terasa ketat menahan sebak.
Sekali lagi, kelopak mata aku pejamkan namun kali ini, terasa air mataku mengalir deras membasahi pipiku.
"Doktor cakap apa?"
"Saya cuma penat."
"Tipu..
Sebelum ni pun awak cakap macam tu.."
"Betullah. Buat apa saya nak tipu awak. Saya okay. Lagi pun esok pagi saya dah boleh balik dah.
Dahlah, jangan risaukan saya."
He lied.
.
.
.
"Yerim mana?"
Perlahan dirinya bersuara dengan matanya masih tertumpu pada Seokjin yang baru saja selesai memeriksa kadar denyutan jantungnya menggunakan stethoscope.
Sudah setengah hari dirinya kembali sedar namun tak sekali pun isterinya datang menjenguknya.
Dirinya hanya sempat berjumpa dengan Naeun tadi, itu pun Seokjin yang membawa anaknya itu berjumpa dengannya.
Terlihat riak wajah Seokjin yang serba-salah, hanya diam menatapnya.
"Ada dekat luar.."
Jungkook hanya diam, terkilan saat mengetahui sejak tadi, isterinya ada di sini namun tak sekali pun datang melihatnya.
"Kenapa dia tak nak jumpa aku?"
Perlahan dirinya bertanya sedangkan dia tahu, lelaki di hadapannya itu sekarang tak punya jawapan untuk persoalannya.
"Kau ada bagitahu dia apa-apa tentang aku?"
Tanyanya lagi saat melihat Seokjin hanya berdiam diri di sisinya.
"You already told her, don't you?"
Duganya buatkan Seokjin mengelak dari terus bertentangan mata dengannya, buatkan dia tahu, jawapan bagi persoalannya sendiri.
Wajah lelaki itu direnung lama, sukar untuk dirinya tafsirkan apa yang dirinya rasakan sekarang. Marah, kecewa?
" Kenapa kau buat macam tu, hyung?" Tanyanya, terdengar dengan jelas intonasi suaranya yang terkilan dan kecewa buatkan Seokjin kembali menatapnya.
" Aku tahu aku patut bagitahu dia,.. tapi kalaulah semudah itu untuk aku bagitahu dia, aku dah lama bagitahu dia hyung.. "
Rintihnya dengan rasa sebak yang mula menyesakkan dadanya, dibiarkan air matanya yang ditahan sejak tadi mengalir perlahan membasahi sisi mata dan telinganya.
" Appa! "
Terlihat Naeun dengan polosnya berlari masuk ke dalam wad persendirian itu dengan senyuman terukir di bibirnya dengan matanya kini hanya tertumpu pada appa nya seorang.
Namun perlahan-lahan senyuman dan derapan kaki kecilnya terhenti saat melihat appa nya menangis.
Jungkook yang sedar akan kehadiran Naeun, segera memalingkan kepalanya, sedaya-upaya menyembunyikan wajahnya dengan tangannya yang menggigil, mengesat air matanya sendiri.
"Appa nangis ke?" Tanya Naeun dengan langkahnya diatur perlahan mendekati katil, terlihat matanya mula berkaca, merenung ayahnya dengan renungan jelas risaukan ayahnya.
Jungkook cuba untuk tersenyum sebelum tangannya mengusap lembut pipi Naeun. Tahu sangat betapa kuatnya rasa empati di dalam diri anak perempuannya itu walaupun anaknya itu masih kecil.
"Taklah, appa tak nangis.."
Seokjin hanya diam memerhati walaupun hakikatnya dia terasa cukup sebak melihat kepolosan Naeun tika ini, masih kecil untuk sedar dan tahu keadaan ayahnya sekarang ini.
"Tapi pipi appa basah.." Dengan naifnya Naeun bertanya, tangan kecilnya mula mengusap lembut pipi Jungkook buatkan lelaki itu tersenyum namun pada masa yang sama, matanya kembali digenangi air matanya sendiri.
Dengan matanya yang berkaca, tidak lepas matanya dari menatap wajah polos Naeun dengan senyuman.
Namun perlahan-lahan senyumannya memudar saat rasa sebak mula menyesakkan dadanya saat menatap wajah anaknya sekarang.
Tika dirinya tidak dapat menahan diri dari menangis, tubuh Naeun ditarik ke dalam pelukannya sebelum matanya dipejam, menangis dengan senyap.
"Appa akit?" Tanya Naeun risau, tangan kecilnya mula menggosok perlahan belakang tubuh Jungkook, baginya dengan cara itu dapat mengurangkan kesakitan yang dirasakan oleh appa nya sekarang.
Jungkook hanya menggeleng dengan matanya masih terpejam rapat, bibirnya diketap saat tangisannya semakin menjadi-jadi, cuba untuk menangis tanpa suara.
Tubuh kecil Naeun ditarik lebih dekat sebelum didakap lebih erat, dengan senyap dirinya menangis. Terasa tangan kecil Naeun mengusap perlahan belakang tubuhnya berkali-kali.
Pertama kali, dirinya menangis di hadapan anaknya sendiri.
.
.
.
Seharian, aku tidak berjumpa dengannya. Aku masih belum bersedia untuk bertentangan mata dengannya.
Selepas menghantar Naeun ke rumah omma tadi, aku kembali ke sini walaupun aku tidak mahu berjumpa dengannya namun cukuplah aku berada dekat dengannya.
Di bawah bentangan langit malam yang ditaburi bintang, aku duduk sendirian di taman yang terletak di dalam hospital ini.
Tidak ada apa yang aku lakukan, hanya termenung.
Namun, perlahan-lahan aku menoleh saat seseorang mengambil tempat duduk di sisiku. Untuk seketika, aku terpegun.
Terlihat baju berwarna biru cair masih tersarung di tubuhnya dengan IV drip masih melekat pada kekura tangannya.
Jungkook.
Dia lari dari wad?
"Awak buat apa dekat sini?" Tanyaku geram tanpa mempedulikan renungannya yang cukup redup menatapku.
"Awak kan tak sihat lagi." Marahku lagi namun pada masa yang sama, mata aku mula berair, nak menangis saat melihatnya sekarang.
Macam yang aku katakan, aku masih belum bersedia untuk bertentangan mata dengannya sekarang.
"Pergilah masuk balik dalam wad, awak tak sihat lagi, Jungkook."
"Saya dah okay."
"For once, stop lying to me, Jungkook. Berhenti cakap yang awak okay sedangkan awak sakit.." Pintaku dengan suara yang mula bergetar menahan tangisan.
Raut wajahnya semakin terlihat pudar di pandanganku tika ini saat tubir mataku semakin sarat dengan air mataku sendiri.
" Susah ke untuk awak jujur dengan saya? Kalau awak sakit, cakap yang awak sakit, Jungkook.." Rintihku perlahan. Di luar kemahuanku, aku mula menangis di hadapannya.
Terlihat dirinya hanya diam, melihatku menangis di hadapannya. Dapat aku lihat matanya yang mula berkaca saat melihatku menangis di hadapannya sekarang.
"How am I supposed to tell you that I'm dying when I see how happy you've been lately?"
Perlahan dirinya bersuara, terlihat dengan jelas tubir matanya yang turut sama sarat dengan air mata, masih setia menatapku.
"I don't want to lose those smile and laugh.."
Tuturnya lagi, cukup perlahan buatkan dada aku semakin sesak menahan tangisan.
Terlihat tangannya mula hendak menyentuh pipiku namun pantas aku menunduk seraya memalingkan wajahku ke sisi kananku, mengelak dari sentuhannya.
Kini dirinya hanya diam, tahu yang dirinya terasa dengan kelakuanku.
"Encik, puas kami cari encik."
Aku hanya diam saat datang dua orang jururawat menghampiri kami.
Dari sisi mataku, terlihat dirinya masih setia menatapku, namun tatapannya jelas yang dirinya terkilan denganku.
"Encik masih belum boleh keluar wad, saya harap encik boleh beri kerjasama dengan kami."
Perlahan-lahan dirinya mengalihkan pandangannya dari terus menatapku sebelum kepalanya diangkat, memandang salah seorang jururawat tadi yang menghampiri kami sebelum dirinya hanya mengangguk kecil.
Dan tanpa memandangku untuk kali yang terakhir, dirinya bangun dari terus duduk di sisiku dan tanpa menegurku untuk kali yang terakhir, dirinya mengatur langkah pergi meninggalkanku.
Perlahan-lahan mata aku pejamkan, dadaku terasa sesak, menangis tanpa suara.
.
.
.
"Yeay, jumpa appa!"
Aku hanya tersenyum saat melihat betapa gembiranya Naeun pagi ini, semangat betul nak jumpa appa dia padahal baru satu malam tak jumpa.
"Iya, kejap lagi kita jumpa appa."
Balasku seraya menunduk memandangnya. Genggaman tanganku pada tangannya aku perkemaskan.
Sedang kami mengatur langkah menyusuri koridor, hanya beberapa langkah sebelum kami sampai di hadapan wad yang menempatkan Jungkook, terlihat seorang jururawat dengan riak yang tampak cemas memunculkan diri dari dalam wad tersebut.
"Code blue!"
Sebaik saja jururawat tersebut melaungkan kata-kata itu, terlihat beberapa orang jururawat dan doktor yang berada di sekitar kami mula mengatur langkah laju memasuki wad tersebut buatkan aku menjadi pegun di tempatku sekarang.
"Omma, nape?"
Aku menunduk, memandang Naeun yang merenungku dengan tatapannya yang polos.
Untuk seketika aku hanya diam menatapnya sebelum aku kembali melihat pintu utama wad tersebut yang sejak tadi sibuk dengan jururawat dan doktor yang keluar masuk.
Jantungku mula berdegup laju, turut sama cemas. Tanpa menunggu lama, dengan tanganku masih menggenggam erat tangan Naeun, langkah aku atur menuju ke muka pintu wad tersebut yang terbuka luas.
Semakin dekat aku dengan wad tersebut, semakin kuat detakan jantungku.
Sampai saja di hadapan muka pintu wad tersebut, terlihat jururawat dan doktor yang mengelilingi katilnya, membatasi aku untuk melihatnya.
Namun seolah-olah waktu bergerak cukup perlahan, perlahan-lahan aku melihat dirinya di antara celahan manusia, sedang terlantar di atas katil dengan mata yang terpejam rapat, terlihat tangan kanannya terjuntai di sisi katil buatkan untuk seketika, jantungku berhenti dari terus berdetak sebelum ianya berdetak cukup kuat dan laju.
Tidak lepas mataku dari terus menatapnya, sehinggalah dirinya kembali hilang di sebalik jururawat dan doktor yang mengelilinginya.
"Appa.."
.
.
.
Ada apa-apa yang ingin diluahkan mahupun dibahaskan? Sila tinggalkan di ruangan ini.
Memandangkan ada yang complain saya demand di chapter lepas, jadi chapter ni saya nak demand lagi. HAHA
90 votes, 200 komen baru saya update. ;) 💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top