Part 44
Kedatangan Alice disambut baik oleh Teresa dan keluarga Nick yang lain. Sedangkan, Suci yang sudah datang ke Jakarta lagi setelah mendapat kabar Celia kecelakaan, melihat perempuan asing itu tampak bertanya-tanya.
"Dia, Alice, Suci. Teman Nick." Teresa memperkenalkan Alice kepada Suci yang duduk di sebelahnya. "Jangan salah paham dulu. Nick dan Alice tidak memiliki hubungan apa pun kecuali teman," jelasnya bernada rendah. Lalu, ia menceritakan kisah Alice yang cukup mengenaskan pada masa itu, yang sempat mengalami kekerasan verbal dan non verbal dari seorang lelaki juga keluarganya sendiri.
"Kami hanya membantu Alice agar tetap bertahan hidup dengan waras. Dan sudah beberapa tahun ini Alice tinggal di Italia bersama anaknya," lanjut Teresa.
Suci mengangguk paham. Kasihan juga dengan nasib Alice.
"Saya kembali ke Indonesia atas permintaan Nick, Tante. Ada hal yang harus saya luruskan kepada Celia atas kesalahpahaman yang dia terima. Jadi, sebelum Celia mengalami penculikan, pikirannya sudah dikecohkan oleh cerita Herlin yang mengatakan jika Nick memiliki anak dengan saya. Celia salah paham. Saya dan Nick benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun, kecuali teman baik. Dan Nick berpikir, mungkin kesalahpahaman ini juga yang membuat Celia tidak memiliki dorongan untuk semangat hidup."
"Iya, Alice." Suci manggut-manggut paham seraya mengulas senyum. "Terima kasih, ya, kamu sudah mau datang kemari."
"Iya, Tante. Semoga Celia segera siuaman setelah mendengar cerita dari saya."
Masih asyik bercengkerama, mereka yang berkumpul di ruang keluarga dikejutkan oleh kehadiran Adam dan Niken. Kedua orang memperlihatkan wajah sedih dan patah hati. Bukan karena anaknya yang dimasukkan ke penjara oleh Nick dan mendapat hukuman berat. Namun, oleh kenyataan yang baru saja diterima.
"Resa, aku harus bagaimana?" Adam menangis tersedu-sedu sambil menyodorkan surat dari rumah sakit. Ia dan Niken mendaratkan bokong di sofa, saling bersisian. Dan sama-sama menangis tersedu-sedu.
"Kalian benar. Ellena bukan anak kandungku. Lalu, di mana anak kandungku yang sesungguhnya, Resa? Jadi, selama ini aku dan Niken merawat anak orang lain." Adam memukuli sofa dengan geram. Setelah mendapat saran dari Nick malam itu, ia merasa ada keraguan atas Ellena yang memang memiliki banyak perbedaan sifat. Sama sekali tidak menuruni gen dirinya maupun Niken. Lantas, ia dan Niken pun bersepakat untuk melakukan tes DNA.
Semua tampak tercengang mendengarnya. Teresa membaca dengan teliti hasil tes DNA milik Niken dan Adam. Chloe yang sedang memangku anaknya pun ikut menimbrung.
"Om, harus selidiki lagi dari rumah sakit yang dulu buat lahiran Tante Niken. Apakah ada kesengajaan ditukar atau tidak?" usul Chloe.
"Dua puluh enam tahun aku merawatnya dengan kasih sayang, Resa. Aku memberikan yang terbaik untuknya. Tapi, ternyata dia bukan anak kandungku. Lalu, bagaimana dengan nasib anak kandungku yang sebenarnya? Apakah dia hidup layak? Dia hidup enak? Terus bagaimana kalau anak kandungku justru hidup menderita selama ini?" Tangis Niken semakin menjadi. "Yang aku besarkan justru monster berwujud manusia. Tidak memiliki hati dan belas kasih. Aku menyesal. Sangat menyesal."
Teresa dan Suci menghampiri Niken, berusaha menenangkan.
"Kita cari tahu bersama-sama. Semoga anak kandung kalian segera ditemukan."
"Aku tidak bisa tenang sebelum tahu siapa anak kandungku." Niken menggeleng keras.
"Iya, iya. Semoga secepatnya bisa ditemukan." Teresa memeluk Niken, sedangkan Suci yang berjongkok di depannya mengusap-usap paha Niken penuh pengertian.
Sementara, Chloe langsung menelepon Nick memberitahu kabar yang baru didengarnya. Dan terdengar umpatan keras dari adiknya di seberang sana.
***
Keesokan pagi, Nick datang menjenguk Celia dengan membawa Alice. Keduanya berada di dalam ruang ICU. Sambil menunggu gilirannya berbicara, Alice mengamati bagaimana interaksi Nick terhadap istrinya yang penuh cinta dan sayang. Lelaki itu terlihat begitu lemah di depan istrinya, sedangkan saat di luar terlihat begitu tegar dan tenang.
"Ada seseorang yang ingin berbicara denganmu, Sayang. Dia, Alice Cooper. Perempuan yang berhasil membuatmu cemburu terhadapku, dan yang membuatmu salah paham terhadapku beberapa hari lalu." Nick berkata lirih seraya mengulas senyum dan mengusap pipi Celia. Lalu, ia mempersilakan Alice duduk di tempatnya, dan ia berpindah berdiri di belakang perempuan itu.
Alice menggenggam salah satu tangan Celia dengan lembut. Senyum pun ia sunggingkan.
"Hallo, Celia. Salam kenal, ya. Aku, Alice Cooper." Alice menjeda ucapannya untuk menarik napas panjang. Lalu, berkata lagi, "Sebelumnya, aku mau minta maaf dulu kepadamu karena sudah membuatmu cemburu kepada Nick. Dan di sini aku mau jujur-jujuran sama kamu, kalau aku dan Nick tidak memiliki hubungan apa pun kecuali pertemanan."
Alice terdiam sejenak. Menyiapkan diri lagi untuk berbicara panjang lebar mengenai masa lalunya yang tidak mengenakkan dan sangat kelam. Setelah merasa siap, ia mulai berbicara lagi.
"Meskipun kamu masih terlelap, aku berharap, kamu bisa mendengar ceritaku, Celia." Alice mengusap-usap punggung tangan Celia dengan lembut menggunakan ibu jarinya. "Aku memang sudah memiliki anak. Laki-laki. Bernama, Nathan. Sekarang usianya baru lima tahun. Dan itu bukan anak Nick. Tapi, anak dari seorang bajingan bernama, Ximon."
Alice menelan ludah susah payah saat pikiran harus masuk ke kenangan pahitnya. "Laki-laki itu sangat terobsesi denganku sejak masih SMA. Dia selalu mengejarku. Tapi, selalu kuhindari dan kutolak setiap menyatakan perasaan cintanya. Karena aku tahu dia bukan laki-laki yang baik, Celia. Lalu, saat aku masuk university dan seuniversity dengan Nick, Ximon juga ikut masuk ke university yang sama denganku. Dan masih sama terus mengejarku."
Alice mengusap air matanya yang meluruh, lalu melanjutkan ceritanya lagi. "Saat awal masuk kuliah, aku dan Nick belum dekat. Tapi, kami jadi berteman dekat saat Nick menolongku dari kejaran Ximon. Bahkan, saat duniaku dihancurkan oleh Ximon, aku dianiaya, aku diperkosa Ximon, dan aku diusir sama keluargaku setelah ketahuan aku hamil, cuma Nick dan keluarganya yang bersedia membantuku. Keluargaku sudah tidak memedulikan aku lagi. Dan aku dibawa ke Italia untuk menjalani dan memulai kehidupan baru bersama anakku."
"Kalau kamu penasaran apakah aku pernah memiliki perasaan dengan Nick. Jujur, sebelum aku tahu Nick memiliki perempuan yang sangat dicintainya, aku pernah memiliki perasaan lebih terhadap Nick. Tapi, perasaan cintaku terhadap Nick pudar seiring waktu berjalan. Setelah aku tahu ada perempuan yang selalu tersimpan di hati Nick. Yang selalu dicintai Nick. Nick juga bukan lelaki yang mudah diluluhkan oleh perempuan walaupun dia baik kepada perempuan. Dan sekarang, aku menganggap Nick serta keluarganya, satu-satunya keluargaku yang masih tersisa di Indonesia. Karena semua keluarga kandungku sudah memutuskan hubungan dariku."
Alice terdiam cukup lama. Menangis sesenggukan. Ia tidak ingin Celia salah paham terlalu dalam terhadap dirinya.
"Waktu itu, aku pernah telepon Nick. Dan Nick bilang, kamu yang mengangkat. Setelah itu, Nick memintaku untuk tidak menghubunginya lagi karena tidak ingin membuatmu cemburu dan salah paham. Soalnya kata Nick, kamu sudah menaruh cemburu besar terhadapku dan dia tidak ingin hubungan pernikahanmu dengan Nick rusak. Aku memahami. Dan aku tidak pernah menghubungi Nick lagi. Tapi, aku justru mendapat kabar kalau Herlin merusak pernikahan kalian dengan membawa-bawa namaku. Sekarang aku sudah di sini, Celia. Meluruskan kesalahpahaman yang kamu terima."
"Celia, kamu harus tahu siapa yang selalu ada di hati Nick. Itu kamu, Celia. Nick selalu cerita kepadaku kalau dia sangat mencintaimu. Selalu menunggu kedatanganmu. Selalu mengharapkanmu. Bahkan, dia sangat kehilanganmu waktu kamu meninggalkannya. Saat dia sedang cemburu denganmu, aku bisa memahaminya dengan gelagatnya yang gelisah dan lebih banyak terdiam. Aku juga sering mengingatkan dia kalau memang mencintaimu, ungkapkan perasaannya secepat mungkin. Tapi, gengsi Nick cukup tinggi karena tahunya kamu membenci dia. Tidak mengharapkannya lagi. Walaupun dia berpikiran seperti itu, yang ada di pikiran dan hatinya tetap dirimu, tahu."
Alice terkekeh sambil menangis terisak. "Kamu perempuan yang sangat beruntung dicintai Nicky Hernandez sebegitu besar dan tulusnya. Kalau kamu bangun dan bisa melihatnya sekarang, kamu pasti akan melihat seberapa hancurnya Nick tanpa dirimu. Apa kamu tidak kasihan dengannya, hum? Bangun lah, Celia. Banyak orang yang menunggumu di sini, terutama suamimu."
"Aku juga minta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Dan setelah kamu bangun, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi."
Masih belum ada reaksi apa pun dari Celia. Perempuan itu masih terlelap begitu tenang. Yang terdengar hanya detak jantung dari layar monitor EKG. Namun, saat suara irama detak jantung itu terdengar tidak normal dan memanjang, perhatian Nick dan Alice langsung tertuju ke layar monitor EKG. Ritme detak jantung Celia tampak berhenti. Garis zig-zag berubah lurus. Lalu, semuanya berubah ke angka nol.
Nick yang panik pun langsung bergegas keluar dan berseru memanggil dokter. Ketakutan semakin menjalar. Pikiran pun semakin ke mana-mana, takut istrinya tak terselamatkan.
"Mohon tunggu di luar, Pak, Bu," pinta salah satu dokter, yang tergesa-gesa akan menangani Celia bersama beberapa perawat.
Nick dan Alice menurut. Dari balik dinding berkaca ruangan ICU, bersama Dante dan Aiden, mereka melihat keriwehan dokter dan beberapa perawat yang sedang tergesa-gesa menyiapkan defibrillator untuk menangani Celia.
Tangis Nick pecah sudah. Perasaan tak enak menyelimuti hati dengan jantung yang berdebaran tak keruan.
"Aku mohon bertahan, Sayang. Aku mohon," ucap Nick di tengah tangisnya. Seperti tidak memiliki tulang, kini tubuhnya terasa begitu lemas. Namun, ia masih berusaha bertahan untuk melihat perkembangan sang istri.
Saat dokter terus melakukan defibrillator, jantung Celia seperti tak merespons. Dokter masih terus berusaha melakukannya berkali-kali. Lalu, terlihat kepalanya menggeleng-geleng seolah telah putus asa. Tak ada harapan.
Sementara, keempat orang yang berada di luar ruangan dengan khusuk mendoakan Celia agar tetap bertahan. Sampai tangis Nick terdengar tersengal-sengal dan sesenggukan.
'Aku mohon selamatkan istriku, Tuhan. Jangan ambil dia dariku. Aku mohon. Aku masih butuh istriku di sampingku. Aku ingin membahagiakan dia. Aku belum siap kehilangannya, Tuhan. Tolong jangan ambil istriku. Aku mohon, jangan ambil istriku.' Nick semakin sesenggukan. Terlihat sekali kehancuran dirinya.
***
"Celia, perkenalkan, aku, Alice Cooper. Teman Nick. Aku datang menemuimu untuk menjelaskan kalau aku dan Nick tidak memiliki hubungan apa pun. Aku juga tidak pernah memiliki anak dari Nick."
Seorang perempuan mendatangi Celia yang sedang berjalan-jalan dengan orang tuanya dan sang anak. Lalu, tiba-tiba menceritakan soal hubungannya dengan Nick, yang katanya tidak memiliki hubungan apa pun.
"Kamu salah paham tentang kami. Nick sangat mencintaimu, Celia. Dia sedang menunggumu di rumah. Dia sangat hancur tidak ada dirimu. Dan kedatanganku ke sini untuk menjemputmu, Celia. Ayo, pulang bersamaku," ucap perempuan itu lagi, sekaligus mengajaknya pulang.
Tapi, Celia menggeleng. "Aku ingin tetap di sini, Ma, Pa. Aku tidak ingin pulang. Aku juga masih ingin bermain-main dengan anakku."
"Tidak, Sayang. Kamu harus pulang," pinta mamanya.
"Kamu sudah terlalu lama bermain-main di sini, Celia. Sudah waktunya kamu pulang. Suamimu menunggumu di rumah. Semua orang menunggu kehadiranmu di sana." Papanya menyahut.
"Tapi, aku masih betah di sini. Dunia terlalu kejam untukku." Celia tampak mengeluh.
"Tidak, Mommy. Mommy, harus pulang jagain Daddy. Daddy sedang menunggu Mommy sekarang. Daddy juga sayang banget sama, Mommy. Jangan tinggalin Daddy lama-lama. Soalnya aku melihat Daddy sedang menangis. Daddy sangat sedih ditinggal Mommy. Kasihan Daddy, Mommy," ucap gadis kecil yang belum Celia ketahui namanya. Tapi, ia tahu itu anaknya.
"Celia, belum waktunya kamu ikut kami. Kamu harus kembali ke rumahmu. Temani suamimu, Nak. Papa, Mama, dan anakmu, akan selalu menjagamu dari sini. Kamu harus meneruskan kehidupanmu dengan suamimu. Kamu harus bahagia hidup dengannya," desak papanya.
Celia tidak memiliki pilihan lain. "Baiklah, aku pulang sekarang. Aku harus menemui Nick."
"Iya, Sayang." Mamanya mengangguk semangat seraya mengulas senyum lebar.
"Kembali lah, Sayang. Kamu sudah dijemput. Semua orang sedang menantimu. Kamu harus berkumpul dengan mereka lagi."
"Iya, Pa."
"Bye-bye, Mommy. Kami sayang, Mommy dan Daddy." Gadis kecil itu melambaikan tangan kepada Celia yang mulai melangkah menjauh. Pun dengan kedua orang dewasa yang berdiri di kanan-kirinya, melambaikan tangan kepada mommynya.
"Bye-bye. Mommy pulang dulu, Sayang."
***
"Dok, jantungnya kembali berdetak!" seru salah satu perawat yang terus melihat layar monitor EKG.
Dokter bernapas lega, pun dengan yang lain. Lantas, berlanjut mengecek denyut nadi dan pernapasan Celia. Sebelum akhirnya, semua garis zig-zag dalam monitor itu kembali normal.
Beberapa saat kemudian, terlihat pergerakan dari jemari Celia. Dan perlahan, perempuan itu mulai membuka matanya. Sorot cahaya lampu begitu menusuk pada penglihatannya. Tapi, semua masih terlihat buram.
"Dok! Pasien sudah sadarkan diri!"
Celia mendengar suara riuh di sekelilingnya. Ia ingin melihat orang-orang itu. Tapi, ia masih belum bisa menggerakkan tubuh. Semua terasa kaku. Yang bisa dilakukan hanya mengerjap untuk menetralisir penglihatannya yang masih buram.
"Alhamdulillah, pasien sudah sadarkan diri."
Celia mendengar suara itu sangat jelas. Lalu, ia berpikir, 'Sadarkan diri. Aku kenapa?'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top