Part 32
Sebelum masuk ke ruang meeting program berita dan masih memiliki waktu sepuluh menit, Celia yang meminta Nick untuk datang lebih awal langsung menghampiri Erick yang sedang ngobrol bersama rekan-rekannya. Gebrakan meja yang dilakukan di meja Erick, berhasil mengagetkan lelaki itu juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Obrolan mereka terhenti seketika. Suasana yang sebelumnya ramai, menjadi hening dan semua pasang mata terfokus ke Celia.
"Wow, wow! Celia." Salah satu dari mereka berkata kikuk begitu melihat ekspresi Celia yang dingin dan datar. Dan dibuat melongo saat perempuan itu tiba-tiba mencengkeram kaus Erick yang dilapisi kemeja tanpa dikancingkan, lalu menyeretnya keluar ruangan.
"Ayo, ayo, lihat. Apa yang akan dilakukan Celia ke Erick," ajak salah satu rekan Erick. Mereka sudah mengayunkan kaki secara perlahan.
Namun, suara berat Nick menghentikan, "Kerjakan pekerjaan kalian. Jangan ikut campur urusan mereka."
Perhatian mereka pun langsung tertuju kepada Nick yang memperlihatkan ekspresi dingin dan datarnya. Cengiran malu-malu mereka sunggingkan.
"Ba-baik, Pak," ucap salah satu dari mereka.
"Kembali ke meja kalian," perintah Nick lagi, tegas.
Para karyawannya bergegas kembali ke meja, tapi mereka yang masih kepo ingin tahu apa yang akan dilakukan Celia, berkumpul di satu meja yang bisa melihat target.
"Santai, Cel. Santai," ucap Erick, setelah Celia menghentikan langkah. Tamparan keras pun ia dapatkan, yang membuat para karyawan yang di dalam melongo melihatnya.
Beberapa karyawan meringis sambil memegangi pipi, pun dengan Evelyn, seolah bisa merasakan nyeri di pipi Erick. Sedangkan, Nick bersedekap sambil menyembunyikan senyum puas.
"Rak nduwe isin ta awakmu, Rick?! Iso-isone nyebarke fitnah nek aku kabur seko awakmu mergo dewe gagal nikah?! Dan dengan pedenya awakmu ngomong, nek aku isek seneng mbek awakmu?! Ciiih! Duapuranmu ki wes rak penting neng urepku, Rick! Arep awakmu berusaha sampai jungkir-balik njupok atiku neh, aku wes rak bakal terpikat mbek awakmu. Tresnoku cuma go bojoku. Go bojoku! Rakno liyane! Aku wes peringatke awakmu, ojo ganggu urepku neh!" cecar Celia sambil menatap tajam lelaki itu.
Akan tetapi, Erick merasa masa bodoh. Ia justru terkekeh dan semakin tertantang melihat sikap Celia. "Emang nyatane ngono to. Awakmu lungo rene mergo meh ngadohi aku. Aku ngerti, awakmu ki isek seneng mbek aku, Cel. Dewe pacaran wes empat tahun. Rak ngandel nek awakmu wes rak nduwe roso mbek aku." Ia berkata santai dan dengan pedenya. "Teros, nek emang awakmu seneng mbek bojomu, rak mungkin hubunganmu, pernikahanmu, isek diumpetke seko karyawan-karyawan kene. Iku mergo awakmu rak seneng to mbek bojomu? Kalian nikah yo mergo kepekso."
"Karena aku isek ngumpetke status rabiku njok awakmu kiro aku ndak seneng mbek bojoku?" Celia terkekeh sinis sambil menatap tajam Erick. Lantas, tangannya bergerak cepat menarik tali kerah blus putihnya, dan berlanjut membuka satu kancing blus bagian atas.
Nick terbelalak melihat tingkah Celia. Ia pikir, istrinya akan menelanjangi tubuhnya. Apalagi ia tidak paham percakapan yang mereka bicarakan karena pakai bahasa Jawa. Pun dengan yang lain sama-sama terbelalak, dan sangat menunggu apa yang akan dilakukan Celia.
"Awakmu pikir aku mong apus-apus nek seneng mbek bojoku?! Iki ... iki bukti nek aku mbek bojoku saling seneng. Yoh, awakmu pikir dewe nopo iso akeh cupang neng dodoku nek ora bojoku seng gawe. Awakmu wes sering kawin, mesti paham to?" ucap Celia sambil membuka sedikit blus atasnya untuk memamerkan jejak kemerahan di dadanya.
Melihat itu, Erick menegang. Api cemburu telah menyulut membuat tubuh panas bak terbakar. Dan yang bisa dilakukan hanya menggeram sambil mengepalkan kedua tangan kuat-kuat. 'Sialan! Celia mbek Nick wes bersetubuh tenan.'
"Isek ngiro aku mbek bojoku rak saling seneng?" tanya Celia sambil mengancingkan blusnya lagi. "Awakmu pikir, kamu tok wong lanang sing iso tak senengi aku? Lamon aku ndak rabi mbek bojoku, aku iso rabi mbek liyane. Sing penting rak mbek awakmu. Wong lanang isek akeh. Aku yo rak bakal mati wes dikhianati awakmu. Malah jijik weroh dapuranmu sing rak iso sadar diri lan rak nduwe isin. Mulai saiki lan seteruse, ojo ganggu urepku neh."
Setelah mengucapkan itu, Celia langsung berlalu meninggalkan Erick, tapi langkahnya terhenti saat lelaki itu berkata,
"Nek aku rak iso nduweni awakmu, bojomu yo rak iso nduweni awakmu."
Celia kembali menghadap Erick. Ia menatap tajam sambil mengetatkan rahang. Emosi semakin terpacu mendengar ancaman lelaki itu yang seolah-olah akan mencelakai dirinya dan Nick. Saat dirinya melepas high heels, semua orang semakin bertanya-tanya. Tontonan apa yang akan mereka lihat sekarang.
Celia melangkah perlahan menghampiri Erick. Dan tanpa ba-bi-bu, ia memberikan tendangan butterfly setelah tiba di hadapan lelaki itu, tepat mengenai kepalanya. Untungnya, hari ini ia memakai celana.
Erick langsung terjatuh ke lantai. Semua orang melongo sambil menutup mulut melihat Celia melakukan tendangan dengan gerakan tubuh memutar dan terlihat seperti melayang.
"Gila! Badas banget Celia!"
"Masih berani kau berurusan sama perempuan itu?"
"Kita bisa jadi sasaran empuk kalau masih menggosipi Celia."
Suara bisik-bisik para karyawan mulai terdengar riuh. Evelyn sendiri langsung menciut telah berurusan dengan orang yang salah. Tamparan Celia kemarin saja sangat terasa sakitnya, bagaimana jika dirinya ditendang seperti Erick. Memikirkan itu, perasaan gelisah menghampiri Evelyn.
Celia berjongkok, lalu menjambak rambut Erick. "Ini terakhir aku ngingetin kamu. Sekali lagi bikin gosip murahan dan berkata aku masih ingin balikan sama kamu, kamu mau ngambil aku dari suamiku, dan mau ngerusak hubungan kami, bukan hanya kepalamu yang aku tendang. Tapi, tulang-tulangmu juga akan patah. Paham?" Ia melepaskan jambakan, lalu meninggalkan Erick begitu saja dan memunguti high heelsnya.
"Tuh, tolongin temen kalian. Kasih tahu juga jangan berharap aku mau balikan lagi sama dia. Dia yang bikin hancur hubungan, tapi bertingkah seperti orang yang gak punya dosa!" cecar Celia, kepada rekan-rekan Erick.
"Tenang, Celia. Kami akan memberitahu Erick untuk tidak berurusan denganmu lagi," balas salah satu dari mereka, terlihat ketakutan dari ekspresinya.
"Dan untukmu, Evelyn. Kalau masih ingin mengusik hidupku dan urusanku, bukan hanya tendangan seperti Erick yang akan kamu dapat. Tapi, jambakan sampai membuat kepalamu botak!" ancam Celia, kepada Evelyn.
"Iya, Celia. Iyaa. Tenang. Aku tidak ingin ikut campur urusanmu lagi." Evelyn yang ketakutan, menurut begitu saja.
"Masih juga mau mendekati Pak Nick, akan habis kamu di tanganku," ancam Celia lagi. "Masih ingat 'kan, apa tujuanku dijadikan PA untuk Pak Nick dari Tante Resa? Untuk menjaganya dari godaan bulu-bulu ulat, dan kamu salah satu yang masuk di list Tante Resa. Jadi, jangan berharap lebih Pak Nick akan jatuh cinta kepadamu."
"Iya, Celia, iyaa. Aku tidak akan menaruh hati sama Pak Nick lagi. Janji." Evelyn mengangkat dua jari tangan kanannya membentuk huruf V. Daripada dijadikan samsak hidup oleh Celia, mending nurut saja sekarang, pikirnya.
"Oke. Karena kamu sudah memberi pelajaran kepada mantanmu yang sudah bikin gosip murahan di kantor ini, kita lanjut meeting. Dan untuk semuanya, lanjutkan pekerjaan kalian. Tontonan selesai," perintah Nick. Andai tidak ada orang di sekitarnya, ia sudah mengacung dua jempol untuk Celia. Juga akan memeluknya sambil digemes-gemes karena sudah memberi pelajaran kepada lelaki yang tak tahu diri itu.
Sambil berjalan menuju ruangan meeting, Celia berusaha keras meredakan amarahnya. Ia terus-menerus menarik napas dalam-dalam dan dikeluarkan secara perlahan. Begitu menghadapi para petinggi program berita, hal yang dilakukan adalah meminta maaf kepada mereka semua karena telah membuat kegaduhan dan juga meminta maaf atas gosip yang tersebar mengenai dirinya.
Setelah mendapat pengertian dari rekan-rekannya, Celia merasa lega. Meeting pun berlanjut. Dan pembahasan meeting kali ini terdapat kabar menggemparkan mengenai kasus penganiayaan waktu lalu. Sebab, setelah berita diangkat ke media juga dikeluarkannya pengacara untuk melindungi keluarga korban, pihak polisi mulai turun tangan menangani. Mereka melakukan penyelidikan lanjutan mengenai sang anak pejabat yang sering melakukan flexing kekayaan. Dan sampai hari ini, masalah semakin merembet ke mana-mana. Mulai dari perhitungan kekayaan keluarga tersangka didapat dari mana, gaji seorang pejabat berapa, karena sangat tidak imbang dari harga harta-benda yang mereka miliki memiliki harga cukup fantastis serta memiliki gaya hidup yang hedon. Dan dugaan sementara dari hasil penelusuran polisi, orang tua tersangka telah melakukan tindak korupsi uang negara.
"Berita ini akan semakin memanas, Pak. Dari survei sosial media, masyarakat sangat antusias menunggu hasil akhir dari kasus ini. Apalagi kasus ini akan dibawa ke meja hijau sesuai tuntutan keluarga korban yang ingin minta keadilan. Dan masyarakat sangat berharap, persidangannya dilakukan secara terbuka. Itu artinya, kita harus bisa masuk ke ruang persidangan untuk meliput secara langsung."
"Baik. Kalau begitu siapkan surat perizinannya," balas Nick.
"Baik, Pak."
Sebelum meeting diakhiri, Nick memerintahkan Bastian untuk memerhatikan kinerja Erick. Ia juga memerintahkan lelaki itu jika Erick tidak becus dalam bekerja, memintanya agar segera memecat. Apalagi tugas Erick sebagai kameramen sangat penting, karena harus tepat mengambil gambar agar hasil di dalam televisi terlihat epik.
Meeting pun dibubarkan. Nick bersama Celia dan Evelyn kembali ke lantai sepuluh. Sedangkan para karyawan program berita bersiap-siap untuk melakukan tayangan berita. Erick yang sudah mulai membaik meskipun kepala masih nyut-nyutan pusing, diam-diam mulai memiliki rasa dendam terhadap Celia. Niat buruk pun mulai muncul dalam hati. Empat tahun menjalin hubungan dengan Celia, tentu ia sangat paham mantannya memiliki kelemahan kuat.
'Merasa menang dan berasa menjadi jagoan, hah?' batin Erick, sinis sambil menyunggingkan sudut bibirnya.
Sementara itu, setibanya Celia di lantai sepuluh, perempuan itu langsung mendapat tepuk tangan meriah dari rekan-rekannya. Mereka sudah mengetahui, ada yang merekam labrakan Celia kepada Erick, bahkan videonya telah tersebar luas.
"Celia, kamu memang hebat!"
"Mantan tidak tahu diri memang harus dikasih pelajaran!"
"Celia, tapi apa benar kamu sudah memiliki suami setelah batal nikah sama Erick?"
"Pasti Verrell yang sudah menerjemahkan untuk kalian," balas Celia sambil mengayunkan kaki di belakang Nick.
"Aku patah hati, Celia, kalau kamu memang benar sudah punya suami." Verrell menimpali.
"Iya, aku sudah punya suami." Akhirnya, Celia mengakui. "Tapi, jangan tanya siapa suamiku. Soalnya suamiku masih kusimpan rapi agar tidak ada pelakor yang mendekati. Soalnya suamiku itu tampan banget, dan lebih tampan dibanding Erick. Pokoknya aku enggak nyesel sudah nikahin dia, walaupun nikahnya pas aku lagi nasib ngenes. Apalagi sekarang kami sudah saling jatuh cinta. Makanya, aku tuh benci banget ada gosip-gosip murahan yang dibikin Erick."
"Celia. Cukup untuk berbangga diri. Saya tahu kamu sudah bersuami," ucap Nick, tegas, yang justru menimbulkan persepsi para karyawan jika atasannya sedang cemburu terhadap Celia.
"Ya biar mereka tahu, Pak, kalau saya sudah nikah. Apalagi sampai dituduh pakai susuk pengasihan segala. Memangnya saya tidak laku apa? Suami yang nikahin saya secara mendadak saja langsung klepek-klepek sama saya," balas Celia sangat jujur. Ia sengaja mengatakan itu dengan suara agak dikeraskan. Jika para karyawan menerima undangan dan hadir di pesta pernikahannya, mereka tidak kaget lagi cerita dari pernikahan dirinya dan Nick.
"Langsung masuk ke ruangan. Jangan ngrumpi panjang lebar lagi. Masih banyak pekerjaan," perintah Nick, tegas.
"Baik, Pak Nick. Baik."
"Teman-teman, lanjut nanti ngobrolnya, ya," seru Celia sambil melambaikan tangan.
Rekan-rekannya pun membalas iya. Begitu melihat Celia dan Nick masuk ke ruangan, mereka melanjutkan obrolan. Kedatangan Celia di kantornya membuat suasana terasa lebih hidup. Tidak kering seperti pohon mati yang setiap hari hanya serius kerja, karena takut kena omel oleh sang CEO jika ketahuan ngobrol saat bekerja. Bahkan, Celia sangat berani berbicara lantang meskipun masih bersama Nick. Memang sangat pemberani perempuan itu, tidak ada takut-takutnya.
"Kenapa tadi membuka blus atasmu di hadapan Erick? Ingin pamer susumu, huh?" tanya Nick, terdengar cemburu suaranya.
Celia menghentikan langkah. Mendekati Nick, lalu ia melakukan hal yang sama saat di hadapan Erick--membuka satu kancing blus atasnya lantas menyingkapnya. "Pamer ini lah. Dia pikir, aku sama kamu belum melakukan hubungan badan. Makanya aku lihatin ini buat bukti kalau kita sudah bercinta."
"Tadi yang bicarakan itu?" Kali ini, nada suara Nick agak santai.
Celia manggut-manggut. "Aku peringatin ke dia untuk tidak ganggu aku lagi dan tidak ganggu pernikahan kita lagi. Terus aku tegasin juga kalau kita sudah saling cinta."
"Terus, dia bilang apa sampai kamu melakukan tendangan?"
"Dia bilang, kalau dia tidak bisa milikin aku, kamu juga tidak bisa milikin aku. Aku rasa itu ancaman di mana dia akan melakukan tindakan buruk. Entah untukku atau kamu, atau ke kita berdua. Dan tendangan tadi buat ngasih pelajaran kalau aku tidak bisa ditindas dengan ancaman."
Mendengar penjelasan Celia, Nick sudah mulai tenang. Lantas, ia menarik istrinya untuk didekap. "Badasnya dari dulu memang tidak hilang. Suka ngasih pelajaran pukulan sama orang-orang yang usil ke kamu."
"Itu bentuk perlindungan diri sendiri dari musuh. Makanya perempuan harus bisa beladiri. Itu sangat penting."
"Apa aku akan mendapatkan hal sama seperti Erick kalau melakukan kesalahan?" tanya Nick, yang mulai kepikiran. Apalagi setelah mendapat telepon dari Alice.
"Tergantung kesalahannya. Kalau itu masalah perempuan, mungkin akan bernasib sama seperti Erick. And cut off hubungan."
"Ngeri sekali. Kalau masalah perempuan, aku tidak akan pernah menduakanmu. Karena bisa bersamamu dan mendapatkanmu adalah impianku sejak dulu."
"Makanya jangan macam-macam, ya. Ingat, Nick. Manokmu bakal ilang." Celia tergelak sambil meremas burung milik Nick.
"Nanti kamu ngebangunin yang tidur, Sayang."
Bukannya menjauhkan tangannya, Celia justru semakin meremas.
"Celia." Nick menggeram sambil meredam desahan.
Celia tergelak. Benar saja burungnya Nick langsung bangkit. Tidak ingin tanggung jawab, ia langsung berlari ke meja kerjanya.
Nick mengikuti. "Kamu harus tanggung jawab sekarang," desaknya.
"Enggak mau." Celia geleng-geleng sambil tertawa lirih.
"Harus." Nick mengurung Celia di kursi perempuan itu.
"Enggak mau." Celia terus menggeleng dan masih terkikik antara takut dan geli. Sedangkan, kedua tangannya menahan bahu Nick agar tidak semakin maju.
"Harus. Sekarang. Dia sudah bangun karena ulah tangan nakalmu," desak Nick terus-menerus.
"Pak Nick, lanjut kerja lagi. Nanti dimarahin Pak Direktur loh."
"Tidak peduli."
Celia menghentikan kikikan lalu menatap lekat Nick. "Kasih kecupan saja, ya." Ia mengecup bibir Nick sekilas.
Baru saja Nick akan membalas, ketukan pintu pun terdengar. Cepat-cepat ia menegakkan tubuh. "Nanti Celia," ucapnya sambil mengayunkan kaki, tatapan tertuju kepada sang istri.
"Eemuaach." Celia memberikan kecupan jauh, lalu bersikap tegas saat ada karyawan masuk.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top