Part 2
Disclaimer dulu, Guys!
Bahasa dalam dialog ini campuran sama bahasa Jawa, ya. Yang enggak bisa bahasa Jawa, nanti translatenya aku kasih di komentar biar enggak ngeganggu banget.
Btw, karena Jawanya ini di Kendal, aku pakai bahasa Jawa daerah sana--tepatnya di tempatku tinggal. Mungkin ada beberapa perbedaan dari kosa kata bahasa Jawa lainnya.
Kendal sendiri punya beberapa perbedaan dalam logat bicara dan kosa kata walaupun memiliki arti yang sama. Mungkin yang dari Kendal akan paham.😂😂
Iiish! Malah bahas bahasa.
Ya, dah, kuylah. Baca kisah Celia saja.
Selamat membaca😘😘
***
Keributan begitu cepat terjadi. Pagi ini. Secara tiba-tiba. Mengejutkan seluruh warga yang ada di rumah Erick, calon suami Celia.
Mereka sudah bersiap untuk pergi ke rumah Celia sejak hari masih gelap dan akan berangkat di jam tujuh, karena hanya memakan waktu sekitar setengah jam-an saja. Namun, belum juga pergi, seorang perempuan berambut pirang yang entah siapa dia, datang dengan membawa keributan besar.
"Aku sudah minta tanggung jawab dari Erick! Aku sudah kasih tahu kalau aku hamil anak Erick! Tapi, dia malah menghilang! Dan sekarang malah akan nikah! Di mana tanggung jawabnya?!" Perempuan berambut pirang dengan perut buncitnya yang masih belum begitu besar, terus berseru lantang.
"Anggi! Bicara apa kamu? Yang kamu kandung itu bukan anakku saja. Kamu seorang LC, pasti banyak yang sudah menidurimu!" Erick mengelak.
"Aku memang LC, tapi cuma sama kamu aku mau berhubungan badan, Rick! Karena aku menganggap kamu beda sama yang lain. Kamu lebih spesial dari yang lain! Saat melakukan hubungan badan juga kamu membuang spermanya di dalam, tidak pakai pengaman. Ini jelas anakmu karena aku tidak pernah melakukan sama yang lain."
Mendengarnya, Erick tertawa lantang. "Mana ada yang mau percaya kalau cuma aku yang menidurimu! Kamu wanita murahan! Mau sama sana-sini!"
"Guoblok! Dikek'i wong wedok mbener malah milih seng rak jelas! Otakmu dikekke nengdi to, Rick?!" cecar Adit, kakaknya Erick, penuh amarah sampai terlihat memerah matanya.
"Wes! Ndak usah dirabikke! Misake Celia! Bati keronto-ronto urip mbek wong lanang sing senengane slap-slup neng bolongane wong wedok sembarangan!" cecar Rozi, paman Erick.
"Ngisin-ngisinke keluarga! Pakmu iki lho lurah, Riiick! Rick! Tapi, kelakuanmu koyo cah sing rak tahu disekolahke! Percuma dapuranmu sekolah duwur-duwur, tapi gawe wirang keluarga!"
Kedua orang tua Erick terkulai lemas. Ibunya yang lebih parah sampai tak sadarkan diri. Sedangkan, ayahnya yang masih dalam kesadaran penuh, berkata, "Beritahu keluarga Irawan. Pernikahan Erick dan Celia dibatalkan. Wes ndak nduwe rai aku ngadep ning Irawan!"
"Yah! Aku tidak mau membatalkan pernikahanku dengan Celia! Aku mencintai dia!"
"Cinta! Cinta! Ndasmu kuwi cinta! Wong lanang nek seneng tenan mbek wong wedok, gak ono pikiran turu mbek wong wedok liyo, Rick! Duapormu wii, seng dipikir cuma nafsu!"
Dengan sekuat tenaga Habibi berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati sang anak, tamparan keras pun ia daratkan di sebelah pipi Erick sampai berbunyi cetar.
Orang-orang yang melihat pun, meringis. Serasa ikut ditampar Habibi yang benar-benar sangat murka.
"Gawe wirang wong tuo! Kelakuanmu koyo kewan! Ngerti rak?!" Habibi melotot. "Wes! Ndak enek rabi-rabinan! Saiki pikiren tanggung jawabmu mbek wong wedok sing wes dimetengi kowe," perintahnya sungguh-sungguh.
Erick mengambil peci hitam yang terpasang di kepalanya, lalu membantingnya kasar. Ia menatap Anggi tajam, seperti ingin membunuhnya sekarang juga.
"Dan untukmu, Nak, kalau memang anak yang kamu kandung anak Erick, kamu bersedia untuk melakukan tes DNA untuk anakmu dan Erick. Jika itu bukan anak Erick, tinggalkan Erick. Jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapan keluarga kami lagi. Jika itu anak Erick, kamu akan saya nikahkan dengan Erick. Dan kalian berdua, angkat kaki dari rumah ini. Silakan hidup mandiri. Ayah tidak akan ikut campur urusan kalian lagi."
Setelah mengatakan itu, Habibi langsung berlalu menuju kamarnya. Hatinya sangat terpukul. Malu. Kecewa. Campur aduk tak keruan. Berita memalukan itu pasti akan cepat tersebar di kampungnya, bahkan sampai ke kampung tetangga dan merembet sampai ke seluruh kota.
Ia tidak berani menampakkan wajahnya di hadapan semua orang sekarang. Jika ia melakukan, serasa akan mendapat cemoohan, tertawaan, dan mendapat lemparan telur busuk.
Hanya butuh waktu beberapa menit, berita keributan di rumah Erick telah sampai di keluarga Celia. Seseorang mengirimkan video keributan tersebut. Irawan sangat murka. Ia mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Erick dan keluarga.
"Bagaimana bisa ini terjadi di keluarga kita? Terjadi kepada Celia! Kita sudah dipermalukan di hari yang seharusnya menjadi hari sakral!" Irawan berseru lantang di ruang keluarga. Sangat geram. Tidak peduli menjadi tontonan orang-orang yang sudah siap menunggu kehadiran sang mempelai pria, dan sekarang sedang mengerubunginya sampai penuh sesak.
Ijab kabul akan diadakan di jam sembilan. Sekarang masih jam tujuh, tinggal beberapa jam lagi acara yang paling sakral dilaksanakan. Tapi, terpaksa harus dibatalkan.
Irawan bisa saja menghentikan penghulu agar tidak datang. Tapi, bagaimana ia bisa menghentikan para tamu undangan yang dari jauh-jauh agar tidak datang? Cukup banyak undangan yang disebarkan mengetahui dirinya orang yang cukup terpandang di daerahnya, dan itu acara besar pertama yang ia adakan.
"Memalukan! Mau taruh di mana wajahku saat para tamu undangan datang nanti?! Pengantinnya tidak ada mempelai prianya."
Irawan masih terus mengoceh. Pernikahan besar-besaran yang sudah disiapkan untuk keponakan tercintanya harus hancur karena si sialan Erick itu. Ia tidak menyangka lelaki yang dikenal baik dengan unggah-ungguh kesopanannya dan dari keluarga yang juga cukup terpandang, karena Habibi seorang lurah di salah satu desa kabupatennya, sering keluar-masuk di hotel bersama LC sampai membuatnya hamil. Pasti bukan hanya perempuan itu saja yang sudah ditiduri, tapi masih banyak lagi yang belum diketahui.
Sementara, di kamar Celia, bukan Celia yang menangis tergugu. Tapi, Suci. Celia sendiri terlihat begitu tenang, tidak ada air mata yang keluar. Sebenarnya, ia teramat sangat patah hati, kecewa, hancur, dada berasa ditusuk-tusuk ribuan jarum. Mungkin, saking shocknya mendengar kabar Erick menghamili perempuan lain dan acara pernikahannya dibatalkan, membuat dirinya tidak bisa menangis.
"Cel, kok, kamu ndak nangis to? Ndak sedih? Calon suamimu loh digondol perempuan lain. Kamu dikhianati," tanya Salwa, heran bercampur penasaran sambil menatap prihatin Celia.
Celia yang sudah di-make up dan berpakaian pengantin warna putih untuk ijab kabul, hanya mengedikkan kedua bahu. "Ndak tahu. Ndak iso nangis aku, Sal." Tapi, tatapannya tampak kosong.
"Jancok tenan si Erick. Iso-isone metengi wedok'an liyo. Tapi, untung, Cel, konangan saiki. Urong telat."
"Nek wong wedok'e ndak teko yo rak bakal ketahuan, El. Nyatane Celia ndak pernah ngonangi Erick main mbek LC."
"Kuwi jenenge pemain handal. Mainne pinter sampai ndak konangan."
"Wong lanang kongono to njaluke dikebiri."
"Terus nek wong wedok sing doyan ngono dikapake?"
"Nek trahe wes dadi lonte yo jarone to. Wong wes diniati golek duit dadi lonte. Kecuali nek pelakor, personal. Popoki tumbukan lombok setan barange."
Celia hanya sebagai pendengar teman-temannya mengoceh memaki Erick. Sedangkan, dirinya sibuk memikirkan nasib Irawan dan Suci. Mereka pasti sangat malu sekarang. Apalagi pengeluaran untuk dirinya menikah pun tak sedikit. Waktu untuk mengurus segala sesuatunya juga sangat menguras tenaga.
Sementara, Teresa yang tidak tega melihat keterpurukan Suci dan Celia, memiliki ide gila dan langsung mengumpulkan anak dan suaminya di kamar tempatnya tidur. Teresa memberitahu maksud dari mengumpulkan kedua lelaki itu.
Penuh permohonan, Teresa berkata, "Nick, kasihan mereka. Kasihan Celia. Mereka pasti akan sangat dipermalukan. Cuma kamu yang bisa menolongnya sekarang, Nick."
"Sebagai pengganti pengantin prianya, Ma?" Sambil berdiri di depan jendela, Nick menatap nyalang mamanya.
"Nick, Mama sayang sama Celia. Mama sudah nganggap dia seperti anak Mama sendiri. Mama ikut sakit melihatnya dikhianati seperti itu. Anggap saja, ini waktu yang tepat untuk kita balas budi kepada orang tuanya Celia. Tanpa mamanya Celia, mungkin Mama dan Papa sudah kehilangan kamu sejak dulu, Nick," jelas Teresa panjang lebar.
"Nick, Mama mohon. Tolong, mengerti keadaannya sekarang, Nak." Sesungguhnya, Teresa merasa sangat bersalah memaksa anaknya menikah secara paksa. Ia pernah berada di posisi itu dengan Harden. Namun, lambat laun, rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya dan bisa bertahan sampai sekarang.
"Pa." Nick beralih menatap daddynya yang diam, tapi lelaki itu mengangguk.
"Kasihan Celia dan keluarganya, Nick. Mereka akan menanggung malu seumur hidup dengan kejadian ini," ucap Harden.
"Ck! Baiklah. Aku terima. Tapi, hanya membantunya untuk tidak menanggung malu dan ini bentuk balas budiku kepada mereka. Setelah ini, tidak ada lagi yang harus kulakukan untuk Celia. Dan ... setelah kita pulang ke kota, aku ingin menjalani hidupku seperti sebelumnya. Aku tidak ingin diberatkan dengan namanya pernikahan." Akhirnya, Nick menyerah. Tidak tega juga melihat mamanya yang sangat memperlihatkan ekspresi memelas, penuh permohonan.
Teresa langsung memeluk anaknya penuh dengan kebahagiaan. Pikir belakangan untuk permintaan Nick yang tidak ingin diberatkan dengan pernikahan. Yang penting sekarang, Celia masih bisa melangsungkan pernikahannya. Celia akan menjadi menantunya. Dan ia bisa merawat gadis itu di tangannya sendiri.
"Harden, minta Irawan sama Suci kemari. Kita harus merundingkan ini ke mereka sekarang."
"Oke." Harden mengangguk patuh. Ia mengayunkan kaki menuju pintu dan membukanya. Melihat ada orang yang melintas di depan kamarnya, ia memerintahkan orang tersebut untuk memanggilkan Irawan dan Suci ke kamarnya sekarang.
Tidak menunggu lama, kedua suami-istri itu tiba di kamar Teresa. Perundingan pun berlangsung dengan Teresa dan Harden menyampaikan keinginannya.
Tentu saja membuat Irawan dan Suci merasa begitu bahagia. Setidaknya, pesta pernikahan masih berlangsung meskipun mempelai pria berbeda. Untuk menjelaskan kepada tamu-tamunya, Irawan dan Suci bersepakat untuk menjelaskan kebenarannya yang terjadi. Juga menjelaskan bahwa Nick dan Celia sudah berteman sejak masih kecil, sehingga keduanya mau untuk dinikahkan.
***
"Neee! Kenapa jadi nikah sama Nick?" Celia terkejut bukan main saat tantenya memberitahu bahwa mempelai prianya digantikan oleh Nick. "Aku dan Nick tidak akrab. Sering berantem dari dulu. Malah sekarang mau dinikahin."
"Cel, tamu undangan yang dikirim Om dan Tante hampir seribuan. Belum lagi teman-teman kamu. Dan bisa dipastikan mereka akan datang di hari ini. Lagi pula, kamu dan Nick sudah kenal dari lama. Om Harden dan Tante Resa juga sangat sayang sama kamu. Dia ikut sedih melihatmu dikhianati seperti ini."
"Cel, ndak opo-opo. Nick juga tampan, kok. Guanteng pol. Biar Erick nyesel wes mengkhianati kamu."
"Kalian malah dukung. Ngerti ndak? aku mbek Nick loh wes dadi musuh kawit cilik. Biyooh, njok koyo opo nek malem pertama? Bukane kelon, malah gelut." Celia masih tak habis pikir sambil berkacak pinggang.
"Wes ndak usah dipikir dowo-dowo, Cel. Nick iso digowo mejeng kok. Ndak ngisin-ngisinke. Sugih sisan."
"Kalian to mikire neng rupo wae." Celia memberengut.
"Loh, isek mending Nick to dibanding Erick?"
"Yowes-yowes! Aku nek ndak mikirke wirange Tante mbek Om, ndak mau aku rabi mbek Nick." Akhirnya, setelah mendapat dorongan dari banyak pihak, Celia pun mengalah untuk menikah dengan Nick.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top