Part 65
Setelah keharuan meliputi semua orang, lalu Nick dan Celia menceritakan kejadian yang dialaminya selama beberapa minggu ini, ketegangan kembali menyerang keduanya saat Wisnu memberitahu jika mereka telah berurusan dengan orang yang salah.
Wisnu menatap tak percaya kepada kedua keponakannya yang memiliki nyali sangat tinggi. Ia tahu Felix dan Heigar memiliki sisi gelap dalam berbisnis, tapi ia tidak berani ikut campur karena akan beresiko tinggi untuk perusahaannya.
"Kalian pikir, masalah sudah selesai sampai di sini? Kalau kalian sudah tahu Heigar seorang gembong narkoba dan kalian melaporkannya ke polisi, justru kalian mengundang masalah besar datang. Kenapa kalian tidak memikirkannya lebih matang sebelum bertindak?" cecar Wisnu sambil menatap Nick dan Celia yang terlihat gelisah dari gelagatnya.
Namun, Nick menatapnya berani. "Om, tidak tahu kekhawatiran dan kegelisahan yang dirasakan kami setiap hari. Aku dan Celia selalu dikejar-kejar anak buah Ximon. Kami tidak bisa hidup tenang, apalagi setelah tahu ada penyusup di kantorku yang tak lain Kakaknya Ximon. Aku hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan cepat, Om. Nyawa Celia sudah terancam sejak pertama pernikahan kami diumumkan ke publik. Lalu, aku sebagai suaminya harus diam saja tanpa bertindak apa-apa?" ucapnya penuh pembelaan diri.
"Lalu, dengan mengusik bisnis gelap Heigar akan membuat semua jadi baik-baik saja? Pikirkan lebih dulu, Nick. Dia seorang kriminal besar, sudah pasti memiliki banyak koneksi yang kuat. Bekerja sama dengan petinggi pemerintah, penegak hukum, pengusaha-pengusaha besar, itu sudah pasti dilakukan untuk melindungi bisnis-bisnis gelapnya. Belum lagi dengan sindikat-sindikat lain yang sama-sama memiliki kekuatan besar. Lalu, sekarang kamu melaporkannya ke polisi? Kalian itu sedang cari mati." Wisnu mencoba memberi penjelasan yang masuk akal.
Nick dan Celia saling pandang. Merasa menjadi orang yang paling bodoh sekarang. Mereka berpikir, masalah yang dihadapi sudah selesai karena berhasil menjebloskan orang-orang jahat yang sudah mengusik ketenangan hidupnya ke penjara. Namun, keduanya justru melupakan efek samping dari tindakannya yang masih tetap membahayakan hidupnya.
"Terus kami harus bagaimana? Kami sudah terlanjur melaporkan Heigar ke polisi. Dia sudah ditangkap," tanya Nick diiringi desahan lirih. Merasakan Celia merebahkan kepala ke lengan kanannya, ia menoleh. Terlihat dari raut wajah Celia yang lemah dengan tubuh yang lesu, ia tahu istrinya sudah sangat putus asa.
Nick meraih tangan Celia yang bertengger di atas pahanya, digenggam erat untuk memberikan ketenangan dan kekuatan agar tetap semangat.
Namun, di sisi lain, Alice yang merasa sangat bersalah. Sambil memilin jemarinya yang saling bertaut, ia menunduk. Memikirkan masalah besar yang sedang dihadapi Celia dan Nick. Orang tua Celia meninggal karena mengetahui rahasia pertukaran antara dirinya dan Ellena. Ximon ingin balas dendam ke Nick, karena Nick telah menyelamatkan dirinya dan memenjarakan Ximon. Nick dan Celia menderita karena dirinya.
Menggeleng samar dengan tenggorokan terasa tercekat dan dada begitu sesak, Alice berkata, "Ini karena aku. Kalau Nick tidak menyelamatkanku dari Ximon dan orang tua Celia tidak mengetahui pertukaran antara aku dan Ellena, masalah ini tidak akan terjadi kepada mereka."
"Alice." Niken yang duduk di sebelah anaknya, merengkuhnya dari samping.
"Masalah ini ada karena aku, Ma," ucap Alice.
"Orang seperti Heigar sangat mudah mengurus segala sesuatunya yang menghambat pekerjaannya. Dan sekarang statusnya masih proses penyelidikan, belum ditetapkan sebagai tersangka. Kita belum bisa menjamin lelaki itu akan benar-benar di penjara," lanjut Wisnu.
Harden tentu tidak akan tinggal diam dalam masalah serius yang menimpa kedua anaknya. Apalagi ia ikut andil dalam pencarian bukti-bukti bisnis gelap Heigar. Ia akan pasang badan untuk anak-anaknya.
Menatap serius kepada Wisnu yang seolah sedang membodoh-bodohi anaknya, Harden berucap, "Apa kamu melupakanku, Wisnu? Apa kamu pikir aku diam saja dalam hal ini? Aku ikut andil dalam pencarian bukti-bukti bisnis gelap Heigar. Memang Nick yang melaporkannya ke polisi, dan aku sudah melaporkannya ke Lembaga Pemberantasan Narkotika. Mungkin, benar. Heigar sudah bekerja sama dengan banyak kalangan untuk melancarkan bisnis gelapnya, termasuk untuk melindungi shipping Felix. Tapi, aku percaya masih ada penegak hukum yang jujur. Yang mau mengadilinya. Kita tinggal tunggu hasil penelusuran dari lembaga pemberantasan narkoba yang sedang mencari barang bukti narkotika milik Heigar. Mereka sudah melakukan penelusuran sebelum Heigar ditangkap."
Secercah harapan baik sedikit membangkitkan semangat pasutri muda yang kini sedang saling tatap. Papanya belum memberitahu jika sudah melaporkan Heigar ke Badan Narkotika Nasional.
"Kapan Papa melaporkan Heigar ke Lembaga Pemberantasan Narkotika?" tanya Nick, ingin tahu.
"Sebelum kamu menerima bukti-bukti dari Elkan, Papa sudah melaporkan Heigar ke Lembaga Pemberantasan Narkotika lebih dulu," jelas Harden.
"Dan untuk Felix, Gracie, dan Ellena, aku akan menambahkan laporan untuk memberatkan hukuman mereka," ucap Adam, yang sudah sangat geram kepada mereka. Lalu, ia menatap penuh emosi kepada Wisnu. Semua masalah datang dari lelaki itu. "Kamu menyalahkan Celia dan Nick, tapi kamu melupakan kesalahanmu. Masalah ini datang karena kamu yang menolak memberikan suntikan dana kepada Felix saat hampir bangkrut. Andai kamu tidak menolak dan mau bekerja sama dengan Felix, anakku tidak akan jadi tumbal. Alice tidak akan menderita dan tidak akan menerima kekerasan. Hidupnya tidak akan hancur."
"Kenapa jadi aku yang disalahkan? Aku melakukan itu untuk keamanan perusahaan shipping Om Edward. Aku yang sudah diberi tanggung jawab untuk menjaga perusahaan shipping agar tidak hancur di tangan orang yang salah." Wisnu membela diri, tidak terima disalahkan.
Pusing menghadapi perdebatan yang semakin memanas, membuat anggota keluarga yang lain menghela napas berat.
"Cukup. Jangan berdebat. Kita sama-sama terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan. Orang tua Celia, Alice, mereka korban yang perlu mendapatkan keadilan dari ulah Felix, Gracie, dan Ellena. Dan itu disebabkan dari keluarga kita." Arga menatap satu per satu anggota keluarganya yang terdiam lesu, tegang, dan resah. "Kita satu keluarga. Dari dulu selalu kompak melakukan apa pun. Kalau ada masalah, kita selalu saling bantu untuk menyelesaikan. Dan sekarang kita bantu Nick, Celia, dan Alice untuk menyelesaikan masalah ini."
"Aku setuju dengan Arga." Liam menimpali.
Sudah dari dulu, turun temurun dari nenek-kakeknya, keakuran keluarga sudah diterapkan. Terutama dalam urusan tolong menolong bagi mereka yang memiliki masalah. Dan kebiasaan itu masih bertahan sampai sekarang yang selalu kompak dalam hal apa pun.
Tidak berselang lama, obrolan panas penuh perdebatan itu dihentikan. Mereka bersepakat untuk menjadi garda terdepan Celia dan Nick dalam menghadapi masalah serius. Lantas, berlalu dari kediaman Harden saat waktu telah menjelang sore.
Alice dan Nathan langsung dibawa pulang oleh Adam dan Niken. Dan sebelum berpamitan, mereka mengucapkan terima kasih atas usaha Celia dan Nick yang telah membantunya begitu keras.
***
Ternyata harapan untuk memiliki momongan masih harus ditunda. Situasi yang dirasa aman, masih diragukan karena belum memungkinkan. Berdiri melamun di depan dinding kaca ruang keluarga apartemennya sambil memandangi lampu-lampu kota yang gemerlapan di malam hari ini, sesekali Celia menyesap jus jeruk dinginnya yang baru diambil dari kulkas. Kesegarannya cukup melegakan tenggorokannya yang kering sampai menyalurkan rasa panas dan tercekat.
Sepanjang perjalanan sepulangnya dari rumah sang mertua, pikiran Celia kembali sibuk pada permasalahan-permasalahan yang menimpa. Siapa sangka dirinya akan terjebak masalah kepada orang-orang yang memiliki titel kriminal besar. Erick yang dinilai baik pun tak jauh beda dari mereka.
Bagaimana jika masalah itu akan terus mengikutinya sepanjang hidup?
Menghantuinya setiap waktu.
Lalu, jika ia hamil lagi, anak dalam kandungannya tidak akan bisa bertahan karena dirinya masih dikelilingi masalah besar. Dan itu kelemahannya karena dirinya memiliki keterbatasan melindungi diri, terutama melindungi sang anak. Kejadian sebelumnya sudah cukup menjadi kenangan buruk dan pahit untuk ia terima. Ia tidak ingin terulang lagi.
Pikiran Celia sangat penuh. Bak dihantam dari sana-sini yang membuat kepalanya sangat pusing. Desakan demi desakan beban pun seolah terus mendorong dadanya yang membuat saluran oksigen menciut dan kembali sesak paru-parunya. Saat merasakan lengan kekar merengkuh perutnya dari belakang, berhasil membuatnya terjingkat saking terkejutnya.
"Nick." Celia menoleh ke belakang, mendongak untuk menatap wajah suaminya.
"Ngelamun," ucap Nick sambil mengecup singkat bibir istrinya.
Celia mendesah berat. Menyesap jus jeruknya lagi, lalu berkata, "Sepertinya kita harus menunda momongan lagi. Aku kepikiran ucapan Om Wisnu. Ada benarnya juga. Kalau Heigar seorang gembong narkoba, dia pasti memiliki banyak anak buah. Dan tidak jauh beda dengan Ximon, dia pasti akan mencelakai kita, Nick."
Mendengarnya, Nick menarik napas panjang dan diembuskan perlahan. Ucapan Om Wisnu memang ada benarnya, tapi kembali mengusik pikiran Celia yang terlalu mudah bernegatif thinking.
"Aku takut resiko untuk anak kita lagi, Nick. Aku tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya."
Nick mengulas senyum simpul, lantas mengangguk. "Iya, Sayang. Aku tidak akan menuntutmu. Kalau kamu sudah siap, masalah sudah benar-benar selesai, kita bisa merencanakan untuk memiliki momongan."
Celia mengukir senyum sembari mengangguk. Salah satu tangannya membalas rengkuhan Nick.
"Maaf sudah membuatmu seperti ini. Di luar kendaliku akan menghadapi masalah serius seperti sekarang." Nick merasa sangat bersalah. Niatnya membawa Celia hidup di kota untuk memulai kehidupan baru selayaknya orang yang sudah menikah. Tapi, justru menambah luka dan jeratan masalah.
Nick mendaratkan kecupan di puncak kepala sang istri. Sambil berpikir, kapan bisa hidup damai kembali. Tidak ingin berlarut dalam kesedihan yang membuat suasana menjadi hening penuh ketegangan, ia melepaskan rengkuhan lantas berlalu. Dilihatnya ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja, ia bergegas mengambilnya.
Celia memerhatikan gerak-gerik lelaki itu seraya mengangkat sebelah alis. Nick menunduk, tampak sibuk dengan ponselnya. Namun, tidak lama, suara musik NDX A.K.A berjudul Tresno Tekan Mati berputar.
Celia tersenyum lebar, begitu pun Nick yang menatap dirinya sembari mengulas senyum.
"Kok kamu tahu lagu yang cocok untuk diputar?" Celia menghampiri suaminya, agak heran karena judul lagu yang diputar Nick cukup pas. Tentang perasaan cinta luar biasa, cinta sampai mati, tidak ada perempuan lain yang bisa menggantikannya, dan itu berhasil menghangatkan hatinya yang sedang menegang.
"Karena aku sering mendengarkan dan cari tahu artinya." Nick mengeraskan volume. Menaruh ponsel di atas meja bersamaan dengan Celia meletakkan gelas di atas meja, lalu keduanya saling merengkuh satu sama lain sambil menggerakkan kaki ke kanan-kiri.
Gedene cintaku luar biasa
Jelas paling tulus sak dunia
Walau kadang gawe ati kelaran
Apa wae tak tabrak yang menjadi penghalang
Tresna tekan matiku mung sampeyan
Ra ana muntire lehku berjuang
Keduanya ikut mengalunkan lirik meskipun agak kesusahan untuk Nick. Lidah lelaki itu masih sering keseleo untuk berucap bahasa Jawa, menurutnya agak susah untuk dihafal. Dan berakhir, tawa renyah lepas dari keduanya yang membuat suasana menjadi lebih hangat dan bahagia.
Kemudian, keduanya saling merengkuh erat dengan Celia menyandarkan kepala ke dada bidang Nick, dan lelaki itu mengecup puncak kepala istrinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top