Part 29

Pesta ulang tahun Lidya yang diselenggarakan di sebuah ballroom hotel, terlihat begitu mewah dan megah yang dihadiri para tamu undangan berpakaian formal. Terlebih, kepada para wanita yang berpenampilan glamor dari segi make up, gaun pesta, serta aksesoris-aksesoris yang menyempurnakan penampilannya.

Celia mulai paham, dan sangat berterima kasih kepada Nick karena telah memberikan yang terbaik untuk dirinya sehingga tak kalah glamor dari mereka. Berjalan menghampiri sang pemilik acara, Celia tak malu-malu menggandeng lengan kiri Nick dan menjadi pusat perhatian para perempuan yang sekarang sedang menatapnya penuh tanya.

"Nick digandeng siapa itu?"

"Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya."

"Apa kekasih Nick?"

"Tidak mungkin. Nick tidak pernah terlihat menggandeng perempuan kecuali sekretarisnya. Dia juga susah didekati meskipun terlihat ramah."

Celia mendengar bisik-bisik yang sedang membicarakannya. Tidak lama, ia dan Nick tiba di hadapan Lidya yang sedang bercengkerama dengan rekan-rekannya. Celia hanya tahu satu perempuan dari mereka, tidak asing untuk dirinya. Dan perempuan itu, Farah Anastasia, mantan istri Leofric yang kemarin ia temui. Seseorang yang juga menyerang Camellia di sosial media. 'Akhirnya, bertemu secara tatap muka juga dengan perempuan itu,' batinnya.

"Nick, kamu datang sama Personal Assistantmu? Aku kira kamu akan datang sendiri ke sini?" tanya Lidya, basa-basi dengan suara dibuat setenang mungkin. Padahal, ia mulai merasa tidak senang atas kehadiran personal asisten Nick, dan berani-beraninya perempuan itu menggandeng Nick. Sangat tidak tahu sopan santun!

"Ya. Aku memintanya untuk menemaniku kemari. Tidak enak juga datang tanpa gandengan. Selamat ulang ya, Lidya," jawab Nick sambil mengulurkan tangan kanan, yang langsung dibalas Lidya.

"Terima kasih, Nick." Perempuan itu tersenyum lembut.

"Kak Lidya, selamat ulang tahun. Ah, iya, ini kado dari Pak Nick." Kali ini, Celia yang berucap sembari menyodorkan paper bag berisi tas branded sebagai kadonya.

"Terima kasih." Lidya menerimanya. Lantas, pandangan beralih ke Nick. "Nick, hadiah darimu sangat istimewa. Terima kasih, ya."

Nick mengangguk. "Itu pilihan dari Celia yang menemaniku berbelanja tadi. Aku rasa, Celia sangat paham dengan selera perempuan dan aku pasrahkan dia yang memilihnya. Berterima kasihlah dengannya. Tanpa bantuan Celia, mungkin aku hanya bisa membelikan hadiah pasaran untukmu," jelasnya sambil mengulas senyum simpul.

"Terima kasih, Celia."

"Sama-sama, Kak." Celia mengangguk sembari menyunggingkan senyum.

Lantas, Nick dan Celia pun berlalu dari hadapan Lidya. Beralasan agar Lidya bisa menyapa rekan-rekan yang datang. Namun, bukannya melakukan itu, Lidya masih diam di tempat sambil mengamati gerak-gerik Celia yang masih menggandeng lengan kiri Nick dengan santainya. Selain itu, ia juga memerhatikan penampilan Celia yang tak kalah mewah dari dirinya dan para tamu wanita yang lain. Dari atas sampai kaki, barang yang digunakan Celia bukanlah barang murahan. Tetapi, branded dan mahal.

"Dia hanya Personal Assistant saja. Tapi, barang-barang yang digunakan mahal-mahal. Apa yang membelikan barang-barang itu Nick?" gumam Lidya, kepada empat temannya yang sedang berdiri dengannya.

"Mungkin. Dalam dunia bisnis juga, aku tidak pernah melihatnya. Sepertinya juga bukan dari anak pengusaha karena aku tidak pernah melihatnya."

"Sepertinya dia memanfaatkan keadaan dengan pekerjaannya."

"Dulu sianganku Evelyn. Tapi, sepertinya perempuan itu lebih membahayakan. Bahkan, Evelyn saja bisa tersingkirkan posisinya walaupun masih menjadi sekretaris Nick sekarang. Biasanya yang menemani Nick dalam setiap acara juga Evelyn. Tapi, lihat, perempuan itu sudah tergantikan oleh personal asisten Nick yang baru. Itu artinya, perempuan yang bersama Nick sekarang lebih membahayakan," ucap Lidya, pandangan masih tertuju kepada Nick dan Celia yang sedang bercengkerama akrab dengan tamu lain.

"Aku tinggal sebentar, mau naruh ini." Setelah mengucapkan itu, Lidya bergegas berlalu dari hadapan teman-temannya. Bukan hanya menaruh kado dari Nick tujuan utamanya, tetapi menemui seorang pelayan bagian minuman dan memerintahkan sesuatu.

"Jangan sampai ketukar. Terus amati dia. Nanti kalau sudah ada tanda-tanda, minta bodyguardku untuk membawanya ke kamar yang sudah kusediakan. Paham?"

"Paham, Non." Pelayan itu mengangguk patuh.

"Sana kerjakan. Ingat ya, jangan sampai tertukar."

Pelayan itu mengangguk lagi sambil membawa baki yang atasnya terdapat dua gelas kaki berisi anggur merah. Sedangkan, Lidya masih mengamatinya sambil berjalan ke tengah-tengah ruangan.

Sialnya, saat pelayan tersebut menyodorkan gelas yang telah diberi obat perangsang oleh Lidya kepada Nick, Celia langsung mengambilnya lebih dulu karena kehausan. Dan detik itu juga langsung meminumnya sampai separuh.

"Haus, Nick," bisik Celia sambil menyengir kepada Nick.

"Iya, tidak apa-apa," balas lelaki itu sembari mengulas senyum simpul. Nick mengambil gelas lain dari sodoran sang pelayan. Dan tanpa ia tahu, raut wajah sang pelayan memucat karena salah sasaran.

'Bisa mati aku, kalau Non Lidya tahu minumannya tertukar,' batin pelayan itu sambil berlalu. Ia yang menunduk, sesaat mengangkat kepala untuk menatap reaksi sang nona. Berharap, perempuan itu tidak melihatnya jika ia membuat kelalaian.

Tidak berselang lama, acara inti dimulai. Lidya sudah berada di panggung bersama kedua orang tuanya. Dan menit demi menit itu, Celia mulai merasa ada yang salah dalam dirinya. Ia merasa tubuhnya panas bak terbakar. Semakin bertambah waktu, ia merasa libidonya bangkit, bergairah secara tiba-tiba, dan yang terpikir dalam benak hanya ingin melakukan seks detik itu juga. Sesuatu dalam dirinya seolah ingin dibebaskan secara brutal dan penuh semangat.

"Nick, tubuhku panas semua. Tidak kuat rasanya." Celia berbisik kepada Nick sambil mengibas-ngibaskan salah satu tangan. Juga sedang berusaha keras mengendalikan nafsunya.

"Di sini dingin loh, Sayang. AC-nya cukup kuat."

"Nick, tapi tubuhku benar-benar panas. Seperti ada yang salah dengan diriku."

Nick memerhatikan gelagat Celia yang mulai berbeda. Wajah perempuan itu memerah, tubuh seperti orang yang sedang mengalami rangsangan hebat. Sadar ada yang tidak beres dengan istrinya, ia bergegas membawa Celia keluar dan tak lepas dari pandangan Lidya yang sedang ada di atas panggung.

Semakin lama, kondisi Celia sudah seperti orang gila. Hasratnya sudah tak terkontrol lagi. Pikiran warasnya hilang seketika, dan ia bertingkah seperti jalang yang sedang merayu lelaki hidung belang. Tidak melihat tempat untuk menggerayangi tubuh Nick sambil mengecupi lelaki itu sekenanya.

"Nick, cari kamar. Aku sudah tidak tahan." Suara Celia terdengar seperti orang yang sedang ngelantur sambil meraba-raba wajah Nick. Jalan pun sudah sempoyongan seperti orang mabuk. Yang terpikir, ia ingin segera bertelanjang, melampiaskan hasratnya bersama Nick dengan dorongan dalam diri yang begitu bersemangat.

Sementara, Nick memikirkan siapa yang memberi obat perangsang kepada istrinya? Apakah ada orang yang ingin menjebak tapi salah sasaran dan berakhir Celia yang kena?

Tidak ingin memperpanjang terkaan-terkaan dalam benaknya, setibanya di resepsionis, Nick langsung memesan satu kamar dan membawa Celia ke kamar tersebut.

Celia semakin berbuat gila setelah masuk kamar. Gaun pestanya langsung ia lucuti saking tidak tahannya dengan panas yang sangat membakar tubuh. Lantas, ia menarik Nick, mencubunya secara brutal sambil melucuti seluruh pakaian lelaki itu dengan gerakan tidak sabaran.

Nick membiarkan Celia melakukannya sendiri dan membiarkan sang istri yang memimpin dalam hubungan seksualnya malam ini. Namun, melihat bagaimana cara Celia yang mencubunya begitu semangat dan bergairah, membuat libidonya naik seketika. Dan ia tidak tahan untuk tidak menyeimbangi cumbuan sang istri.

Dan bersama-sama, keduanya melakukan hal yang saling memuaskan, penuh semangat membara, dan percintaan malam ini benar-benar gila dengan erangan kenikmatan yang membuat keduanya seperti tak ada puasnya. Ingin mengulangnya lagi dan lagi. Seolah tak ada lelahnya.

Keesokan pagi, Celia terbangun lebih dulu dan tersadar akan kejadian semalam, setelah melihat dirinya dan Nick masih bertelanjang di dalam balutan selimut. Perlahan, ia memiringkan tubuh, menghadap Nick yang masih merengkuhnya. Dalam diam, ia memerhatikan wajah Nick yang terlelap pulas. Wajahnya terlihat begitu tenang. Senyum pun ia sunggingkan ketika teringat percintaannya semalam yang begitu gila, brutal, dan penuh semangat.

Perlahan, Celia mainkan jari telunjuk tangan kirinya menyusuri wajah Nick dari; hidung mancungnya, merambat ke bibir dan bergerak mengikuti bentuk bibir lelaki itu yang semalam ikut andil dalam mencubunya. Bahkan, bibir sensualnya itu meninggalkan jejak-jejak merah di dadanya cukup banyak. Selain di sana, bibir dan lidah Nick bermain-main di bagian tubuhnya yang lain.

Mengingat itu, gairah Celia kembali terangsang. Area sensitifnya berkedut. Ia seperti orang gila yang mengalami hypersex, karena rasa ingin melakukan hubungan badan kembali mendorongnya.

Tanpa malu, Celia mulai menggoda Nick yang masih terpejam dengan mengecupi bibir lelaki itu merambat ke rahang, leher, ceruk, dan dada. Saat dirinya mengisap perlahan dada Nick, lelaki itu mendesah. Dan ia merasakan milik Nick mengeras. Tidak lama, lelaki itu membuka mata dengan pandangan telah dikuasai gairah.

"Sudah mulai nakal sekarang." Suara Nick terdengar lirih dan serak sembari mengulas senyum.

"Aku tidak tahu siapa semalam yang merasuki tubuhku. Tapi, aku sangat berterima kasih karena bisa bercinta denganmu begitu sensasional, nikmat, dan berasa di surga yang indah," ucap Celia, yang sudah berada di atas Nick. Keduanya mendesah saat Celia melakukan penyatuan kembali.

"Aku suka kebinalanmu yang semalam. Kamu yang nakal di ranjang, dan kamu yang menguasai diriku," balas Nick sambil menikmati goyangan Celia yang lembut dan teratur.

"Kamu sangat nikmat, Celia," lanjut Nick di tengah desahannya. Lalu, ia terdiam. Tidak bisa berkata-kata lagi selain menikmati permainan yang Celia berikan pagi ini. Cukup lama, sebelum akhirnya keduanya sama-sama merasakan ledakan yang membuat tubuh langsung melunglai lemas.

"Semoga cepat hadir di sini," ucap Nick sambil mengelus-elus perut Celia penuh kelembutan.

"Semoga saja, Sayang." Celia mengulas senyum, mengecup bibir Nick, lalu menduselkan kepala ke leher lelaki itu mencari kenyamanan.

"Nick, jam berapa kita check out dari hotel?" tanya Celia. Sebab, ia masih ingin bermalas-malasan di ranjang sambil ngelonin Nick. Untungnya weekend sekarang.

"Jam dua belas siang."

"Oke. Aku masih ingin tiduran soalnya."

"Ingin lagi?"

"Nanti," jawab Celia singkat, yang membuat Nick semakin bersemangat mendengarnya. "Tidak akan habiskan?"

"Apanya?" Nick mengernyit sambil merengkuh erat tubuh Celia.

"Spermamu."

Mendengar celetukkan itu, Nick langsung tergelak. "Tidak lah. Masih produksi terus."

Sementara, di lain tempat, Lidya seperti orang kesetanan dari semalam. Setelah acara selesai, perempuan itu tak hentinya mengumpati pelayan yang disuruhnya. Kata-kata bodoh, terus ia lontarkan kepada pelayan itu.

Dan sampai pagi ini, moodnya masih hancur. Ia masih uring-uringan karena gagal menjebak Nick. Andai semalam lelaki itu yang meminum obat rangsangan tersebut, pagi ini ia sudah berada di satu ranjang yang sama dengan lelaki itu. Lalu, ia bisa membuat berita yang menggemparkan jika Nick telah menidurinya. Dengan begitu, ia bisa dengan mudah mendapatkan Nick dan menikahinya. Orang tuanya tentu akan menuntut pertanggung jawaban dari Nick untuk dirinya.

"Sialan! Pasti sekarang Nick sedang bercinta dengan personal asistennya. Obat perangsang itu cukup kuat," gumam Lidya sangat geram, di kamar hotel yang sudah ia siapkan untuk Nick dan dirinya.

"Pasti ada cara lain untuk aku bisa mendapatkan Nick," ucapnya penuh tekad. 

***

Jam setengah dua belas, Celia dan Nick sudah bersiap untuk check out. Akan tetapi, Celia masih malu-malu untuk keluar kamar, melihat jejak-jejak merah di dadanya yang terlihat jelas. Tidak bisa tertutup oleh gaun pestanya yang tak berlengan.

"Malu, Nick," keluh Celia sambil menatap penampilan dirinya dari pantulan cermin pintu kamar mandi.

"Pakai jasku saja." Nick yang baru selesai memakai sepatu pantofelnya, mengambil jas yang tersampir di punggung kursi lantas menghampiri Celia. Ia membantu perempuan itu memakainya, lalu membantu merapikannya.

"Lebih baik. Tidak begitu terlihat," ucap Nick sambil memerhatikan penampilan Celia.

Perempuan itu menghadap cermin lagi, lalu merentangkan kedua tangan. Nick yang berdiri di belakangnya sibuk menggulung lengan kemeja sampai sesiku, sehingga memperlihatkan lengan bawahnya yang kekar dan berotot.

"Kayak orang-orangan sawah pakai jasmu. Gede banget," ungkap Celia sambil terkekeh.

Nick yang sudah selesai menggulung lengan kemeja, merengkuh Celia dari belakang. Kecupan singkat ia daratkan di pipi kanan istrinya. "Orang-orangan sawah yang bikin nafsu terus," godanya.

Celia langsung menoleh ke belakang agak mendongak. "Puas gak, Pak Nick, dapat private service dari Personal Assistantnya? Untung sudah sah, ya." Ia tergelak.

"Sangat puas. Dan ingin nambah lagi sebenarnya." Nick tersenyum lebar.

"Kalau sudah di apartemen ya, Pak Nick. Sekarang kita keluar dulu." Celia membalas senyum lebarnya.

Tidak berselang lama, keduanya keluar kamar. Tidak sengaja bertemu Lidya di depan lift di lantai yang sama.

"Nick ... kamu dan Personal Assistantmu menginap di sini?" tanya Lidya, suaranya terdengar bergetar saking terkejutnya melihat Nick dan Celia masih di hotel yang sama dan di lantai yang sama. Dan ia semakin membenarkan dugaannya jika keduanya telah melakukan hubungan badan.

"Iya. Semalam Celia mengalami masalah dengan kondisi tubuhnya. Jadi, aku terpaksa membawanya menginap di sini," balas Nick enteng, tanpa menaruh kecurigaan terhadap perempuan itu.

"Benarkah? Apa Celia sakit?" tanya Lidya, pura-pura ramah.

"Ya. Sepertinya ada yang berniat jahil di pestamu. Lain kali tolong diperketat penjagaannya. Kalau tidak, bisa memakan korban."

"Ya Tuhan, aku minta maaf atas keteledoran di pestaku semalam. Nanti akan kuberi peringatan untuk orang-orang yang sudah kuberi tanggung jawab di pestaku." Tatapan Lidya beralih ke Celia yang memakai jas kebesaran Nick. "Celia, aku minta sudah membuatmu tidak nyaman di pestaku."

Celia mengulas senyum tipis. "Tidak apa-apa, Kak. Itu di luar kendalimu. Yang penting, saya masih sehat dan hidup sekarang." Lain dengan Nick, ia justru menaruh curiga kepada Lidya. Perempuan itu menyukai Nick. Semalam seorang pelayan yang mengantarkan minuman kepada dirinya dan Nick. Lalu, minuman yang disodorkan kepada Nick, ia ambil, ia minum sampai tandas. Kemungkinan besar, Lidya lah dalang dari semua itu. Tapi, ia juga tidak bisa membenarkan dugaannya seratus persen benar. Selain Lidya yang mendekati Nick, masih banyak wanita-wanita yang semalam mendekati Nick sebelum acara inti dimulai.

Tapi, untung lah dirinya yang meminum. Jadi, dirinya yang diuntungkan bisa bercinta dengan Nick penuh kenikmatan sepanjang malam. Untuk siapa pun itu, terima kasih sudah membantu, pikir Celia.








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top