20. Rencana Kiano

"Tante cantik?" Kedua mata Kiano membulat sempurna melihat Megan yang baru saja melewati pintu putar. Langkahnya yang seharusnya kembali dari arah lorong tempat toilet berada, berputar ke arah kedatangan Megan. Dengan senyum semringah yang memenuhi wajahnya. Akan tetapi, seseorang dari arah seberang menabraknya, dan saat pandangannya kembali mencari keberadaan Megan. Megan sudah menghilang.

Dengan wajah kecewanya, kepala Kiano berputar. Mencari keberadaan Megan dengan dia. Hingga salah satu pengawal Megan menemukannya dan membawanya kembali ke salah satu ruang pribadi tempat ayahnya berada.

Kali ini, di keesokan malamnya. Begitu Kiano masuk ke dalam restoran yang sama. Pandangannya berputar mencari. Saking fokusnya mencari, membuat anak kecil itu terselip oleh langkahnya.

Mikail yang tepat berada di samping depan sang putra, menangkap tubuh mungil itu dengan sigap.

"Perhatikan langkahmu, Kiano!" peringatan Mikail pada sang putra. Yang masih sempat melirik ke kanan dan ke kiri sebelum kemudian sepenuhnya mengalihkan seluruh perhatian pada sang ayah.

Mikail sendiri dibuat Bertanya-tanya dengan sikap janggal sang putra. Yang terlihat tak seperti biasanya. Seolah ada sesuatu yang sedang dicari oleh anak kecil itu. Atau mungkin seseorang? Satu pertanyaan datang mendesak di benak pria itu dengan tiba-tiba.

"Terima kasih, Papa." Kiano mundur satu langkah dari kedua lengan sang ayah. Dengan raut kecewa yang meskipun setipis kulit ari, bisa tertangkap oleh tatapan menelisik Mikail.

Alicia yang berhenti satu langkah di belakang keduanya pun hanya berkerut kening. Tetapi keheranannya segera menghilang begitu Kiano melanjutkan langkah, menuju tempat yang sudah dikenali oleh anak kecil itu. Dan langkahnya terhenti ketika tak lama kemudian Mikail tiba-tiba berhenti ketika keduanya sampai di pintu penghubung antara ruangan umum dan pribadi.

"Ada apa, Mikail?"

Mikail tak language menjawab. Pria itu menoleh ke arah Alicia dan berkata, "Bisakah kau mengawasi Kiano untukku?"

Kening Alicia berkerut, kembali terheran.

"Hanya lima menit. Katakan aku ada sedikit urusan dan segera kembali," ucapnya sembati melihat sang putra yang sudah berhenti di depan salah satu pintu.

Alicia mengangguk. "Baiklah."

"Terima kasih, Alicia," balas Mikail. Masih mencermati punggung Alicia yang bergerak menjauh, menyusul Kiano. Pandangannya masih tertegun menatap salah satu pintu tempat putranya menghilang. Dengan tanya penuh curiga yang memenuhi seluruh benaknya. Saat ia berbalik, salah satu pengawalnya sudah berada tepat di sampingnya.

"Ya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Kemarin kau mengawasi putraku saat pergi ke toilet, kan?"

"Ya, Tuan."

"Apa ada seseorang yang datang menemuinya?"

"Tidak, Tuan."

"Apa ada sesuatu yang mencurigakannya?"

"Tidak, Tuan."

Kening Mikail berkerut dalam. Dengan setumpuk kecurigaan yang semakin menggunung.

"Tuan." Tiba-tiba pengawal itu teringat. "Saya tidak yakin apakah ini yang Anda maksud. Tetapi kemarin putra Anda saat akan kembali ke ruangan, tuan Kiano memutar arahnya ke… " Pengawal itu sambil mengingat, sambil memutar langkahnya. Mengikuti yang dilakukan Kiano kemarin malam. Lalu behenti, menatap ke arah pintu putar. Tempat para tamu langganan datang dan pergi. "Sana."

Pandangan Mikail menajam, ke arah pintu putar dengan kecurigaan yang semakin mengental.

"Bawa aku ke ruang keamanan restoran ini. Aku ingin melihat rekaman CCTV kemarin," perintah Mikail. Ya, kemarin malam. Pasti ada sesuatu yang mencurigakan tentang putranya. Kiano tak penah tidak berselera makan saat mereka sampai di suatu restoran dan menjadi rewel menginginkan sesuatu. Dan yang membuat keyakinannya semakin mantap, gerak-getik sang putra baru saja jelas mencurigakan.

"Baik, Tuan." Pengawal tersebut segera berbalik dan menghilang dari pandangan Mikail. Tak sampai dua menit, mengarahkan Mikail ke salah satu sudut ruangan yang ada di ujung ruang umum. Melintasi lorong pendek menuju salah satu pintu yang berada di ujung lorong.

Dan betapa murkanya Mikail, dugaannya tepat seperti yang sudah diperkirakannya. Ketika sang putra kembali ke toilet seperti yang dikatakan oleh pengawalnya. Rupanya anaknya itu melihat kedatangan Megan. Dan sekarang putranya ingin kembali ke tempat ini, rupanya ingin mencoba peruntungan menemui wanita itu. Entah apa yang diinginkan putranya terhadap Megan. Semua ini jelas jauh melewati batas yang diberikan Mikail pada Megan di hidup putranya.

Kedua tangan Mikail mengepal kuat di sisi tubuhnya saat ia berjalan keluar dari ruang CCTV restoran. Dan…

Umur panjang, tepat ketika Mikail keluar dari lorong khusus pegawai restoran. Langkah Mikail terpaku. Menatap lurus tepat di pintu putar. Dan tatapan nya menangkap ke arah kedua sosok yang sedang berjalan masuk.

Megan dengan gaun malam yang sempurna menempel di setiap lekuk tubuhnya. Berwarna perak dengan kilau yang menghiasi sepanjang lengan kiri. Rambutnya dibiarkan tergerai ke samping kiri, menampilkan pundaknya yang jenjang dan hanya ditutupi oleh tapi spaghetti. Gaunnya jatuh nyaris menyentuh lantai, dan memiliki belahan samping, yang di setiap langkahnya akan memperlihatkan kaki panjang, putih, dan mulus mantan istrinya tersebut.

Di samping Megan, Nicholas berjalan dengan lengan yang melingkari pinggang Megan dengan begitu mesra. Dengan penampilan sang sepupu yang tak kalah menawannya.

Tentu saja kedatangan keduanya disambut decak kagum dari para tamu langganan yang duduk di meja-meja terdekat. Yang semakin membuat panas dada Mikail akan keduanya yang terlihat begitu serasi.

Megan dan Nicholas melintasi ruangan umum tersebut. Diarahkan oleh salah satu greater menuju lorong ruang pribadi. Mikail menyusul keduanya, dan melihat keduanya berhenti di salah satu pintu. Yang tepat berada di depan pintu tempat putranya menunggu.

Sungguh suatu kebetulan yang memuakkan, geram Mikail dengan kepalan tangannya yang semakin menguat.

Saat ia kembali ke ruang pribadi tempat putranya dan Alicia menunggu. Kiano terlihat begitu muram, dan masih belum menentukan menu makanan.

"Apakah menunya tidak ada yang kau sukai?" tanya Mikail sambil mengambil menu makanan untuknya.

Kiano menggeleng. "Semuanya terlihat enak."

Kening Mikail berkerut. Kemudian ia menggeser kursinya ke samping kursi Kiano. Mencari menu makanan yang dijadikan alasan sang putra kembali ke restoran ini.

"Ya," jawab Kiano ketika Mikail menanyakan udang mentega tersebut. Dengan raut tergelegap, seolah terpergok telah mencuri permen.

Sepanjang menunggu, Mikail jelas berusaha terlalu keras untuk mengalihkan perhatian dan kekecewaan sang putra dengan bertanya -dan mengulang tanya- tentang kegiatan yang dilakukan oleh sang putra. Beruntung di tengah perbincangan tersebut, raut bersemangat sang putra kembali. Yang membuat Mikail puas.

Menu makanan datang dan ketiganya mulai melahap makan malam yang disajikan memenuhi meja. Sambil sesekali disela celetukan dan canda tawa. Terlihat layaknya keluarga bahagia pada umumnya.

Hingga kemudian, ketika sang putra tanpa sengaja menjatuhkan sesuatu. Yang Mikail kenali sengaja undangan ulang tahun putranya.

Kening Mikail berkerut menatap undangan tersebut jauh di lantai dan putranya tidak menyadarinya. Sambil mengalihkan sedikit perhatian, Mikai menggunakan kakinya untuk membawa amplop undangan tersebut ke dekat kursinya. Dengan jarak pandang yang cukup, ia bisa melihat tulisan corat-coret 'Tante Cantik' sebagai tamu undangan.

Jadi putranya secara diam-diam ingin mengundang Megan di acara ulang tahun besok?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top