Part 28

Evelyn tidak menyiakan kesempatan, setelah tahu Erick dan Celia saling kenal. Ketika jam istirahat tiba, perempuan itu langsung mencari Erick ke ruang kerjanya. Tetapi, ia tidak menemukan karena lelaki itu sudah tidak ada di sana. Ketika dirinya mencari ke food court, ia menemukan Erick sedang berkumpul dengan rekan-rekan kerjanya di salah satu kafe. Lantas, ia pun segera menghampiri. Tanpa basa-basi langsung ikut gabung.

"Hai!" Evelyn tersenyum lebar kepada para lelaki yang duduk di satu meja. "Sepertinya ada karyawan baru, ya, di sini," ucapnya basa-basi dengan tatapan tertuju kepada Erick.

"Ya." Erick mengangguk. "Erick." Ia mengulurkan tangan kepada Evelyn, yang duduk di seberang meja.

Dengan senang hati Evelyn membalas uluran tangan lelaki itu. "Selamat bergabung di Hernan Corp. Semoga betah di sini."

"Pasti. Karena alasan saya ke sini untuk menjemput kekasihku yang kabur dari kampung," balas Erick dengan entengnya.

"Kekasih?"

"Siapa, Bro?"

"Celia, Personal Assistantnya Pak Nick. Dia kekasih Erick. Gagal menikah karena kesalahpahaman kemarin," jelas Ridho, yang membuat teman-teman terkejut sampai tercengang.

"Yang benar?" tanya Witan, temannya yang lain.

Erick mengangguk mantap. "Dia ketemu Pak Nick di kampung saat datang ke acara pernikahan kami. Terus, Celia yang patah hati denganku, kabur ke sini atas pertolongan Pak Nick."

"Oooh, jadi gitu ceritanya." Evelyn yang menyimak, manggut-manggut mantap. "Aku bisa membantumu mendapatkan Celia lagi kalau mau. Pas banget posisi kerjaku dengan Celia dekat. Jadi, kami sering bersama dan bertemu."

"Benarkah?" Erick tampak begitu tertarik. "Aku menerima tawaranmu ...." Ia menggantungkan ucapan saat akan menyebut nama Evelyn, tapi belum tahu.

"Evelyn. Panggil Evelyn saja biar lebih akrab."

Erick mengangguk semangat. Baru juga masuk kerja, kedatangannya sudah disambut baik oleh karyawan-karyawan lama. Terlebih lagi, ada yang akan membantunya mendekatkan Celia kepada dirinya.

"Kamu sama Celia sudah berapa lama menjalin hubungan?" tanya Evelyn ingin tahu.

"Empat tahun. Cukup lama. Hanya saja, tepat di hari pernikahan kami ada seseorang yang menghancurkannya. Dan berakhir gagal."

"Duh, jahat sekali orang yang melakukan itu ke kalian. Mungkin itu alasan Celia ke sini sebagai pelarian dari sakit hatinya."

"Bisa jadi." Erick mengangguk membenarkan. Dan berpikir, lebih baik ia tidak memberitahu yang lain jika Celia sudah menjadi istri Nick. Sebab, akan semakin memudahkan dirinya untuk mendapatkan Celia kembali karena pernikahan mereka masih disembunyikan.

Lantas, Evelyn mengajak Erick ke suatu tempat untuk membicarakan rencana-rencana yang harus dilakukan, dan keduanya mulai berembuk.

***

Malam harinya, Celia dan Nick datang ke rumah orang tuanya untuk memenuhi permintaan. Makan malam pun berlangsung hangat diselingi obrolan-obrolan tentang pembahasan pesta pernikahan keduanya. Dan benar tebakan Celia, Teresa telah berencana untuk menggelar acara pesta pernikahan anaknya secara besar-besaran dan mewah dengan mengambil konsep luxury wedding.

"Nanti hari Minggu kita fitting baju pengantin, ya. Di butik teman Mama ada menyediakan wedding dress bridal yang bagus-bagus dan mewah. Pokoknya tidak diragukan lagi karya desainnya. Untuk tempat dan dekorasi, biar Mama yang urus semuanya. Nanti Mama akan minta bantuan sama teman-teman Mama. Kalian fokus aktivitas sehari-hari saja," ucap Teresa penuh semangat.

"Mama, apa ini tidak berlebihan? Sebenarnya pesta di kampung sudah cukup untuk kami. Benar, 'kan, Nick?" Celia menatap Teresa, lalu beralih menatap Nick untuk melihat reaksinya.

"Iya, Ma. Pas acara di kampung saja sudah sangat melelahkan setelahnya." Nick menimpali.

"Tidak. Pas di kampung, 'kan, acara yang diselenggarakan dari pihak Celia. Dari kita belum, Nick. Apalagi kamu laki-laki, dari keluarga terpandang, dan sangat perlu untuk mendeskripsikan pernikahan ke publik secara resmi. Kalian tinggal ngasih list undangan saja ke Mama. Dan semuanya, akan urus. Jangan ragu, Mama bisa diandalkan untuk menghandle semuanya." Teresa mengulum senyum semangat sambil menatap suaminya yang terkekeh heran.

"Lihat sendiri, 'kan, Mama sangat excited untuk mengurus pesta kalian," ucap Harden sambil geleng-geleng dan masih terkekeh.

"Untuk kabar baiknya, Celia. Mama sudah meminta keluarga kamu yang dari kampung datang ke sini. Mereka juga harus ikut merasakan kebahagiaan pesta."

Mendengarnya, hati Celia terasa terenyuh. "Ma, Pa, makasih, ya. Makasih sudah baik ke Celia."

"Kamu anak kami, Celia. Tentu saja kami harus baik ke kamu."

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Celia saking bahagianya, dan yang diperlihatkan hanya senyuman. Lalu, ia menatap Nick saat lelaki itu menggenggam salah satu tangannya di atas meja dan saling bertukar senyum.

Nick beralih menatap mamanya. "Ma, rencana pesta ini jangan sampai bocor ke telinga Ellena, ya. Aku tidak ingin dia menghancurkan segalanya, setelah tahu. Ellena masih membenci Celia, bahkan kemarin mendatangiku ke kantor memintaku untuk menyingkirkan Celia."

"Ck! Anak itu. Mama heran banget sama dia. Sikap arogan dan sombong tidak hilang. Padahal Adam sama Niken baik-baik semua. Seperti bukan anak mereka saja. Sama sekali tidak memiliki keturunan yang sama dari sifat, sikap, juga wajah." Teresa asal nyeletuk, yang langsung ditegur sang suami.

"Tidak boleh bicara seperti itu, Sayang."

"Tapi, memang mencurigakan sejak masih kecil, Hard. Aku tidak tahu apakah ini hanya firasatku saja atau tidak. Soalnya dari dia bayi, aku sama sekali tidak merasakan chemistry antar saudara dengannya. Hampa."

"Mama, bagaimana pun juga Ellena sepupuku. Mama, tidak boleh berprasangka buruk seperti itu." Kali ini, Nick yang berbicara. Walaupun sebenarnya, ia juga merasakan hal yang sama seperti mamanya. Ia tidak memiliki chemistry antar saudara dengan Ellena.

"Baiklah. Baiklah. Maafkan Mama. Tapi, kalian juga jangan bilang-bilang sama Adam dan Niken, ya, kalau Mama memiliki firasat tidak baik dengan anaknya. Mama tidak ingin mereka kecewa dengan Mama."

"Iyaa. Cukup dengan kami saja, Mama, melontarkan kecurigaannya. Dan bersikap biasa dengan Ellena. Jangan membedakan dia dengan saudara-saudara kita yang lain," ujar Nick, dan mendapat anggukan dari mamanya.

Tidak ingin memperpanjang membahas Ellena, Teresa mengubah topik pembicaraan. "Kamu tadi bilang sama Mama sedang butuh make up artist untuk besok? Mama memiliki make up artist khusus yang biasa merias Mama. Mama sudah mengabarinya untuk merias Celia besok. Jam berapa harus ke apartemen?"

"Mungkin jam lima. Acaranya jam tujuh," jawab Nick.

"Oke. Nanti Mama kabarin lagi. Karena besok Sabtu dan kalian libur kerja, kalian nginep di sini saja, ya," pinta Teresa.

Celia dan Nick saling tatap, lantas mengangguk mengiyakan.

Keesokan harinya, sepasang suami-istri muda itu pulang dari kediaman orang tuanya setelah makan siang. Nick tidak langsung membawa Celia ke apartemen, tetapi membawanya ke pusat perbelanjaan yang menyediakan barang-barang branded.

Toko pertama yang didatangi keduanya butik yang menyediakan gaun-gaun pesta. Dibantu seorang pramuniaga, Celia memilih-milih gaun yang menurutnya cocok. Ia mengambil beberapa, lalu melakukan fitting dengan Nick duduk di sofa untuk menilai gaun mana yang cocok di tubuh sang istri.

Sudah berulang kali Celia keluar-masuk dari ruang fitting ke hadapan Nick, dengan memakai gaun yang berbeda-beda. Namun, berulang kali juga lelaki itu menolaknya yang katanya kurang ini, kurang itu, terlalu ini, terlalu itu. Sampai benar-benar membuat Celia kesal dan bosan.

"Nicky, ini yang terakhir pokoknya. Kalau masih enggak cocok, aku pakai pakaian pria sekalian."

"Iya, iya, bawel." Nick mengibaskan tangan kanan, meminta Celia menuju ruang fitting kembali.

"Padahal dia yang bawel, malah nuduh aku yang bawel," gumam Celia, kesal. Dan mendapat kekehan dari sang pramuniaga.

"Suami, Mbak, ingin yang terbaik buat, Mbak," ucap pramuniaga tersebut. Sebenarnya tadi sudah memanggil Celia, Nona. Namun, perempuan itu menolaknya. Geli katanya, mendengar panggilan itu. Padahal, biasanya orang-orang dari kelas atas selalu mintanya untuk dipanggil Nona.

Celia yang sedang fokus mengganti gaun terakhir, tidak membalas ucapan perempuan yang menunggunya di luar ruangan. Lalu, tidak lama ia memanggil perempuan itu masuk, meminta tolong untuk menaikkan ritsleting gaun.

"Wow, yang ini sangat cocok di tubuh Anda, Mbak. Sayang sekali kalau masih tidak cocok untuk suami, Mbak."

"Minta dicipok bibirnya kalau masih bilang enggak cocok," balas Celia asal jeplak, yang membuat pramuniaga itu langsung tergelak.

Lantas, keduanya keluar dan menghampiri Nick lagi.

"Nick," panggil Celia.

Nick yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung mengangkat kepala. Kali ini, ia terpukau melihat sang istri dalam balutan dress silver panjang pas body, memiliki lipatan-lipatan bagian sebelah pinggang, belahan panjang sampai paha di salah satu kaki, blink-blink, dan tak berlengan. Celia tampak begitu sexy dalam balutan dress itu. Dan yakin, istrinya akan semakin terlihat cantik berkali-kali lipat setelah di make over sang make up artist.

Sambil beranjak dan menghampiri Celia, Nick berkata, "Ambil ini. Sangat cocok ditubuhmu."

"Tidak berlebihan penampilannya?" Celia agak ragu.

"Tidak, Sayang. Yang ini sangat cocok untukmu." Nick menenggerkan kedua tangan di pinggang Celia, lantas mengecup pipi kiri perempuan itu.

"Bungkuskan ini untuk istriku," pinta Nick, kepada sang pramuniaga.

"Baik, Pak."

"Kalau gitu, aku ganti baju dulu," ucap Celia, lalu masuk ke ruang fitting lagi.

Setelah selesai dengan gaun pesta, Nick dan Celia beralih membeli high heels dan clutch warna senada dress. Perhiasan kalung, anting, gelang, juga cincin, untuk menyempurnakan penampilan Celia. Nick tidak ingin istrinya dianggap rendahan. Meskipun belum ada yang tahu tentang pernikahannya, Celia harus terlihat menarik di tengah-tengah perkumpulan wanita.

Setelah membeli semua yang diinginkan, keduanya bergegas pulang ke apartemen karena telah memiliki janji dengan sang make up artist. Dan tepat jam lima, sang make up artist itu tiba. Celia langsung ditangani, di make over secantik mungkin oleh keahlian yang dimiliki. Sedangkan, Nick mempersiapkan diri sendiri dengan berpakaian formal hitam dari jas, celana kain, dasi, bahkan sepatu pantofel. Hanya kemejanya yang putih.

Nick sudah selesai dari beberapa menit yang lalu, tapi Celia belum juga selesai. Sedangkan, sekarang sudah hampir jam enam. Namun, ia juga tidak begitu peduli andai harus terlambat sampai tempat tujuan. Niatnya datang hanya untuk menghormati undangan saja, tidak lebih dari itu.

Dan masih menunggu dengan sabar di sofa ruang keluarga, akhirnya Nick bisa melihat sang istri keluar dari kamar. Semakin dibuat terpukau, kagum, dan terkesima akan kecantikan Celia yang sangat sempurna bagi dirinya. Ia bergegas menghampiri Celia sambil menyunggingkan senyum lebar.

"Kamu sangat cantik. Dan teramat sangat cantik," puji Nick seraya membelai sebelah pipi istrinya menggunakan jari telunjuk tangan kanan. "Rasanya ingin mengurungmu di kamar saja daripada membawa keluar."

"Niiick, malu didengar orang. Kamu mesum terus."

"Pak Nick, Nona Celia sudah siap dan Nyonya Teresa sudah membayar lunas. Kalau begitu, kami pamit, ya," ucap salah satu make up artist, yang berjumlah tiga orang.

"Baik. Terima kasih banyak sudah membuat istriku sangat cantik."

"Sama-sama, Pak Nick," balas salah satu penata rias yang lain, lantas ketiganya mengangguk hormat. Sebelum akhirnya, berlalu dari apartemen Nick.

"Emangnya aku enggak cantik sebelum di make up?" Celia pura-pura ngambek sambil mencebikkan bibir. Sekarang, ia dan Nick sedang menunggu lift menuju basement.

"Setiap hari selalu cantik. Bahkan, setiap detik, waktu, dan jam. Kamu selalu cantik. Apalagi kalau lagi enggak pakai apa-apa, makin cantik lagi."

"Niiick." Celia mencubit pinggang Nick sambil menyipitkan mata mendengar pujian suaminya, tapi berkahir ucapan mesum yang terakhir. Dan yang tercubit hanya jasnya saja.

Sementara, Nick terkekeh melihatnya. Pintu lift terbuka, keduanya pun segera masuk. Di dalam, dengan posesifnya Nick merengkuh Celia dari samping. Kecupan-kecupan singkat pun terus ia bubuhkan ke kepala Celia dengan gemas dan sayang.








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top