chapter 2

Happy Readingggggg


I know something is happened out of my control.



Sebenarnya Raita dan Nnina tidak ingat kapan pertama kali mereka bertemu atau melihat Steve dan Reigel. Mungkin sebelum mereka berada di kelas yang sama yang mana diketahui setelah hari ketiga sekolah, mereka pernah bersinggungan. Yang jelas, mereka mulai saling tau nama dan rupa ketika sesi perkenalan di dalam kelas.

Raita yang bersahabat, Nnina yang pemalu, Reigel yang ogah-ogahan, Steve yang terlalu percaya diri, serta beberapa teman lainnya.

Setelah beberapa hari terlewati, mereka mulai saling mengenal lebih dari nama. Beberapa orang tampak sudah memiliki teman yang sesuai dengan karakter mereka, mulai membentuk kelompok-kelompok kecil, dan yang paling disyukuri, kelas mereka diisi oleh orang-orang yang lumayan koperatif sehingga tidak terjadi perselisihan yang berarti.

Saat itu pelajaran matematika. Nnina yang suka berhitung, sangat memperhatikan guru tersebut mengajar. Setelah selesai menerangkan materi, sang guru memberikan 5 soal latihan, dan bagi siapa yang bisa menjawab tercepat dan benar semua, maka akan mendapat bantuan 20 point untuk nilai *UH matematika.

Bagi Nnina, tambahan 20 point sangatlah tinggi. Jadi, ia berusaha agar menjadi yang tercepat. Sayangnya hal itu tidak terjadi, karena Shakilla berhasil selesai lebih dulu. Namun sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padanya, sebab sang guru memberitahukan bahwa Shakilla salah pada soal ke 5.

Nnina yang merasa punya kesempatan, segera dengan cepat berjalan ke meja guru. Tapi sialnya lagi, Steve lebih dulu mengarahkan bukunya pada sang guru dari belakang tubuh Nnina dengan sedikit berjinjit. Nnina dapat merasakan pipi Steve yang menempel di rambutnya, tangan kiri pria tersebut memegang bahu kanannya, dan tangan kanannya menyerahkan buku tulis pada sang guru. "Ini buk," ujar Steve menyerahkan bukunya. Wajah Nnina langsung berubah kesal. Sang guru hanya tersenyum melihat tingkah keduanya sambil menerima buku Steve untuk diperiksa kebenarannya.

"Maaf, gue duluan," katanya sambil buru-buru mundur menegakkan tubuhnya.

Nnina hanya menatapnya kesal lalu berjalan kembali ke bangku.

"Kok ngikutin gue?"

Steve yang sedikit melamun terkejut begitu melihat Nnina tiba-tiba berbalik dan menuduhnya dengan suara yang cukup kuat sehingga semua mata memandang pada mereka berdua.

"Eh, enggak kok," balas Steve sedikit gugup sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Bohong." Balas Nnina lagi dengan suara yang lebih kecil dan wajah yang lebih kesal dari sebelumnya. Ia sedikit malu dilihat oleh teman sekelasnya seperti ini.

"Enggak ya, enak aja asal nuduh! Bangku gue di situ." Ujar Steve sambil menunjuk bangkunya. Nnina merutuk dalam hati. Ternyata Steve duduk tepat di depannya. Kenapa ia tidak sadar? Lihat, sekarang semua teman-temannya memasang ekspresi geli yang ditujukan padanya.

Nnina langsung berjalan cepat ke bangkunya dan begitu mendudukkan dirinya, ia langsung pura-pura menulis sesuatu untuk menghilangkan rasa malunya.

"Itu Tipex yang berbentuk pulpen," ujar Steve yang sudah berdiri di samping mejanya. Pria itu meraih Tipex tersebut dari tangan Nnina lalu meyematkan pulpen hitam yang terletak tidak jauh ke genggaman wanita itu.

"Ini baru pulpen." Ujarnya sambil menatap kearah Nnina jahil. Sontak kelas menjadi ribut akibat tawa teman-temannya yang sudah tidak bisa ditahan lagi dari tadi.

"Sstttt, udah. Malu dia." Ujar Steve pada teman-temannya karena melihat wajah Nnina yang sudah memerah.

Steve pun akhirnya mendudukkan dirinya. Ia tersenyum geli sebentar sebelum kembali hanyut pada catatan matematikanya.

Jangan tanya bagaimana keadaan Nnina kerena saat ini wanita itu sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam dan meremas pulpen di tangannya dengan kuat. Ia sangat malu.

                                    ###

"Lo kalau lagi kesal jadi malu-maluin diri sendiri ya, na."

"Tau ah, gak usah dibahas lagi ya Raita."

"Haha, lagian bisa-bisanya lo gak sadar.

"Namanya juga lagi kesal."

"Eh tapi, Steve keren juga ya. Gak nyangka tampang kaya dia pinter matematika."

Nnina hanya melirik Raita sinis. Bisa-bisanya Raita memuji pria itu ketika dia masih sedang kesal.

"Habis ini pelajaran apa sih, na?"

Saat ini Nnina dan Raita sedang berjalan menuju ruang kelas. Mereka baru selesai menghabiskan makan siang di kantin dan memutuskan menunggu bel masuk di kelas saja.

"Sejarah kayanya."

"Ya ampun,males banget gue. Kenapa harus di jam terakhir juga sih? Mana pak Damar kalau ngejelasin bikin ngantuk banget."

"Kayanya semua guru sejarah gitu gak sih?"

"Haha benar na. Dari gue Sd sampai sekarang SMA, guru sejarah bikin ngantuk semua."

"Kenapa gitu ya?"

"Gatau, tanya pak Damar lah."

"Yang ada gue dihukum karena dianggap menghina"

"Iya sih, atau lo jadi guru sejarah aja nanti na? Biar lo jadi tau kenapa guru sejarah mayoritas begitu."

"Makin gak jelas lo."

"Iya, gue juga mikirnya gitu." Dahlah, cape sama Raita.

Benar saja, sepanjang pelajaran sejarah semua murid tampak bergantian menguap, bahkan ada yang sudah tertidur pulas di bangku ujung yang menutup dirinya dengan buku yang didirikan tegak.

Di penghujung jam belajar, pak Damar membentuk mereka menjadi beberapa kelompok. Mereka diberi tugas untuk menjelaskan kerajaan-kerajaan yang berada di nusantara pada jaman dulu.

Satu kelompok terdiri dari 4 orang. Beruntungnya Raita dan Nnina berada di kelompok yang sama dan yang tidak beruntungnya, mereka harus satu kelompok dengan Steve dan Reigel. Steve yang menyebalkan bagi Nnina. Reigel yang terlalu pendiam menurut keduanya.

Benar ya, hal baik yang kamu dapatkan akan selalu berdampingan dengan hal buruk di sisinya.

Begitu bel pulang terdengar, semua wajah jadi tiba-tiba segar. Entah kenapa perginya rasa kantuk tadi.

"Raita, Nnina, sebentar!"

Reigel dengan segera menyusul kedua perempuan itu yang sudah berada di pintu kelas dengan Steve yang mengekor di belakangnya.

"Tugas kelompoknya mau gimana?" Tanya Reigel.

"Terserah sih," jawab Raita

"Dih, cewe banget jawab lo. Gak ada yang lebih menyebalkan lagi apa?" Sewot Steve begitu tiba.

"Ada."

"Apa?"

"Lo!"

"Kurang ajar."

"Lo yang ku_"

"Udah-udah, nanti jam 5 kita ketemu di pojok baca yang di pinggir lapangan aja buat pembahasan, Rei." Ujar Nnina memotong perdebatan Raita dan Steve yang semakin memanas.

"Duluan ya!" Lanjut Nnina sambil menarik tangan Raita menjauh.

"Steve tuh emang nyebelin banget, na." Ujar Raita di perjalanan setelah Nnina melepas tangannya.

"Mirip lo."

                                     ###

Raita berjalan lebih dulu ke pojok baca sebab Nnina masih mandi. Nnina lupa kalau dia yang membuat ide bertemu sehingga ia memutuskan untuk tidur sore sebentar. Namun ia tidak akan bangun jika tidak dibangunkan oleh Raita yang sudah mandi lebih dulu. Sepulang sekolah tadi, Raita menonton drama korea kesukaannya.

Begitu tiba, Raita sudah mendapati Reigel yang duduk nyaman dengan banyak buku-buku di hadapannya dan satu pada genggamannya.

Saat Raita tiba, Reigel segera menyadarinya dan menutup bukunya. Awalnya Raita bingung harus melakukan apa agar Reigel tau kalau dia tiba. Soalnya Raita tidak pernah berbicara dengan Reigel. Ia sedikit canggung sebab menurutnya Reigel itu terlalu kaku. Kalau dia salah bicara pasti serem.

"Sendiri?" Tanya Reigel

"Iya, Nnina bentar lagi sampai kok. Gapapa, kan?" Tanya Raita hati-hati.

"Gapapa, Steve juga belum dateng."

"Oh iya, kemana tuh cowo rese?"

"Eh maaf, maaf maksud gue Steve." Tambah Raita sebab ia takut akan respon Reigel atas tindakan tidak sopannya.

"Gapapa Raita, santai. Stevenya lagi mandi tadi abis main basket bareng kakak kelas."

"Hehe, lo keliatan serem sih diam mulu."

"Lo malah aneh kalau jaim begini."

"Gimana-gimana, Rei?" Tanya Raita gamang.

"Lo kan berisik di mana aja."

"Eh, kok lo gitu sih menilai gue?" Tanya Raita sedikit mulai berani sebab Reigel mulai banyak bicara dan tidak sekaku itu.

"Di mana ada keributan pasti ada lo."

"Kok keributan sih? Jahat dong gue."

"Maksud gue ribut dalan artian berisik. Lo anaknya ramai."

"Oh, hehehe makasih pujiannya."

"Gak ada yang muji."

"Y-ya emang enggak. Gue kan lagi sarkas."

"Gak cocok."

"Loh, kok jadi sewot kayak Steve?"

Reigel hanya mengendikkan bahunya. Ia melanjutkkan membaca buku yang sudah ditutupnya sebelumnya.

Raita bingung harus apa sekarang sebab Reigel tak lagi menanggapinya. Apa dia keterlaluan? Ah masa sih? Gitu doang padahal.

Saat sedang hanyut dalam kegiatan masing-masing, Raita dan Reigel mendengar suara yang cukup keras. Mereka kemudian mendongangkan kepala melihat sumber suara. Ternyata Nnina dan Steve bertabrakan dan membuat buku-buku yang mereka bawa berjatuhan semua. Sepertinya tambrakannya cukup kuat.

Nnina mengusap keningnya yang tampak kemerahan lalu berjongkok untuk meraih bukunya. Hal yang sama pun dilakukan oleh Steve.

"Lain kali kalau lagi jalan cepat liat ke depan bukan ponsel," ujar Steve setelah selesai mengambil bukunya lalu berjalan memasuki pojok baca. Nnina hanya mendengus lalu ikut bergabung bersama ketiganya.

"Baik, karena udah ngumpul kita bahas pembagiannya ya."

Reigel membagi mereka berempat dengan tugas masing-masing. Karena ini akan dipresentasikan, Stevelah yang akan berperan sebagai pembicara, Nnina sebagai notulen dan membantu Raita membuat PPT, dan Reigel mengumpulkan data. 2 hari sebelum presentasi mereka berempat akan mendiskusikan topik mereka.

"Buku sejarah gak akan setebal ini kalau Konstatinopel gak jatuh di tangan Turki Utsmani."

Ketiga orang yang sedang membereskan barang masing-masing sebelum kembali ke asrama kerena jam makan sebentar lagi akan berbunyi, mengarahkan padangan pada sumber suara.

Reigel terlihat sedang memutar-mutar buku sejarah di tangannya.

"Kenapa?" Tanya Steve bingung

Reigel menatap ketiga orang tersebut. Menghentikan memutar-mutar buku sejarah tersebut.

"Karena setelah kejatuhan Konstatinopel, eropa tidak punya sumber rempah-rempah lagi. Sehingga bangsa eropa mulai mencari-cari negara yang bisa memenuhi kebutuhan rempah-rempah mereka. Dan seperti yang kita ketahui, mereka menemukan bahwa Nusantara punya banyak rempah-rempah. Kalau saja Konstatinopel tidak jatuh, bangsa eropa tidak akan sampai ke indonesia dan tidak ada sejarah penjajahan hingga pada kemedekaan Indonesia yang butuh beratus-ratus tahun lamanya." Jelas Reigel panjang lebar.

Ketiga orang tersebut memandang Reigel dengan takjub.

"Lo keren banget, Rei." Ujar Raita sambil bertepuk tangan memuji betapa cerdasnya Reigel.

"Gue baru tahu informasi ini. Maklum, selama pelajaran sejarah gue ngantuk dan seingat gue gak pernah ada guru yang menyinggung apa itu tadi yang jatuh?"

"Kontatinopel, Raita."

"Ah iya, Konstatinopel. Ya ampun, gue bangga banget satu kelompok sama lo Reigel."

"Gue juga."

"Kok lo ikutan sih, Steve?"

" Ya karena gue emang bangga jugalah, pinter sejarah banget emang roommate gue."

"Kalian sekamar?" Tanya Nnina yang hanya diam dari tadi.

"Iyalah," jawab Steve bangga

"Turut prihatin ya Rei." Ujar Nnina memandang Reigel iba.

Raita tertawa mendengar penuturan Nnina. Reigel juga ikut tertawa kecil melihat wajah kusam Steve.

Begitulah cara takdir bekerja mempersatukan mereka menjadi seperti sekarang.

                                   ###

kira-kira kalian mau update nya kapan guys?

jangan lupa vote commant and share ke teman-teman nya yang lain.

biar kita sama-sama ngehalu guyss

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top