Part 18

Celia menyipitkan mata seraya menatap Nick penuh peringatan yang sok-sokan kesal terhadap dirinya. Padahal baru saja meyakinkan dirinya agar tidak salah paham dan tidak marah. 'Dasar kucluk!' umpatnya dalam hati sambil melihat lelaki itu berlalu menuju meja kerjanya dan diikuti karyawan laki-laki yang belum ia ketahui siapa namanya.

Sambil menunggu Nick dan karyawannya membahas soal pekerjaan, Celia menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Ia mempelajari tugasnya sebagai personal asisten yang setiap waktu harus memberitahu Nick kapan waktu meeting, dengan siapa lelaki itu meeting, dan kapan lelaki itu melakukan perjalanan kerja di luar kantor.

Hernan Corp adalah perusahaan rumah produksi yang cukup besar, didirikan oleh Dareen Hernandez--kakek Nick dari pihak papanya yang berawal dari perusahaan advertising dan majalah. Lalu, merambah ke stasiun televisi swasta bernama, HTV, setelah dipegang Harden. Juga HD Entertainment yang bekerja sama dengan Dallas--yang dulu menjabat sebagai produser film. Meskipun lelaki itu telah tiada, HD Entertainment masih berjalan sampai sekarang. Bahkan, Celia masih mendapat hasil dari saham papanya di perusahaan Hernan Corp. Harden tidak melupakan itu karena setiap bulan selalu mentransfer uang dalam jumlah lumayan ke rekening Celia.

Dan sekarang, Nick mendapat kepercayaan untuk memegang perusahaan keluarganya sebagai CEO, di bawah naungan Harden yang menduduki Presiden Direktur. Sedangkan, kakek Nick sudah pensiun kerja.

Selain dari pihak sang daddy, kekayaan keluarga Nick juga berasal dari keluarga mommynya yang memiliki perusahaan shipping dan batu bara, yang sekarang dikelola keluarga mommynya saking tidak bisa menghandlenya sendiri. Apalagi, kedua orang tua Nick sama-sama anak tunggal, tidak ada saudara kandung selain persepupuan. Tidak heran jika mereka berani mengeluarkan uang untuk mas kawin sebesar lima puluh miliar. Mungkin itu belum ada apa-apanya, pikir Celia.

Melihat karyawan laki-laki itu berlalu dari hadapan Nick dan berjalan menuju pintu, Celia mengulas senyum seraya mengangguk sopan. Dan mendapat sorotan tajam dari Nick.

"Tidak usah senyum-senyum sama laki-laki lain, Cel. Senyumnya cukup sama aku saja," ucap Nick, berekspresi tak suka setelah sang karyawan keluar dari ruangannya.

"Cakep, Nick," balas Celia asal, masih menyengir.

"Lebih cakepan aku." Nick tampak cemburu.

"Sepertinya banyak cowok cakep di sini. Kamu mau minum sesuatu gak? Biar aku ambilin."

"Alibimu. Bilang saja mau tebar pesona sama cowok-cowok di sini."

"Iyalah. Aku 'kan, cantik," ucap Celia sangat percaya diri sambil mengibaskan rambut ke belakang. "Pasti banyak yang tertarik. Teruus, aku mau peluk mereka satu per satu. Karena tadi suamiku dipeluk perempuan lain dan mau-mau saja." Ia kembali menyindir Nick.

"Awas saja kalau berani. Aku akan langsung menyeretmu ke kamar rahasia dan menelanjangimu detik itu juga. Tidak memberi jeda. Dan lanjut terus."

"Gundulmu!" celetuk Celia. Ia yang tak mau kalah, mengeluarkan ancaman balik. "Berarti kalau kamu pelukan dan dekat-dekat sama perempuan lain, aku bisa langsung ninggalin kamu tanpa kabar. Impas?" Senyumnya mengembang lebar dan dibuat semanis mungkin. Sedangkan, Nick berdecak.

"Ah, iya. Aku sudah membaca jadwal-jadwal meeting kamu hari ini. Jam sepuluh, meeting harian bersama pembawa program berita fakta. Jam dua, meeting bersama manager strategi planner dan team strategic planner. Jam tujuh malam, melakukan pertemuan sekaligus makan malam dengan Pak Barra dari perusahaan Trihatmodjo Group."

Nick mendengarkannya secara saksama, lantas mengecek waktu di jam tangan Rolexnya sudah menunjukkan pukul 09.50. "Sekarang jam sepuluh kurang sepuluh menit. Kita berangkat meeting sekarang. Ada di lantai lima." 

"Siap, Pak Nicky." Dengan penuh semangat, Celia beranjak berdiri lantas mengayunkan kaki sambil membawa iPad.

Pun dengan Nick. Mendorong kursi kebesarannya ke belakang, lantas bergegas berdiri.

Setibanya di depan pintu, Celia membukakan pintu untuk Nick. Lelaki itu keluar lebih dulu dan diikuti dirinya yang berjalan sambil menahan perih di area sensitifnya, agak membuatnya lambat melangkah.

'Gara-gara burung gagaknya Nick! Kelihatan ngegang banget gak ya?' Celia sibuk membatin. Lalu, perhatiannya teralihkan kepada Evelyn yang bergabung karena harus ikut serta dalam meeting. 

"Sebagai Personal Assistant, harus bisa menyeimbangi langkah atasan. Tidak lambat seperti siput." Perempuan itu langsung melemparkan protesan, yang sudah mensejajarkan langkahnya dengan Nick sambil mendekap buku catatan dan iPad. Sedangkan, Celia tertinggal agak jauh yang sedang berjalan menuju lift.

"Ya, maaf, Kak. Saya semalam habis HB pertama sama suami. Jadi, masih sakit. Mana suami semangat banget sampai nambah-nambah. Paham, 'kan, maksudnya?" balas Celia sekenanya sambil berlari kecil agar bisa lebih dekat dengan kedua orang itu.

Nick yang mendengar ucapan istrinya menggeleng samar sambil menyembunyikan senyum. 'Jujur banget dia.'

"Jadi kamu sudah punya suami?" tanya Evelyn, bernada rendah sekarang. 

"Iya." Celia mengangguk.

"Bagus, deh." Evelyn berkata cepat. Lalu, terdiam. Namun, sedetik kemudian, ia berkata lagi, "Tapi, kenapa masih mau nerima kerja jadi personal asisten, di mana pekerjaanmu harus melakukan interaksi intens dengan atasan? Dan Nick, kenapa kamu masih mau nerima dia jadi PA padahal dia sudah nikah? Kamu memberi aturan tidak menerima sekretaris yang sudah menikah karena akan menjadi penghambat dalam pekerjaan."

"Itu urusanku," balas Nick singkat.

Evelyn menatap sinis Celia yang baru tiba di depan lift. "Apa kamu memiliki niat untuk selingkuh dan ngincar Nick karena tahu dia orang kaya? Atau kamu dan suamimu sekongkol, dengan suamimu memintamu untuk mendekati Nick agar bisa mengambil keuntungan finansial dari Nick?"

"Jahat banget mikirnya, Kak." Celia pura-pura sedih. "Saya jadi PA juga dipanggil secara pribadi. Pakai jalur OrDal. Selain cekatan dan gesit kerja, saya punya kelebihan membantai orang. Jadi, Tante Teresa memanggil saya agar bisa menjaga Pak Nick dari ulat bulu yang bisa bikin gatel-gatel. Itu hama yang harus disingkirkan dari sekitaran Pak Nick. Tante Resa alergi soalnya."

"Maksudmu?" Evelyn menatap Celia setibanya di depan lift. Lalu, meminta Celia memencet tombol ke bawah.

"Saya jago bertarung, karena saya atlet silat. Dan Tante Teresa kenal baik dengan saya. Itu sebabnya saya dipanggil secara pribadi agar bisa menjaga Pak Nick, selain jadi PA-nya."

Evelyn mulai paham kenapa Celia bisa menjadi personal asistennya Nick. "Tapi, tetap saja kamu harus jaga jarak dari Pak Nick. Jaman sekarang, sudah punya suami saja masih suka ngembat rumput tetangga. Suka lupa status," ucapnya sambil masuk ke lift, setelah salah satu ada yang terbuka.

"Tenang saja, Kak. Saya sudah punya kesepakatan dengan suami saya, kok. Kalau saya selingkuh, saya bakal dikurung di kamar. Katanya mau dihukum. Tapi, saya tahu karakter suami saya. Dia ngehukumnya pasti di ranjang. Ngajak bikin anak terus. Contohnya semalam, baru unboxing saja langsung digempur habis-habisan, makanya sampai kesusahan jalan gini. Kalau suami saya yang selingkuh, burung punya dia bakal saya potong, lalu dicincang, jadiin sup, terus saya hidangkan ke dia."

Mendengar celotehan Celia yang berakhir dengan ancaman menakutkan, Nick menunduk, melihat ritsleting celana. Pikirannya langsung tertuju pada aset berharganya. Jangan sampai nasib sial menghampiri. Ngeri juga jika sampai dipotong beneran.

Sementara, Evelyn tergelak renyah mendengarnya. "Ceplas-ceplos sekali ucapanmu. Tapi, aku suka dengan kesepakatan kalian. Bisa kuterapkan kalau sudah menikah dengan Nick."

"Memangnya kalian beneran akan menikah? Tante Resa bilang, Pak Nick sudah punya calon istri idaman keluarga." Sambil menahan kesal Celia berkata seperti itu. 'Tunggu waktunya kamu akan tahu siapa suamiku,' batinnya.

"Benarkah?" Evelyn tampak tak percaya. "Ellena tidak pernah cerita kalau Nick sudah punya calon istri."

Ellena, sepupu Nick. Anak dari Om Adam, dari pihak mommynya. Celia tahu itu. Dan hubungannya dengan perempuan itu tidak akur. Lebih tepatnya, Ellena iri dan tidak suka melihat dirinya sangat dekat dengan Chloe serta Nick. 'Apa mungkin Evelyn teman baik Ellena? Dan Ellena yang mengenalkan Nick ke Evelyn?' batinnya. Sebab, itu sangat mungkin terjadi.

"Ya mungkin Pak Nick sama Tante Resa enggak pernah cerita ke siapa-siapa," balas Celia, setelah cukup lama terdiam teringat akan Ellena.

"Tapi, kenapa kamu tahu itu? Seberapa dekat kamu dengan keluarga Pak Nick, sampai tahu hal-hal yang bersifat privasi seperti itu?"

"Sangat dekat. Jadi, kalau Kak Evelyn minta saya jauh-jauh dari Pak Nick, sepertinya mustahil." Celia mulai bisa sombong kepada perempuan di sebelahnya.

"Diam kalian. Tidak menghargai saya sebagai lelaki di sini. Dan kamu, Celia, sebagai karyawan baru harus menghormati atasan kamu. Jangan menggosipinya." Nick menyela obrolan kedua perempuan itu dengan kesal. Apalagi mendengar ancaman Celia yang menakutkan tentang burungnya.

"Maaf, Pak Nick. Saya hanya menyampaikan kesepakatan saya dengan suami. Soalnya suami saya terlalu friendly." Celia agak menekankan ucapan terakhirnya.

Obrolan berakhir saat lift berhenti di lantai lima dan tak lama pintu lift terbuka. Nick keluar lebih dulu, diikuti kedua perempuan cantik yang menjadi pusat perhatian para karyawan di lantai tersebut. Lebih tepatnya, Celia yang menjadi pusat perhatian karena sebagai karyawan baru. Kabar gadis itu sebagai personal asisten Nick sudah tersebar begitu cepat, sehingga sangat dihadang-hadang kemunculannya di hadapan para karyawan lain.

Nick langsung menuju ruang meeting. Produser berita, chief editor, studio director, juga presenter berita, bergegas mengikutinya. Mereka sudah bersiap sejak tadi menunggu kedatangan sang CEO.

Setelah semua masuk dan duduk di kursi masing-masing, Nick mempersilakan sang produser berita untuk menyampaikan gagasan soal berita fakta yang akan disiarkan hari ini.

"Kecelakaan di Tol Cipularang KM 92 masih akan menjadi topik terhangat dari berita langsung kita hari ini, Pak. Beberapa team jurnalis dan reporter masih berada di lokasi dari kemarin untuk mengumpulkan informasi yang lebih akurat dan relevan. Kami sudah merekapnya. Dan siang ini, kelanjutan berita perihal kecelakaan di Tol Cipularang KM 92 sudah siap disiarkan," tutur Bastian, sang produser berita.

Nick tahu kecelakaan tersebut. Ia sudah mendapat laporan dari lelaki itu, bahkan Bastian yang langsung memerintahkan jurnalis bergerak ke tempat kejadian. Ia juga sudah menonton video-video kecelakaan beruntun itu secara sembunyi-sembunyi dari Celia.

"Baik." Nick mengangguk seraya melirik Celia. Wajah gadis itu tampak menegang. "Saya ingin membaca hasil rekapannya."

Mita, asisten produser, langsung menyerahkan map berisi rekapan informasi dari kecelakaan Tol Cipularang KM 92 kepada Nick. Langsung diterima, dan Nick membacanya secara saksama. Penyebab terjadinya kecelakaan, jumlah mobil yang masuk dalam kecelakaan beruntun, perkiraan jumlah korban tewas, luka ringan dan berat, tertulis jelas direkapan informasi itu. Nick mengangguk puas.

"Untuk berita opini?" tanya Nick, ingin tahu.

"Untuk berita siang, kami mengambil topik para petani di Kabupaten Pandeglang yang sedang mengalami gagal panen karena terserang hama wereng. Dan untuk berita petang, kami mengambil topik bullying yang sedang marak terjadi di sekolah-sekolah. Kami juga mendapat informasi dari korban bullying yang sampai mengalami cidera parah pada tulang ekor, juga sampai ada yang meninggal dunia. Bullying ini salah satu keresahan yang ditakutkan masyarakat, apalagi yang memiliki anak sekolah," jelas Bastian.

Nick manggut-manggut setuju. Itu informasi penting yang perlu disiarkan. "Untuk berita mendalam?" tanyanya.

"Untuk berita siang, kami masih menyiarkan soal kasus pembunuhan dan mutilasi dari Ayu Setiana Dewi. Ada kabar terbaru dari penyelidikan polisi yang sudah berhasil menemukan tersangka."

Meeting pun masih berlanjut cukup lama dengan Bastian memaparkan berita Interpretatif, berita penyelidikan, dan berita penjelasan.

Celia yang tidak tahu apa-apa, hanya diam mendengarkan. Dan ia baru paham bagaimana persiapan di balik penyiaran berita yang tersaji di televisi.

Setelah satu jam meeting dan sudah kembali ke lantai sepuluh, sambil berjalan Celia membuat jadwal meeting Nick di halaman baru pada iPadnya untuk esok hari, jam 10.00. Waktu yang sama seperti hari ini. Saat mendengar bisik-bisik karyawan yang mengatai Nick seperti memiliki istri dua dan cantik-cantik semua, Celia langsung mengalihkan perhatian dari iPad ke mereka.

"Celia, bercanda," ujar salah seorang karyawan laki-laki sambil menyengir.

"Kerja. Jangan menggoda asisten saya," tegur Nick dingin. Tidak terima melihat istrinya digoda.

"Baik, Pak."

Semua langsung terdiam. Celia yang melihat hanya geleng-geleng sambil mengulas senyum tipis. Lantas, ia dan Nick masuk ke ruang kerja, sedangkan Evelyn menuju ke mejanya.

"Cel, aku lapar," keluh Nick.

Celia yang baru menutup pintu, bertanya, "Ingin makan apa, Pak Nick?"

Namun, lelaki itu justru memepetnya di pintu dan mengurung. "Memakanmu, Sayang."

"Nicky!" Celia menahan suaranya yang hampir berteriak. "Jangan mesum dulu," cicitnya sambil menahan tubuh Nick yang semakin menghimpitnya.

"Ya sudah, kalau enggak mau. Aku makan Evelyn kalau gitu."

"Iiih, ya, jangan. Enak aja." Celia memanyunkan bibir. Paham yang diinginkan Nick, ia berjinjit lalu mengecup bibir lelaki itu. Padahal sudah pakai high heels, tapi tingginya masih sedagu Nick saking tingginya lelaki itu yang hampir dua meter. Sedangkan, dirinya hanya 167 cm saja.

"Masa gini doang." Nick memprotes sambil melingkarkan salah satu tangan di pinggang Celia.

Celia mengecupnya lagi, berulang kali. "Sudah."

Nick menggeleng. "Belum."

"Nanti ada yang masuk."

"Kita akan tahu." Nick langsung menyatukan bibirnya ke bibir Celia. Memberi tekanan, melumat lembut bibir gadis itu, dan dalam.

"Tanpa makan nasi, sepertinya aku sudah bisa kenyang," ucap Nick, setelah melepas ciuman intimnya.

"Jadi Personal Assistant, kayaknya cuma alasan kamu doang biar aku bisa bareng kamu terus."

"Kerja ditemenin istri salah satu sumber semangat suami, Sayang. Itu sebabnya, meja kerjamu ada di dalam. Biar aku bisa mandangmu terus."

Celia mengulum senyum. "Aku sudah bisa nebak itu alasannya."

Nick membungkuk. Mendekatkan bibir ke telinga Celia, dan berbisik, "Biar burungku aman. Tidak dipotong sama istriku."

Refleks, Celia menabok pelan lengan kiri Nick, bersamaan dengan lelaki itu menarik diri dan menatapnya. "Aku serius untuk itu, ya, Nick. Kalau kamu selingkuh, burungmu bakal ilang."

"Tidak bisa bikin anak lagi, dong."

"Aku bikinnya sama yang lain, lah." Celia terkekeh sambil mendorong tubuh Nick. Lantas, ia berlalu menuju meja kerjanya.

"Curang kamu."

"Ada sebab, ada akibat, dan ada karma. Bukan begitu, Pak Nick?" kata Celia santai sambil mendaratkan bokong ke kursi. Ia bersandar, lalu memainkan kursi digerakkan ke kanan-kiri sembari menatap Nick yang baru duduk.

Sementara, lelaki itu langsung teringat nasib Erick. Celia tidak pernah main-main. Mengerikan.










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top