Chapter 1
sekedar mengingatkan guys,sebelum baca jangan lupa ya like commant and share nyaa
happy reading guys....
One day, when i meet you for the first time
"NNINA!!!!"
Raita memasuki kamar asrama mereka dengan suara lantang meneriaki nama Nnina.
"Nnina, lo denger gue gak sih?" Tanya Raita karena Nnina hanya fokus pada laptop dan ipad di meja belajarnya.
"NNINAAAAA!!!!" teriak Raita lebih heboh lagi. Dia tidak suka diabaikan. Kalau setelah teriakan inipun Nnina tetap tidak menanggapinya, maka Raita bersumpah akan menaiki tempat tidur Nnina tanpa mengganti seragam sekolahnya dan menggunakan kaos kaki sekolahnya.
Nnina itu maniak bersih, dan akan lebih maniak lagi jika itu kasur tempatnya tidur. Nnina akan sangat marah besar jika ada yang berani menyentuh tempat tidurnya sedikit aja dengan tubuh yang masih kotor dan lengket oleh keringat.
"Kalo lo masih diam aja, gue bakalan naik ke tempat tidur tanpa melepas kaos ka-"
"Stop! Kenapa lagi lo?" jawab Nnina kesal.
Nah kan, ancaman Raita berhasil. Siapa dulu, Raita gitu loh, hehe.
"Sini duduk dulu di karpet mewah, biar lebih menjiwai," ide Raita aneh.
"Jadi gini na, lo tau gak, gu_"
"Ciri khas mulai ghibah," potong Nnina jengah.
"Iss, belum siap, dengerin dulu," kata Raita kesal, masih juga pembukaan, sudah difitnah tukang gibah. Emang sih dia tukang gibah, tapi gak tiap mau cerita kali! Huft.
"Jadi na, tadi waktu gue masuk lift buat ke kamar, ada Cilla di dalam. Gue bisa rasain kalau dia menilai gue dari ujung kaki sampai ujung rambut. Gue sih pura-pura gak tau dan ogah banget liatin dia balik, gak level." Ujar Raita menggebu-gebu. Ia masih sangat kesal sekali kerena harus berada do satu ruangan dengan Cilla walau hanya untuk beberapa detik. Cih!
"Udah?" Balas Nnina malas
"Ih, NNINAA!! Tau ah ngambek gue, lo jadi sahabat gak suportif banget."
"Terus gue harus gimana Raita? Lo dan Cilla kan udah biasa begitu. Perang dingin dari sebulan yang lalu. Bukan hal baru." Jelas Nnina sedikit lebih berbaik hati.
"Iyasih.... Tapi gue masih aja kesal. Ingatan gue yang berargumen sama tuh bocah masih jelas banget."
"Udahlah, lupain aja, Ta."
"Lupain? Gak salah denger gue, Na? Gak ya, gue ga bakalan pernah lupa gimana tuh bocah ingusan yang baru tamat SMP udah berlagak paling dewasa dari gue."
"Gue gak akan lupa gimana dia dengan sok banget datengin gue yang lagi asik makan chitatos di taman berdiri dengan angkuh di hadapan gue sambil ngomong
"Kak Raita, gue dengan rasa hormat gue terhadap lo sebagai senior gue, minta supaya lo, mengurangi intensitas lo dengan Steve, pacar gue." Ujar Raita memperagakan bagaimana Cilla kelewat berani berbicara begitu dengannya.
"Tapi lo juga jangan lupa gimana Steve dateng dan melerai kalian yang gak ada habisnya adu argumen. Kalah DPR kalau debat bareng kalian dua."
"Benar, Steve datang dan lebih berpihak ke gue," ujar Raita bangga.
Nnina ingat, bagaimana ia, Steve, dan Reigel terkejut ketika sampai di taman menemukan Raita berselisih dengan Cilla. Mereka berencana mengerjakan tugas kelompok di taman belakang sekolah sore itu.
Steve yang melihat keberadaan pacarnya di sana bergegas menghampiri 2 orang yang saling menyalahkan satu dengan yang lain.
"Cilla," katanya sambil meraih tangan Cilla dan menariknya ke belakang tubuhnya. Membelakangi Raita yang tampak jengah dan menghadap sepenuhnya pada Cilla.
"Habis ngapain?" Tanya steve dengan suara rendah."
"Gak ngapain-ngapain."
"Jawab dengan jujur, Cilla," tegas Steve.
"Pacar lo it_"
"Gue masih nanya Cilla, Raita. belum lo." Potong steve langsung.
"Lo bisa tanya keduanya sekaligus steve," ujar Reigel begitu tiba.
Steve melihat Reigel sebentar, kemudian kembali pada Cilla dan Raita bergantian. Ia seperti mempertimbangkan sesuatu sebelum berujar "Siapa yang mau jelasin awal mulanya," kemudian.
"Pacar lo tiba-tiba datang dan nyuruh gue mengurangi intensitas kebersamaan kita tanpa sopan santun. Berbicara seakan gue bukan orang yang lebih tua dari dia. Gue bakalan bersikap koperatif kalau dia tau tata krama." Jawab Raita dengan tegas dan penuh percaya diri.
Cilla hanya diam, tentu saja. Karena apa yang dikatakan Raita benar sepenuhnya. Cilla itu masih berpikir kekanak-kanakan. Ia belum pandai mengontrol amarah dengan tepat. Sudah cukup ia diam setelah dilupakan oleh Steve beberapa kali dan terlihat lebih sering bersama Raita daripada dia pacarnya. Ia hanya mengikuti instingnya menjumpai Raita karena melihat wanita itu duduk sendirian.
"Cilla, lo harus minta maaf," ujar Steve berbisik pada Cilla. Ia tidak mungkin mempermalukan kekasihnya di hadapan teman-temannya. Tapi Cilla hanya diam dan merundukkan kepalanya. Mungkin ia malu.
"Gue mewakili Cilla minta maaf sama lo. Gue pastikan hal ini gak akan berulang lagi." Ujar steve pada Raita.
"Ya, mending lo pulangin dulu sana, panas nih," balas Raita sambil mengibaskan tangannya, berlagak kepanasan.
Steve melihat pada teman-temannya, mencoba menyimpulkan sesuatu. Menghembuskan nafasnya berat, menggenggam gelang tangan Cilla lalu pergi menjauh dari taman.
Nnina akan terus ingat hal itu. Hal yang selalu terpatri diingatannya. Cilla kekasih Steve, hampir saja merusak hubungan persahabatan mereka karena rasa cemburu. Juga Steve sebagai sumber masalah yang tidak bisa tegas terhadap dirinya sendiri dalam memberi perhatian yang semestinya ia penuhi sebagai pacar bagi Cilla. Nnina juga tidak akan lupa bagaiman Cilla menolak meminta maaf atas tindakan tidak sopannya sehingga Steve yang harus melakukannya.
"Ta, gue tiba-tiba teringat pertama kali saling kenal dan mulai dekat," ujar Nnina.
"Ya ampun na, kok jadi flashback sih?"
"Gak tau, keinget aja," ujar Nnina.
"Lo masih inget ga, Ta?" Lanjutnya kemudian.
"Masih. Pertama kali renungan di gedung doa Asrama, mata gue langsung mengarah ke elo. Gue juga gak paham kenapa. Mungkin karena aura lo sangat mendominasi padahal lo cuma duduk diam di ujung. Gue yang penasaran langsung menghadang lo sebelum lo masuk kamar dan ngajak berkenalan. Dan lo Nnina cuma jawab nama lo singkat terus masuk kamar." Jelas Raita bersemangat namun terdengar kesal di akhir.
"Haha maaf, gue cuma bingung harus bereaksi gimana karena gue lagi kebelet banget."
"Dih, tukang kebelet dari dini ya lo."
"Sialan lo."
"Nnina, gak boleh kasar ih, HAHAHA"
Kadar kuat ketawanya sudah tidak waras lagi, alias gila.
###
"Kira-kira menu makan malam kali apa ya, Na?"
Saat ini Raita dan Nnina sedang berjalan menuju ruang makan asrama yang tampak seperti restoran kelas atas. Pukul 7 malam menjadi jadwal makan malam seluruh siswa.
"Gak tau."
"Semua lo gak tau." Jawab Raita nyolot. Nih anak hidupnya nyolot mulu ya, heran.
Setibanya di ruang makan, kedua wanita itu segera mengisi mangkuk mereka. Tersedia berbagai pilihan menu makan malam seperti salad, sup ayam, overnight oatmeal, sereal dan susu, dan banyak pilihan lainnya.
Nnina memilih *overnight meal dan lemoh hangat, sedangkan Raita memilih sup ayam dan kentang rebus. Katanya ia butuh banyak karbohidrat karena tenaganya sudah habis setelah bercerita panjang lebar tentang Cilla, pacar Steve. Selalu lebay, huft.
Mereka berdua melangkah menuju meja yang selalu menjadi tempat makan mereka 2 tahun lamanya. Orang-orang bahkan sudah hafal meja pojok kanan yang menghadap ke arah taman asrama adalah hak milik Raita dan ketiga temannya, sehingga tidak ada yang akan duduk di sana selain mereka.
Steve dan Reigel sudah di sana lebih dulu. Kedua pria itu terlihat tenang dengan makan malam mereka. Namun ketenangan itu segera hilang begitu Raita dan Nnina sudah bergabung. Tentu saja kita sudah tau siapa penyebabnya.
"Gaya banget lo steve makan salad sayur," ledek Raita geli melihat steve yang tumben sekali memakan salad sayur. Catat ya, Steve itu sangat tidak suka sayur, segala jenis sayur. Maka ketika melihat perpaduan Steve dengan Sayur, Raita dan Nnina terkejut bukan main. Kesambet apaan nih cowok?
"Lagi diet?" Tanya Nnina yang juga terdengar sama gelinya dengan Raita.
Steve dengan susah payah menelan berbagai jenis sayur tersebut kemudian meraih lemon hangat milik Nnina sembarangan.
"Steve, minum ku ish."
"Maaf-maaf, gak sengaja. Nih minum punyaku aja."
"Belum tersentuh sedikitpun kok Na," tambah steve buru-buru begitu melihat ekspresi tidak suka Nnina.
"Beneran," katanya lagi, berusaha meyakinkan Nnina yang susah sekali percaya orang lain. Padahal Steve dan Nnina sudah dekat selama 2 tahun, tapi tetap saja Nnina ini suka meragukannya. Bukan hanya dia sebenarnya, tapi mereka semua. Nnina memang terlihat dekat dan bersahabat, tapi nyatanya wanita itu sangatlah jauh dan penuh rahasia.
"Bohong na, Steve jangan dipercaya," ujar Raita jahil
"Lo emang setan ya, Ta. Penuh tipu muslihat mulut lo." balas Steve.
"Dih, kok cuma gue? Kitakan sama? Lu lupa?"
"Eh, ya juga ya," kata Steve mengiyakan perkataan Raita gamang sambil menggaruk rambutnya.
Alhasil 2 manusia yang melebel diri mereka setan itu tertawa bersama. Nnina menggelenggkan kepalanya tak habis pikir, sedangkan Reigel tetap melanjutkkan makannya dengan tenang, sudah biasa batinnya.
"Nanti lagi ketawanya, makan dulu," tegur Reigel sebab 2 orang tersebut tak kunjung henti tertawa.
Ketika 2 orang tersebut mulai melanjutkan makannya, Reigel dan Nnina telah selesai.
"Sini na, gue aja sekalian," ujar Reigel begitu melihat Nnina yang ingin bangkit mengembalikan mangkuk makan mereka. Steve dan Raita serentak mengangkat kepala mereka dan melihat Reigel serta Nnina bergantian. Steve menaikkan sebelah alisnya.
"Eh, yaudah, nih! Makasih Rei," ujar Nnina sambil memperlihatkan senyumnya.
Reigel hanya mengangguk lalu melangkah menuju tempat mangkuk bekas makan berada.
"Anter sendiri lebih baik, Na." Ujar steve
"Kenapa gitu?" Tanya Raita bingung
"Menyebabkan salah paham. Lihat sekeliling."
Lantas kedua wanita tersebut mengedarkan pandangan, benar saja, semua melihat Reigel dan Nnina bergantian dengan ekspresi senyum menggoda di wajah mereka masing-masing.
"Norak, gitu doang padahal," ujar Raita sinis.
"Benar," tambah Steve setuju.
"Keadaan ini ngingetin gue dan Nnina mulai mengenal lo berdua," kata Raita menunjuk Steve di hadapannya dan Reigel di yang sudah berjalan balik ke bangku mereka.
"Gak usah diingetin lagi."
"Kenapa na? Malu ya?" Goda Raita
"Resek lo."
...........
"Jadi gimana ta, lanjut ga flashbacknya? Gue udah nunggu banget loh dari tadi. Nih liat mangkuk gue udah rapi di samping beserta sendoknya. Tangan gue sudah terlipat di atas meja, dan badan gue sudah cukup tegak. Tapi lo-nya gak mulai dari tadi," jelas Steve sebab ia sudah siap mendengarkan cerita dari Raita tapi wanita itu justru diam setelah beradu kata dengan Nnina.
"Eh, lo nungguin ya? Okay-okay karena Reigel sudah bergabung, gue mulai ya?"
"MASIH BASA-BASI LAGI??" Ujar Steve nyolot. Sabar ya Steve.
"IYE-IYE MULAI NIH, SABAR DONG."
###
Sampai ketemu di chapter selanjutnya HAHAHA
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top