Part 39

Teman-teman, aku ada ganti nama judul cerita ini yang sebelumnya Gagal Nikah, jadi Still Falling For You. Aku pikir, ini lebih cocok untuk kisah Nick-Celia😂


**

Tidak terpikirkan oleh Nick setelah pernikahannya dengan Celia terpublish, justru membangunkan musuh yang telah lama tertidur. Sebelumnya anteng-anteng saja hidupnya. Tidak pernah mendapat ancaman dari musuh, kecuali dikejar-kejar perempuan yang sedang berusaha mencuri perhatian dari dirinya. Ia berpikir, hidupnya bersih. Tidak ada yang sedang menunggu waktu untuk berbalas dendam. Ternyata, selama ini hidupnya sedang diintai. Mereka sedang menunggu apa yang menjadi kelemahannya.

"Nicky." Celia menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. Lelaki itu lebih banyak diam. Dari ekspresinya terlihat sedang banyak pikiran.

"Sedang ada masalah?" tanya Celia, ketika Nick menoleh menatapnya.

Lelaki itu mengulas senyum sambil menggeleng. "Tidak, Sayang." Ia menenggerkan salah satu tangannya di atas paha Celia, mengusap lembut kulit paha istrinya yang tak tertutup dress.

"Kamu banyak diam. Seperti lagi mikirin sesuatu."

Nick manggut-manggut. "Sudah tidak sabar ingin sampai apartemen. Sudah kangen nengokin dedek. Sudah semingguan ini kita istirahat, 'kan?"

"Ternyata kamu sedang menginginkannya juga?" Celia mengulum senyum. Sebab, Nick merasakan hal yang sama dengan dirinya.

"Iya." Lelaki itu manggut-manggut. "Dari pertanyaanmu, kamu juga lagi pingin sepertinya." Ia tersenyum lebar, dan mendapat anggukan dari Celia. Ia pun menambah laju kendaraan, tapi tetap berhati-hati.

Setibanya di parkiran basement, Nick dan Celia tidak langsung keluar. Keduanya langsung melampiaskan cumbuannya yang sudah tak tertahankan dari masih di jalanan. Nick menarik Celia ke pangkuannya dengan posisi perempuan itu duduk mengakang menghadapnya.

"Aku merindukanmu," ucap Celia lirih, yang memiliki arti merindukan sentuhan-sentuhan Nick yang intim. Dan ia merindukan bercinta dengan lelaki itu dengan gaya sensualnya yang panas.

"Aku juga." Suara Nick terdengar serak sambil menahan gairahnya yang semakin mendesak. Tangannya tidak bisa diam. Merayap masuk ke balik dress Celia, meraba lembut punggungnya. Sedangkan salah satu tangannya meraba bokong sang istri, memberi remasan lembut di sana.

Celia mulai mengecupi bibir, pipi, rahang, dan leher Nick dengan gaya sensualnya yang membuat lelaki itu semakin kehilangan akal. Napas keduanya terdengar memburu, sama-sama memiliki hasrat yang kuat.

Saat tangan Nick beralih meraba paha Celia, perempuan itu beralih mencium bibir Nick dan mendapat balasan dari sang suami. Nick tampak begitu pasrah, membiarkan Celia yang memimpin. Dan itu yang membuat Nick kecanduan atas cumbuan Celia yang memabukkan.

"Sayang, kita ke atas sekarang. Aku sudah tidak tahan ingin mengentakkan milikku ke milikmu," pinta Nick, dan mendapat anggukan dari Celia.

Keduanya pun keluar dari mobil. Nick membopong Celia sampai memasuki apartemen. Lantas, keduanya melanjutkan cumbuan di atas ranjang dan melakukan penyatuan dengan gerakan perlahan. Tidak seperti biasanya.

Beberapa jam kemudian, setelah selesai dengan aktivitasnya dan sudah membersihkan diri, Celia terserang ngantuk begitu cepat. Sedangkan, Nick masih bertahan berjaga dan ia kembali kepikiran akan ancaman Ximon.

Nick keluar dari kamar menuju balkon yang berada di luar ruang keluarga. Lantas, ia menelepon seseorang, memintanya untuk menyiapkan dua bodyguard dan esok pagi harus sudah mulai bertugas untuk menjaga sang istri. Selain itu, Nick juga menelepon Barra, meminta lelaki itu untuk membuatkan cincin diamond yang dalamnya dipasang chip GPS. Ia harus benar-benar memberi penjagaan ketat untuk keselamatan sang istri.

Setelah semua selesai diurus, Nick masih berdiam di balkon sambil memerhatikan pemandangan kota pada malam hari. Saat melihat istrinya keluar dan memanggil dirinya dengan suara yang terdengar gelisah, ia langsung beranjak dan menghampiri.

"Kenapa? Ada apa?"

"Ada seseorang meneleponku. Dia mengancam akan menghancurkan hidupku." Jantung Celia berdegupan tak keruan. "Aku takut, Nick."

Nick merengkuh istrinya penuh sayang. "Jangan takut. Ada aku yang akan selalu menjagamu di sini."

"Baby." Yang dipikirkan Celia hanya anaknya. Masih di dalam kandungan yang baru akan tumbuh kembang. Dan ia takut tidak bisa menjaganya dengan baik.

"Kamu dan Baby tidak akan kenapa-kenapa. Kalian akan baik-baik saja." Nick mengecup puncak kepala Celia penuh kasih sayang. "Jangan pikirkan. Sekarang tidur lagi, ya."

Celia menggeleng keras. "Tidak bisa. Masih kepikiran."

Nick terpejam. Menahan geram karena Ximon sudah berani meneror istrinya juga. Padahal ia sudah berusaha keras untuk tidak memberitahu Celia.

"Aku temenin. Aku juga mau tidur. Ayo."

Kali ini, Celia mengangguk. "Jangan jauh-jauh dari aku," pintanya, masih merasa ketakutan. Ia benar-benar kehilangan keberanian sekarang.

"Iya, Sayang." Nick mengecup puncak kepala Celia lagi, lalu membawanya menuju kamar.

"Nick, mereka tidak akan menerobos masuk ke apartemen kita, 'kan?" tanya Celia sambil memasuki kamar.

Nick menggeleng. "Apartemen ini memiliki penjagaan keamanan yang ketat. Tidak bisa masuk untuk orang asing yang tidak memiliki ID penghuni apartemen."

Celia mengembuskan napas lega. Setibanya di ranjang dan berbaring, ia langsung merengkuh Nick erat-erat. "Jangan pergi," pintanya lagi.

"Tidak, Sayang. Tidur lagi gih. Jangan dipikirkan. Kasihan Baby kalau kamu terlalu berpikir berat."

"Nick, apa ini ada hubungannya dengan Erick? Waktu itu Erick sudah pernah ngancam kita. Dan mungkin juga dia menaruh dendam setelah aku ngasih pelajaran, juga kita yang sudah mempublikasikan pernikahan."

"Biar aku selidiki dan selesaikan. Jangan pikirkan lagi. Tidur, Sayang." Nick mengusap-usap kepala Celia serta mengusap lembut pinggang sang istri.

Dalam dekapan Nick, Celia selalu merasa lebih aman. Ketakutannya perlahan mereda, dan tak lama ia terlelap. Sampai pagi.

Dan saat terbangun tidak melihat Nick di ranjang, Celia langsung memanggilinya. Namun, ia tidak mendapat jawaban. Dengan cepat, ia beranjak turun dari ranjang lantas keluar kamar.

"Niick!" seru Celia, gelisah.

"Aku di dapur, Sayang."

Celia bernapas lega. Lantas, berjalan cepat menuju dapur. Begitu melihat tubuh kekar suaminya yang sibuk membuat sarapan, ia langsung memeluknya. Nick pun membalas. Lelaki itu memberi kecupan singkat di bibirnya.

"Aku buat telur rebus untukmu. Mau oat meal atau roti untuk tambahannya?" tanya Nick sambil menunggu telur matang.

"Oat meal saja sedikit."

"Oke." Nick berjongkok, menyamakan tingginya dengan perut Celia lantas ia memberi kecupan di perut sang istri. "Good morning, Baby. Terima kasih sudah membantu Mommy tidur nyenyak, ya. Kamu harus sehat-sehat di dalam perut Mommy agar kita bisa bertemu di dunia. Jangan bikin Mommy mual-mual saat sarapan, ya. Itu untuk pertumbuhan kamu di dalam sini. Biar Mommy juga tidak lemas," ucapnya panjang lebar, yang sudah menjadi rutinitasnya untuk mengajak calon anaknya ngobrol. Kemudian, ia mengecupi perut Celia lagi sebelum akhirnya beranjak berdiri.

"Kamu mau sarapan apa? Biar aku bikinin juga," tanya Celia sembari merengkuh pinggang Nick.

"Oat meal saja."

"Aku siapin campuran buah-buahannya."

"Tidak. Kamu jangan melakukan apa pun. Biar aku yang nyiapin semuanya."

"Nick, aku juga butuh beraktivitas." Celia memberengut.

Nick tidak bisa melihat istrinya kesal. Akhirnya, ia mengangguk mengiyakan. "Oke, oke. Kalau gitu aku bikin oat mealnya."

Dengan penuh semangat, Celia menjauh dari Nick lalu menuju kulkas. Ia mengambil kiwi dan jeruk untuk dimakan biasa. Sedangkan, untuk campuran oat meal, ia mengambil blueberry, strawberry, dan raspberry. Semuanya ia cuci, berlanjut mengupas kiwi dan jeruk, lalu memotonginya dan ditaruh ke satu piring.

Celia beralih ke keluarga berry untuk dicampurkan dengan oat meal. Bersama-sama dengan Nick yang berdiri di belakangnya, ia menaburkan keluarga berry ke oat meal yang sudah dijadikan bubur. Celia mengambil raspberry, ia suapkan ke Nick yang langsung diterima. Lalu, bergantian dengan Nick yang juga menyuapkan untuk dirinya.

Selesai dengan menyiapkan sarapannya yang juga baru mengupasi telur, Nick mengangkat Celia untuk didudukkan ke meja konter. Perempuan itu mengalungkan kedua tangan ke leher dirinya, sedangkan ia menenggerkan kedua tangan di pinggang Celia. Saling mengulas senyum dengan jarak wajah sangat dekat, Nick terus mengecupi bibir sang istri dengan gemas.

"Nanti akan datang dua bodyguard untukmu," ucap Nick.

Celia mengernyit. "Bodyguard?"

"Ya. Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Kamu butuh penjagaan selama tidak dekat denganku. Di kantor sekali pun."

"Nanti bakal jadi perhatian orang-orang lagi." Celia memainkan rambut Nick.

"Yang penting keselamatan istriku. Jangan pedulikan apa kata orang."

"Baiklah. Aku sadar diri juga sekarang lagi tidak bisa jaga diri. Karena ada Baby yang harus kujaga."

"Pintar." Nick mengulas senyum. Lantas mengecup bibir Celia yang berubah menjadi pagutan mesra. Sebelum menurunkan sang istri, ia beralih mengecupi pipi Celia dengan sangat gemas.

Keduanya pun beralih ke meja makan dengan membawa makanannya. Saat masih menikmati sarapan, Nick menerima pesan dari pemilik Guard Community yang mengirimkan surat identitas dua bodyguard, serta foto bodyguard yang akan didatangkan ke apartemennya.

"Mereka masih muda. Memiliki tubuh yang bagus. Cukup atletis. Kamu jangan sampai terpincut, ya." Nick memperlihatkan foto dua bodyguardnya kepada Celia.

Celia mencebik. "Pak Nick, kalau cemburu ngapain ngambil bodyguard segala, hum?"

Nick tergelak. "Bercanda, Sayang. Kamu pasti tidak akan tertarik ke mereka. Suamimu lebih tampan, badannya juga tidak kalah bagusnya, bikin anak dengan banyak gaya juga jagonya. Paket komplit 'kan, Cel?"

[Mereka akan tiba di apartemen Anda jam sembilan, Pak Nick]

Nick mendapat pesan susulan, dan dibalas, [Baik].

Tepat jam sembilan, dua bodyguard itu tiba di apartemen Nick. Lelaki itu menjemputnya di lobi, lalu mendaftarkan dua bodyguardnya ke resepsionis sebagai pekerja dirinya agar bisa masuk dan memiliki kartu ID penghuni apartemen.

Setelah selesai dengan urusannya, Nick langsung membawa dua bodyguardnya ke unit apartemen dirinya. Ia memberitahu apa saja yang harus dikerjakan oleh kedua bodyguardnya, yang lebih diutamakan untuk menjaga sang istri dari ancaman orang misterius.

"Pokoknya kalian harus jeli melihat sekitar selama menjaga istri saya. Jangan sampai lengah. Dan jangan terlalu jauh jaraknya dengan istri saya. Paham?" peringat Nick, kepada dua lelaki berseragam hitam, bernama, Aiden dan Dante.

"Paham, Pak," balas dua bodyguard itu, kompak dan tegas.

"Saya akan memberikan mobil khusus untuk kalian. Tapi, selama dalam perjalanan, jarak kalian tidak boleh jauh-jauh dari mobil saya."

"Baik, Pak."

"Oke. Tunggu sebentar. Setelah ini kita berangkat ke kantor, tunggu istri saya selesai berdandan." Nick beranjak dari sofa, lantas menghampiri istrinya yang masih berada di kamar.

Celia tidak bermake-up, wajahnya hanya diberi skincare yang aman untuk ibu hamil sesuai rekomendasian dari dokter kandungan. Tapi, Nick merasa pergerakan istrinya sangat lambat. Dari tadi tidak selesai-selesai bersiap.

"Pakai ini kayak enggak cocok, pakai itu kayak enggak cocok. Udah banyak dress yang aku coba, tapi kayak ada yang kurang dari penampilanku," adu Celia yang masih berdiri di depan cermin. "Biasanya aku enggak kayak gini. Pakai apa pun masuk. Ini cuma dress aja bikin aku pusing dari tadi."

"Padahal semuanya bagus, Sayang. Cocok ditubuhmu."

"Kelihatan jelek, Nick," keluh Celia.

"Yang membuatmu nyaman, yang mana?"

"Nyaman semuanya. Tapi, setelah dipakai jadi kelihatan jelek di aku."

Nick memerhatikan penampilan Celia dari atas sampai bawah. Terlihat cantik, menarik, tidak ada yang salah dan kurang. Mungkin itu hormon ibu hamil saja yang katanya suasana hati susah ditebak.

"Ini bagus. Kamu jadi kelihatan lebih cantik dan segar. Cocok ditubuhmu," puji Nick. Ia berharap bisa mendapat respons baik dari istrinya. Tapi, ia masih merasa was-was saat Celia belum memberi tanggapan dan masih mematut diri pantulan cermin.

Perempuan itu masih menimang-nimang penampilannya. Perutnya memang belum kelihatan begitu buncit, tapi sudah ada tanda-tanda jika sebentar lagi akan kelihatan buncit.

Merasa lelah sendiri, akhirnya Celia pasrah. Dan ia menerima pujian dari Nick, jika memakai dress yang sedang dipakainya lebih cantik dibanding yang lain.

"Oke, deh. Pakai ini saja."

"Sudah bisa berangkat sekarang?" tanya Nick, dan mendapat anggukan lesu dari Celia.

"Sini, aku cium dulu biar tidak lesu." Nick mengecup kening, pipi kanan-kiri, dan bibir Celia. Lantas, keduanya keluar kamar.

Celia diperkenalkan oleh dua bodyguardnya dan diberitahu tugas-tugas bodyguardnya untuk dirinya. Setelah cukup dalam sesi perkenalannya, mereka bersama-sama keluar dari apartemen. Dan masih menunggu lift, Celia mendapatkan teroran kembali berupa video kecelakaan beruntun disertai suara sirine ambulance.

Nick langsung merebut ponsel sang istri. "Jangan dilihat." Ia langsung menghapusnya, sebelum panic attack Celia menyerang.

"Untuk informasi kepada kalian berdua, istri saya memiliki trauma terhadap rumah sakit, suara sirine ambulance, dan kecelakaan. Jadi, kalau ada kecelakaan entah dilihat secara nyata maupun media sosial, tolong jangan sampai istri saya melihatnya. Apalagi dia sedang hamil sekarang, tidak bisa meminum obat-obatan untuk panic attacknya," ucap Nick seraya memasuki lift.

"Baik, Pak. Kami akan berusaha menjauhkan Nyonya dari hal-hal semacam itu."

Celia masih merasakan debaran hebat pada jantungnya. "Tremor tanganku, Nick," ungkapnya sambil menggenggam tangan Nick.

Dan Nick bisa merasakan tangan Celia sangat dingin. "Jangan diingat-ingat, oke."

Celia manggut-manggut menurut.


















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top