23. Batasan Sangat Keras
Pesta ulang tahun Kiano berjalan dengan sangat lancar. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah bocah kecil itu menular memenuhi seluruh tamu undangan yang datang. Mulai dari kerabat dekat dan teman sekolah Kiano. Potongan kue pertama diberikan Kiano pada Mikail, dan potongan kedua ... anak mungil sempat meragu saat memberikannya pada Alicia. Karena Nicholas satu-satunya tamu yang tidak datang.
Mikail sendiri meyakinkan pada putranya bahwa Nicholas sedang memiliki urusan yang mendadak. Sehingga tidak sempat mengabari akan ketidak hadirannya. Tetapu akan tetap mengirim hadiah untuk anak itu.
Setelah acara utama selesai, Mikail mendapat satu isyarat singkat bahwa pengawalnya teah berhasil mengamankan Nicholas. Mikail pun memastikan putranya sibuk dengan teman-temannya sebelum ia pergi meninggalkan keramaian pesta menuju ruang kerjanya. Tempat Nicholas dan anak buahnya menunggu.
"Jadi semua ini rencanamu?!" sembur sepupunya begitu Mikail muncul dari pintu yang dibuka. Hendak menghambur ke arah pria itu, tetapi segera ditahan oleh kedua pengawal Mikail di sisi kanan dan kiri. Yang membuat Nicholas menggeram marah.
"Tuan?" Salah satu pengawal muncul dari arah belakang, membawa kantung hadiah yang ada di mobil Nicholas dan menunjukkan pada sang tuan. Kontan saja hal tersebut membuat Nicholas menggeram lebih keras.
"Letakkan di situ, aku sendiri yang akan memberikan pada putraku bahwa itu adalah hadiah ulang tahun dari om Nicky tersayangnya." Mikail mengedikkan bahu ke arah ujung mejanya. Tanpa perlu mencari tahu lebih jauh apa isi hadiah dari kantung tersebut.
"Sungguh kasihan Kiano. Memiliki ayah seberengsek dirimu," geram Nicholas mencemooh.
Mikail hanya menyeringai. "Bahkan seorang harimau menyembunyikan taringnya ketika berhadapan dengan anaknya, Nicholas. Kau pikir apa yang bisa kulakukan untuk menjadi seorang ayah yang sempurna di matanya? Sehingga tidak ada siapa pun yang bisa dibutuhkannya selain diriku. Bahkan itu ibunya sendiri."
"Kau tahu dia begitu merindukan ibunya, Mikail. Jangan membodohi dirimu sendiri," decih Nicholas. "Dan kau tahu benar pengaruh Megan baginya. Darah selalu lebih kental dari air, Mikail. Kau ingat?" Salag satu ujung bibirnya naik membentuk seringai mengejek.
Kali ini kalimat Nicholas berhasik membekukan raut wajah Mikail. Gurat wajah pria itu mengeras dengan tatapan yang menajam tepat di kedua mata Nicholas.
"Kiano hanya terbawa suasana," desis Mikail tajam. "Rahasia ini akan tersimpan rapat-rapat seumur hidupnya."
Seringai Nicholas naik lebih tinggi. Menyangsikan sumpah Mikail dengan tawa mengejek yang bergema memenuhi seluruh ruangan.
Wajah Mikail mengeras, seiring dengan tawa Nicholas yang semakin keras. Tetapi ia tak akan pernah membiarkan Nicholas tahu bahwa tawa itu memengaruhinya.
Sama seperti Nicholas yang menyangsikan sumpahnya, sejujurnya Mikail tak yakin dengan kalimatnya sendiri. Hubungan darahnya dan Kiano tak bisa diputuskan, sama seperti hubungan darah Kiano dengan Megan. Semakin hari Mikail menyadari hal itu seiring Kiano yang tumbuh semakin besar. Kecuali bentuk dan warna mata yang menurun darinya, seluruh wajah Kiano adalah replika dari Megan dalam versi laki-laki. Mikail tak bisa menyangkal bahwa Megan memiliki andil yang sangat besar di hidup Kiano.
Meganlah yang membawa Kiano ke dunia ini. Dengan seluruh pengorbanan wanita itu. Dan betapa inginnya Mikail menghapus hal itu dari hidup Kiano. Yang berarti bahwa dirinya pun harus kehilangan Kiano. Tak akan ada Kiano tanpa pengorbanan Megan.
Bayangan erang kesakitan dan keringat yang memenuhi seluruh wajah Megan muncul kembali di benaknya. Dadanya terasa sesak diremas oleh tangan tak kasat mata. Untuk sesaat, ia kehilangan udara di dadanya. Tetapi Mikail pulih dengan cepat. Matanya mengerjap, kembali ke masa sekarang. dengan suara bahak Nicholas yang memenuhi seluruh ruangan. Menggantikan jerit kesakitan yang baru saja bergema di kepalanya.
"Kau tak akan bisa menghapus Megan dari hidup Kiano, Mikail. Cepat atau lambat. Rahasia Megan sebagai ibu kandung Kiano, akan terbongkar. Suatu saat Kiano akan mencari tahu dan mengetahuinya. Dan kau ..."
"Tante cantik?" Suara polos dari arah belakang membuat Mikail dan Nicholas membeku oleh kepucatan. Sebelum kemudian keduanya wajah pria itu berputar mencari sumber suara polos yang berasal dari arah samping keduanya.
Rahang keduanya dibuat membeku oleh kedua mata Kiano yang membelalak, dengan kepalanya yang mungil itu. Mikail yakin putranya sedang berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya.
Mikail segera bangkit berdiri, menyumpahi keteledoran pengawalnya untuk menjaga area sekitar sini.
"Maafkan saja, Tuan. Tuan Kiano memaksa ingin menemui tuan Nicholas ketika melihat mobil beliau yang diparkir di halaman depan. Maafkan saya sempat kehilangan tuan Kiano saat berusaha ..." Pengawal Mikail muncul dan berhenti di belakang Kiano, dengan wajah tertunduk.
"Cukup," desis Mikail tajam sambil melemparkan isyarat untuk enyah dari hadapannya detik ini juga. Tak butuh mendengarkan penjelasan sampah tersebut. Memastikan nadanya cukup tajam tetapi tidak terlihat kejam di hadapan putranya. Dan bukan itu yang ia khawatirkan saat ini, melainkan apa yang telah didengar putranyalah yang menjadi mimpi terburuk dari yang terburuknya.
"Apa yang jagoan papa lakukan di sini? Bukankah seharusnya jagoan papa bersenang-senang?" Mikail menekan jantungnya yang berdebar dengan keras. Memastikan suaranya tak goyah dan bergetar ketika terlepas dari mulutnya. Memaksa seulas senyum untuk putranya. "Apa jagoan papa ingin ditemani ..."
"Papa?" Kiano memanggil, dengan kebingungan yang begitu kental di wajahnya. Mengalahkan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh papanya.
"Apakah benar yang dikatakan oleh om Nicky?" lanjut Kiano menatap Nicholas melewati pundak Mikail. Keterkejutan yang besar masih menyelimuti wajah mungil tersebut. Berikut usahanya untuk mencerna situasi yang baru saja terpampang jelas di hadapannya. "Kalau tante cantik adalah mama Kiano?"
Mikail dan Nicholas kembali kehilangan suaranya. Mikail menguatkan hatinya dalam helaan pelannya. Tak diberi pilihan selain menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi ...
"Kau salah dengar, Kiano. Papa dan om Nicky sedang membicarakan masalah pekerjaan tentang tante Megan. Kau tahu tante Megan adalah teman kerja papa dan om Nicky. Lupakan apa yang kau pikir kau dengarkan. Hm?"
Kerutan yang dalam membentuk di kening Kiano, kemudian bocah itu tampak meragu, menatap Mikail dan Nicholas bergantian.
Saat pandangan Kiano berhenti lebih lama pada Nicholas. Dengan sudut matanya, ia mencoba mengelupas emosi di permukaan wajah Nicholas. Tubuhnya semakin menegang ketika menangkap kelicikan yang berkilat di ujung mata Nicholas. Teringat kata-kata Nicholas terakhir kali.
'Apakah sepupu sialannya itu akan membongkar rahasia besar ini?'
Untuk pertama kalinya, Mikail merasa hidup dan matinya bergantung di tangan Nicholas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top