Part 16
Setibanya Nick dan Celia di apartemen, keduanya langsung disibukkan dengan menata barang-barang baru milik gadis itu. Sampai lupa waktu saking asyiknya adu mulut yang membuat hati Celia semakin jungkir balik tak keruan gara-gara gombalan, ejekan, dan kejahilan Nick.
"Gerah juga ya, Cel," ucap Nick sambil melepas kancing kemeja hitamnya satu per satu. Lalu, melepas kemeja itu dari tubuhnya dan dilempar asal ke ranjang. "Kamu enggak gerah?" tanyanya.
Celia yang sedang menggantungkan blazer ke lemari, menatap Nick. Tapi, langsung mengalihkan perhatian ke pakaian di depannya lagi. Mencoba tak acuh dengan lelaki itu karena sedari tadi selalu mencari kesempatan dengan meremas dan menabok bokongnya sambil berlalu. Mengecup pipi dan bibirnya secara tiba-tiba. Kadang juga mengagetkannya.
"Celia," panggil Nick, yang sudah duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan di belakang pinggang bertumpu pada kasur.
Celia sendiri masih bersikap tak acuh.
"Celia," panggil Nick lagi.
Tapi, gadis itu masih bertahan mendiamkan. Sibuk menggantungkan pakaian-pakaian barunya.
Nick yang sudah tidak tahan didiamkan, beranjak menghampiri. Ia langsung mengangkat gadis itu ala bridal. Lalu, membawanya ke kamar mandi.
"Nick! Mau apa ke kamar mandi?" protes Celia sambil memukul punggung lelaki itu.
"Mandi, Sayang. Sudah aku bilang, gerah banget," balas Nick seraya masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu.
"Ya kamu tinggal mandi loh." Celia masih meninggikan oktaf suara.
"Bareng kamu lebih asyik. Tadi kita sudah seharian main di luar. Otot-ototmu sudah terlalu tegang dihadapkan dengan segala hal yang membuatmu trauma. Sekarang kita relakskan di dalam bathub," ucap Nick sambil menurunkan Celia di bathtub. Ia langsung memutar keran dan membuat pakaian gadis itu bagian bawahnya basah kuyup.
"Nickyyy!" Suara Celia terdengar menggema.
Namun, Nick tidak memedulikan. Dengan penuh keberanian, ia melepas celana kain krem pendeknya lalu masuk ke dalam bathtub yang mendapat tatapan melongo tak percaya dari Celia.
"Kamu harus terbiasa melihat tubuh telanjangku, Cel. Ini belum semua, karena masih tertutup celana dalam asetku untukmu."
Dengan entengnya mulut lelaki itu berkata seperti itu. Sementara, Celia sedang kehilangan setengah kesadarannya. Tapi, masih bisa berpikir, 'ini beneran Nick yang ia kenal? Ini beneran Nick?'
Tidak berselang lama, kesadaran Celia pulih kembali saat Nick memposisikan diri di belakangnya.
"Jangan takut. Kita sudah sah menjadi suami-istri," bisik Nick sambil melepas dress Celia dengan cepat, lalu membuangnya asal ke lantai. Sekarang, gadis itu hanya memakai bra dan celana dalam saja.
"Nick." Celia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Malu rasanya, tubuh telanjangnya dilihat Nick.
"Sekarang sudah tidak ada yang akan mergokin kita lagi. Kita hanya berdua di sini." Nick sadar, ada yang aneh dalam dirinya. Sifat liarnya sudah tidak bisa dikendalikan. Ia menginginkan Celia. Dan sekarang, ia telah kehilangan kewarasannya karena yang sedang menguasai pikiran adalah gairahnya yang membara. Tanpa ragu, ia juga melepas tali bra Celia, lalu mengambilnya dan melempar asal ke lantai.
Sementara, yang terpikir dalam benak Celia, percuma ia melawan. Kenapa tidak ditantang balik saja? Lagi pula, benar kata Nick, ia dan lelaki itu sudah sah menjadi suami-istri. Ia juga sudah tahu jika Nick memiliki perasaan kepada dirinya. Pun dengan dirinya yang sudah mengakui telah jatuh cinta kepada lelaki itu.
"Apa kamu ingin?" tanya Celia lirih, setelah cukup lama terdiam. Ia menoleh ke belakang menatap Nick. Tersenyum penuh arti. Lalu, dengan berani, ia mengubah posisi duduk menghadap Nick dan duduk di pangkuan lelaki itu.
Kali ini, Nick yang terkesiap melihat keberanian Celia. Gadis itu bahkan tidak memperlihatkan kegugupannya. Tapi, senyum yang menggoda.
"Kamu yang selalu merangsangku. Mengajariku mesum. Menantangku. Dan kamu sudah membangkitkan sifat liarku, Nicky," ucap Celia dengan salah satu bertengger di bahu kiri Nick. Dan salah satu tangannya memainkan jemari di dada Nick, perlahan.
"Kamu ingin lebih? Kamu ingin melihat kebinalanku? Apa kamu pikir aku akan diam seperti orang bodoh? Yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan badan?" Tangan Celia sudah bermain ke mana-mana termasuk ke area sensitif Nick.
Tubuh lelaki itu menegang. Gelenyaran aneh terasa menggelitik dalam badan. Bahkan, dengan nakalnya, Celia mengusap-usap lembut yang membuatnya semakin kalang kabut merasakan gairah yang semakin menyiksa.
"Ternyata kamu sangat berani menyentuh milikku." Saking menikmati belaian tangan Celia, suara Nick terasa sangat tertahan. Sesekali ia terpejam diiringi desisan gairahnya.
"Karena kamu yang meminta bukan?" Celia merengkuh Nick. Sudah kehilangan malu dada telanjangnya bergesekan dengan dada telanjang Nick. Lalu, ia mengecupi ceruk, jakun, dan merembet ke rahang.
Lelaki itu mendesah berat. Sudah tidak tahan lagi rasanya. Tidak ingin kalah oleh kebinalan Celia dan hanya dirinya yang tersiksa, Nick menelusupkan tangan ke celana dalam Celia. Kini bergantian Celia yang mendesah dan menegang.
"Aku ingin mendengar desahanmu yang memabukkan, Celia. Dan panggil namaku," gumam Nick, di sela gadis itu yang terus mendesah menikmati permainan dirinya.
"Panggil namaku, Sayang."
"Aah, Nick." Tubuh Celia menggelinjang, terpejam sambil mengernyit, sembari meremas lembut rambut Nick.
Keduanya sudah tak bisa menahan diri dalam gairahnya yang semakin menyiksa. Sama-sama merasakan sesuatu yang ingin meledak.
"Nick." Suara Celia terdengar bergetar.
Nick menyunggingkan senyum melihat gadis nakalnya tersiksa. "Iya, Sayang."
"Aku sudah tidak kuat." Celia sudah sangat tersiksa. Padahal sedang di dalam air dingin, tapi dalam tubuhnya terasa panas terbakar.
Nick mencium bibir Celia yang langsung dibalas gadis itu. Keduanya saling beradu cumbuan yang semakin memanas. Saling menikmati dan menginginkan lebih dari sekadar cumbuan. Hingga berakhir dengan penyatuan pertamanya di dalam bathub.
Tidak cukup sekali di sana, Nick dan Celia melanjutkan aktivitasnya lagi di ranjang setelah pindah ke kamar.
Dan pagi harinya, Celia yang merasakan begitu tersiksa. Sakit pada area sensitifnya, tubuh terasa remuk, serta pegal-pegal. Sedangkan, Nick, lelaki itu seperti mendapat transferan energi yang begitu pesat. Tubuhnya terasa begitu bugar. Bahagia teramat sangat. Senyum pun tak pernah pudar dari mata mulai terbuka. Sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Sampai ia kembali ke kamar lagi dengan membawa hasil olahan sarapannya.
Melihat Celia masih terkulai lemas di dalam selimut, setelah meletakkan nampan di atas nakas, Nick mendaratkan bokong di tepi ranjang sampingnya lalu menindih tubuh gadis itu dan mengecupi bibirnya dengan gemas.
"Tidak ingin bangun?" Nick menatap istrinya penuh cinta.
Celia menggeleng. "Sakit semua tubuhku gara-gara kamu," cecarnya lirih.
"Tapi, nikmat, 'kan? Nyatanya bisa kuat lama." Nick tersenyum menggoda.
"Tapi, sakit, Nick. Kamu sih, enggak ngerasa sakit. Gini amat cara bikin anak. Pertama mulai sakit. Belum lagi nanti kalau hamil harus nunggu sembilan bulan. Masih lagi nanti pas ngelahirinnya yang taruhannya nyawa." Bayangan Celia sudah sangat jauh. "Laki-laki sih, enak. Tinggal gerak dan ngelihatin doang. Enggak setersiksa perempuan."
"Lama-lama enak, kok."
Celia menatap Nick curiga. "Apa kamu sudah melakukannya sebelumnya? Kenapa sangat tahu?"
"Kata teman-temanku yang sudah ahlinya. Maksudku, teman laki-laki yang sudah menikah." Nick mengulas senyum sambil membelai lembut pipi Celia menggunakan jari telunjuk tangan kanan.
"Aku kira sudah. Nanti sama saja kayak Erick."
"Belum." Nick menggeleng. "Ayo, bangun. Kamu harus isi tenaga sebelum nanti--."
"Jangan nambah lagi." Celia memotong ucapan Nick, masih kapok dirinya.
Namun, justru mendapat gelak tawa dari lelaki itu. "Aku belum selesai ngomong padahal. Sudah dipotong saja."
"Pasti mau bilang bikin anak lagi, 'kan?"
Nick menggeleng. "Berangkat ke kantor."
"Yeaah, Nick, aku kira bakal diundur. Tubuhku masih kerasa sakit-sakit." Celia mengeluh sambil memanyunkan bibir.
"Kalau dibuat gerak nanti akan hilang rasa sakitnya."
"Tapi, buat jalan juga sakit. Aku ngakang kayak orang sunat."
Nick tergelak lagi.
"Malah diketawain. Kan, ini ulahmu yang sudah merawanin aku."
"Maaf, maaf." Nick masih tertawa kecil. "Kalau gitu, kamu di rumah saja. Aku yang berangkat hari ini. Sudah hampir sebulan aku tidak masuk kantor. Bisa-bisa dipecat sama bos besar."
"Bos besarnya Papa sendiri ini. Papa pasti akan ngasih libur lagi kalau tahu alasan anaknya sedang bikinin cucu."
"Jadi, mau bikin lagi, nih? Ayo." Suara Nick terdengar sangat semangat.
"Mbahmu wiii! Ayo, ayo, aja." Celia menatapnya kesal. Tapi, teringat kenikmatan semalam, ia masih belum percaya jika sekarang sudah tidak perawan dan Nick yang membobolnya.
"Nick." Celia menangkup sebelah wajah Nick, mengusapnya lembut. Ditatapnya lekat-lekat mata lelaki itu. "Tidak akan ninggalin aku, 'kan?"
"Kita sudah saling tahu perasaan kita masing-masing. Apa kita masih akan pisah selain kamu yang meminta?"
Celia menggeleng.
"Jangan minta untuk pisah lagi. Mari kita coba untuk membina rumah tangga yang sesungguhnya," pinta Nick, sungguh-sungguh.
Celia mengangguk seraya mengulas senyum. Lantas, ia beranjak bangun. Sedangkan, Nick meraih segelas fresh milk putih dan serahkan ke Celia yang langsung diterima.
"Aku pikir, aku akan ikut ke kantor hari ini. Tapi, hubungan kita di kantor, tetap sebagai atasan dan bawahan, ya. Aku tidak ingin ada yang tahu aku istrimu, terus mereka bakal nganggap aku anak emas di sana. Mentang-mentang istri dari Nicky Hernandez, terus dapat perlakuan spesial. Dan ... aku tidak ingin mendapat teman yang hanya ingin memanfaatkanku saja."
"Oke. My Personal Assistant." Nick mengacak puncak kepala Celia, lalu mengecup keningnya.
"Sekarang makan sandwichnya." Nick mengambil piring berisi dua potong sandwich dan diserahkan ke Celia.
"Kamu sudah makan?" tanya Celia seraya mengambil sepotong sandwich, lantas melahapnya, menggigit kecil.
Nick menggeleng. "Punyaku masih ada di luar."
"Makan ini saja. Barengan." Celia menyuapkan ke Nick, yang langsung diterima lelaki itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top