🌼3
.
.
.
[TIGA TAHUN YANG LALU]
Sementara yang lain menunggu berita tentang Jungkook di hadapan wad yang menempatkannya, aku mengambil tempat duduk di ruangan menunggu berdekatan lobi hospital ini, memerlukan ruang buat diriku sendiri.
Perlahan-lahan aku menunduk, memandang Jungwon yang hanya diam, menemaniku di dalam dakapanku tika ini, terkebil-kebil menatapku buatkan aku tersenyum.
Hidungnya yang masih kemerah-merahan aku cuit lembut, begitu juga pipinya. Hampir sepuluh minit aku cuba memujuknya dari terus menangis tadi.
"Jungwon sedih ya lepas ni dah tak boleh jumpa appa?" Tanyaku perlahan dengan senyuman hambar terukir di bibirku. Pipinya aku elus lembut dan perlahan.
"Samalah dengan omma.." Tuturku perlahan, senyuman masih menghiasi bibirku walhal pantas saja mataku kembali terasa panas dan membahang.
"Tapi tak apa, omma masih ada kakak Naeun dengan Jungwon, kan?" Tanyaku perlahan, masih cuba untuk mengekalkan senyumanku yang mula dirasakan sukar.
"Yerim.."
Perlahan-lahan kepala aku angkatkan saat terdengar suara seseorang menegurku dengan derapan langkahnya kian menghampiriku.
Terlihat susuk tubuh Seokjin menghampiriku. Pantas aku menunduk, tahu berita apa yang bakal dirinya sampaikan kepadaku dan kerana aku tahu, aku sendiri belum cukup kuat untuk menerima berita itu.
"Dia dah tak ada..kan?"
Tanyaku perlahan dengan kepalaku masih menunduk. Tubir mataku dirasakan cukup sarat dengan air mata.
"Tak apalah, saya tak nak tengok dia.. kalau awak datang sini untuk bawa saya jumpa dia, saya tak nak.. cukuplah saya tengok dia tadi.. "
Saat kata-kata itu meniti di bibirku, air mataku mula dirasakan tak tertahan, menangis tanpa suara. Perlahan-lahan mata aku pejamkan, tak mampu untuk terus menatap Jungwon yang menatapku cukup polos.
Ternyata pertemuanku dengannya tadi, merupakan pertemuan terakhir buat kami.
"Yerim.."
"Saya datang sini untuk bagitahu awak yang Jungkook.."
"Dia dah sedar, Yerim.."
Perlahan-lahan kelopak mata aku celikkan sebelum aku menoleh, menatap wajah Seokjin.
Terlihat dirinya tersenyum dengan sepasang matanya yang terlihat berkaca saat menatapku sekarang sebelum dirinya mengangguk kecil.
"Jungkook dah sedar.. Saya datang sini untuk bawa awak jumpa dia.. Dia nak jumpa awak.."
.
.
.
Setiap langkah yang aku atur menuju ke wad yang menempatkannya dirasakan tidak nyata dan begitu perlahan buatku. Langkah aku atur laju meninggalkan Seokjin di belakangku dengan Jungwon di dalam dukungannya.
Sehinggalah aku berada betul-betul di hadapan muka pintu wad yang kini terbuka luas.
Dari muka pintu terlihat omma, appa dan Somi berada di keliling katil, menghalangku untuk melihat Jungkook secara terus.
Terlihat omma dan Somi masih menangis sehinggalah Somi mengundur sedikit seraya menoleh memandangku, memberi ruang padaku untuk melihat Jungkook.
Air mata tak dapat aku tahan saat renungan mata aku bertaut lembut dengan sepasang mata miliknya, Jungkook.
Terasa cukup sebak saat sepasang matanya mula terlihat berkaca saat menatapku sekarang sebelum terlihat air matanya mulai mengalir perlahan membasahi pipinya.
Dengan air mata yang tak tertahan, langkah aku atur mendekatinya. Terlihat dirinya tidak lepas dari memerhatiku sehinggalah aku berada dekat di sisinya.
Sampai saja di sisinya, aku hanya diam, menatapnya dengan tangisan. Terlihat dirinya turut sama menangis tanpa suara, tidak lepas dari terus menatapku.
Terasa sebak saat melihat dirinya cuba untuk tersenyum buatku namun terlihat sukar untuk dirinya.
Perlahan-lahan aku menghampirinya sebelum tubuhnya aku peluk erat. Tangisan tak dapat aku tahan saat terasa tangannya mengusap lembut belakang kepalaku.
Teresak-esak aku menangis di dalam dakapannya dengan tangannya dirasakan mengelus lembut rambutku.
Perlahan-lahan kepala aku angkatkan dari terus disebamkan pada bahunya dan terlihat dirinya sedang tersenyum, menatapku dengan tatapan lembutnya walaupun terlihat laju saja air matanya mengalir membasahi pipinya.
Namun terlihat senyumannya memudar saat menyedari balutan luka pada leherku. Terasa tangannya mula menyentuh lembut bahagian itu dengan matanya masih tertumpu di situ, terlihat cukup peduli.
Perlahan-lahan renungan matanya beralih padaku, terlihat cukup risau buatkan aku tersenyum nipis seraya menggeleng perlahan, tak mahu dirinya terus risau.
Kini terlihat bibirnya bergerak perlahan dari balik topeng alat bantuan pernafasannya, seolah-olah ingin memberitahuku sesuatu namun terdengar kurang jelas.
Perlahan-lahan aku mendekatinya, mendekatkan telingaku pada mulutnya buatkan dirinya tertawa perlahan.
"Saya.. rindukan awak.."
Terasa cukup sebak saat mendengar suaranya perlahan, membisikkan kata itu padaku.
Wajahnya aku tatap dengan senyuman namun air mataku mula dirasakan kembali deras mengalir sebelum aku mengangguk kecil.
"Saya pun rindukan awak.." Tuturku dan terlihat dirinya turut tersenyum namun pada masa yang sama, turut sama menangis denganku.
Kini aku dan dia sama-sama menoleh saat datang Seokjin menghampiri kami dengan Jungwon di dukungannya.
Terlihat Jungkook hanya memerhati saat Seokjin mula menyerahkan Jungwon ke dalam dukunganku.
Untuk seketika aku menunduk memandang Jungwon yang terlihat sedari awal leka menatap Jungkook sebelum kepala aku angkatkan, memandang Jungkook yang turut sama menatap Jungwon buatkan aku tersenyum.
"Baby kita, adik Naeun.. Kita dapat anak lelaki.." Ucapku perlahan, memperkenalkan Jungwon kepada Jungkook dan terlihat dirinya tertawa perlahan namun air matanya masih terlihat deras mengalir saat menatap Jungwon tika ini.
"Saya bagi nama dia Jungwon. Jeon Jungwon." Terlihat senyumannya kian melebar saat mendengar nama penuh Jungwon.
"Jungwon-ah.."
Terasa cukup sebak saat mendengar suaranya perlahan memanggil nama Jungwon buatkan air mataku laju saja mengalir membasahi pipiku.
Kami sama-sama tertawa saat Jungwon tersenyum suka saat mendengar suara Jungkook memanggil lembut namanya.
Kini perlahan-lahan tubuh kecil Jungwon aku baringkan di sisi kepalanya. Untuk seketika aku hanya memerhati saat Jungkook dan Jungwon sama-sama menoleh, menatap satu sama lain dengan senyuman.
Terlihat tangan Jungkook mula bergerak perlahan menyentuh peha Jungwon sebelum peha Jungwon ditepuk-tepuk perlahan dan lembut.
Kini terlihat tangannya beralih perlahan pada topeng bantuan pernafasannya lalu perlahan-lahan diturunkan sebelum wajahnya didekatkan pada wajah Jungwon sebelum pipi Jungwon dikucup lembut dan perlahan.
Tawa perlahannya tercetus saat Jungwon tersengih-sengih dengan kedua-dua kakinya terangkat saat dirinya mengucup lembut pipi Jungwon.
Kini perlahan-lahan dirinya kembali menatapku. Untuk seketika kami hanya diam, menatap satu sama lain dengan senyuman.
.
.
.
"Naeun dah on the way datang sini dengan abang Jimin dengan Kak Yumi, kejap lagi sampai. Dia mesti gembira sangat jumpa awak nanti. Naeun dah masuk tadika tau. Habislah mesti tak habis sehari dia cerita macam-macam dekat awak."
Bebelku dan secara tak sedar, akulah yang mewariskan perangai banyak cakap Naeun. Terlihat Jungkook hanya tertawa perlahan saat melihatku membebel seraya selamba mengambil tempat baring di sisinya.
Jungwon pula aku dah halau balik jalan kaki tadi. Okay gurau. Jungwon ada saja dekat luar, kena pinjam dengan atok, nenek, pakcik, makcik dia. Comel kan, berebut sikit. Gicheww.
Sekali lagi dapat aku dengar tawa halus milik Jungkook saat aku memeluk longgar pinggangnya dengan kepalaku, aku rehatkan pada bahunya.
Mata aku pejamkan, selesa dengan sentuhan lembutnya pada kepalaku tatkala dirinya mengelus lembut rambutku.
Namun perlahan-lahan mata aku celikkan saat terasa tangannya menyentuh lembut balutan luka pada tanganku dan kemudian beralih pula pada leherku.
Saat mataku tertumpu padanya, terlihat matanya tidak lepas dari menatap balutan pada leherku, kelihatan cukup risaukan keadaanku sebelum perlahan-lahan tatapan matanya beralih pada sepasang mataku.
"Saya minta maaf.." Tuturnya perlahan buatkan hatiku terusik, terasa sebak saat melihat tatapan matanya yang jelas, rasa bersalah denganku.
Senyuman aku ukirkan sebelum aku menggeleng perlahan.
"Bukan salah awak,.." Tuturku perlahan. Aku hanya membiarkan saat tangannya mengelus lembut pipiku.
"Jangan sakitkan diri awak lagi.. "Pintanya perlahan buatkan aku semakin sebak namun aku hanya tersenyum seraya mengangguk kecil.
"Saya janji." Tuturku buatkan dirinya tersenyum nipis sebelum dirinya mendekatiku lalu dahiku dikucup lembut dan perlahan.
Dengan senyuman masih terukir di bibirku, mata aku pejamkan, membiarkan dirinya mengucup lembut ubun-ubun rambutku cukup lama, terasa cukup selesa dengan sentuhan lembutnya.
.
.
.
—To be continued 🌼—
Siapa yang nak tengok Jungkook dengan Yerim lari-lari ala-ala hindustan dekat ladang pokok kelapa sawit tu, ha boleh stay tuned! HAHA
150 VOTES FOR NEXT CHAPTER!💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top