Part 53 - Ayah Kandung

"APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI!! PERGI!!! AKU TIDAK MAU MELIHATMU!!!"

Mata pria itu membelalak lebar saat mendengar apa yang Aruna teriakkan seketika saat melihat dirinya. Dia tidak mengerti mengapa Aruna tidak menginginkan dirinya.

"Kenapa? Aruna ..... ini aku Malik," lirih Malik, masih duduk di tempatnya, menolak untuk pergi dari sana.

"Kamu tahu kan?!" hardik Aruna.

"Kamu tahu kan?" Aruna kembali mengulang.

"Aruna ada apa?" tanya Malik.

"Kamu tahu kan?!" cecar Aruna lagi. "Waktu itu kamu batalin pernikahan kita. Kamu tahu soal orang tuaku. Iya kan?!" murka Aruna.

Wajah Malik memucat. Sulit baginya untuk menjawab. Hatinya juga merasakan sakit yang teramat sangat melihat Aruna yang terlihat sangat pucat dan sangat tidak baik-baik saja.

"Aku paham .... aku paham kalau kamu nggak mau nikah sama aku setelah tahu ..... setelah tahu ... soal orang tuaku. Kamu boleh pergi. Aku juga takut dengan diriku sendiri. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini semua gak ada hubungannya sama kamu," ringis Aruna.

Dengan sedikit tertatih, gadis itu bangkit dari tempat tidurnya.

"Kalau kamu gak mau pergi, aku yang akan pergi," desak Aruna.

Malik merasa tubuhnya seketika menjadi sangat berat. Namun dia tetap berdiri. Dia tidak ingin Aruna pergi lagi.

"Kau istirahatlah. Aku akan pergi," jawab Malik pelan.

Malik berbalik dengan langkah berat menuju pintu, sedangkan Aruna tetap berdiri di tempatnya semula tanpa melihat ke arah Malik.

Malik yang sudah menggapai pintu, berhenti sebentar saat Aruna berkata, "Jangan menemuiku lagi."

Tanpa berkata apa-apa, Malik keluar dan menutup pintu pelan. Dia memegang dada kirinya. Dibandingkan Aruna yang mengusirnya, dia lebih sakit melihat wajah pucat dan bulatan hitam di mata Aruna. Gadis itu terlihat sangat menderita.

Seorang pria berbadan tegap sedang duduk di kursi yang berada dekat dengan pintu kamar Aruna. Orang itu sengaja dipekerjakan tante Ayu dan om Damar untuk menjaga Aruna.

Malik berhenti dan menoleh sekali lagi ke pintu yang tertutup di belakangnya. Dia tahu dia diminta pergi tapi berat baginya untuk meninggalkan Aruna pada kondisi seperti sekarang. Apakah Aruna akan bisa bersinar seperti sedia kala? Pertanyaan itu yang terus saja terngiang di kepalanya. Dialah yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa Aruna.

"Malik."

Malik yang masih berdiri di depan pintu kamar Aruna menoleh ke arah suara dan mendapati om Damar berdiri di dekat tangga. Malik pun berjalan pelan mendekat.

"Berikan dia waktu," kata om Damar menenangkan.

Malik hanya bisa mengangguk dengan lemah.

"Om dan tante membesarkan anak yang kuat. Om yakin Aruna akan bisa menerima semua ini dengan baik. Kamu harus bersabar," imbuh om Damar.

"Malik akan sabar Om. Malik hanya tidak bisa melihat Aruna seperti itu," sesal Malik.

"Om paham. Untuk saat ini, yang bisa kita semua lakukan adalah tetap di sisinya supaya dia menyadari apa yang dia punya. Om Damar dan tante Ayu bukan tanpa alasan menyembunyikan perihal orang tua Aruna. Terlalu sulit mengatakan pada seseorang bahwa dia adalah anak seseorang pembunuh. Om rasa, kita semua bersalah dalam hal ini. Om selalu merasa khawatir pada akhirnya dia tahu dan akan membenci om dan tante. Walaupun kami sudah melakukan semua upaya agar berita tentang orang tua Aruna benar-benar hilang, ketakutan itu selalu ada. Bagaimana pun caranya, ketakutan itu selalu ada," ucap om Damar.

"Jadi ... kamu berhenti menyalahkan diri kamu sendiri. Ini sama sekali bukan salah kamu," lanjut Om Damar sambil menepuk bahu Malik pelan.

"Om ... kalau boleh, Malik mau menginap di sini. Malik gak sanggup jauh dari Aruna dengan dia seperti sekarang ini," pinta Malik dengan tatapan penuh harap.

"Malik akan pastikan Aruna gak tahu Malik di sini," Malik cepat-cepat menambahkan.

Om Damar tampak ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan menyanggupi permintaan Malik.

"Kamu bisa pakai kamar tamu di samping kamar Aruna," kata om Damar.

"Tante Ayu ... Malik tetap harus bilang ke tante Ayu," kata Malik.

"Biar nanti om yang ngomong sama tante," deham om Damar.

*

Aruna langsung terduduk di tempat tidurnya saat Malik sudah pergi. Dia sudah letih terus-terusan menangis namun air mata dengan gampangnya turun dari matanya. Dia merasa sangat malu merasa dia pantas untuk Malik.

Dia merasa malu mengira dia memiliki kesempatan dengan Malik. Dia merasa malu bahwa kemarin dia sampai mengejar Malik ke Swiss. Malik pasti menganggap Aruna sangat menyedihkan.

Dia sekarang paham Malik tidak ingin bersamanya karena background keluarga kandung Aruna. Siapa yang mau menikahi anak seorang pembunuh. Siapa yang mau menikahi seseorang yang Ayahnya memiliki gangguan jiwa berat.

Setiap kali memikirikan itu, badan Aruna bergetar. Kalau saja Malik masih mau menerimanya, dia tentu akan memiliki kekuatan untuk menerima ini semua. Namun bahkan Malik yang sudah mengenalnya seumur hidup, memilih meninggalkan dia.

*

Pria itu tahu apa yang dia lakukan sia-sia. Tak urung, Malik tetap duduk di depan pintu kamar Aruna sepanjang malam setiap harinya hingga menjelang pagi. Dia hanya mencari ketenangan untuk dirinya sendiri. Dan berada di dekat Aruna seperti ini membuat dirinya sendiri tenang.

Malik berdoa, nantinya saat Aruna sudah bisa bangkit lagi, dia masih akan memberikan dirinya kesempatan. Kesempatan untuk bisa bersamanya lagi. Kesempatan untuk selalu menemaninya. Kesempatan untuk membuat Aruna kembali bahagia.

*

Selama tinggal di rumahnya, Ayu melihat kesungguhan hati Malik. Dia juga tidak bisa lagi menyalahkan Malik. Suaminya benar, tidak ada gunanya menyalahkan Malik. Malik memiliki pikiran yang sama dengan mereka. Menghentikan dengan segala cara kemungkinan Aruna tahu tentang orang tuanya.

Itulah yang selama ini dirinya dan Damar lakukan. Menyembunyikan semua fakta tentang orang tuanya. Ayu ingin Aruna selalu melihat dirinya sendiri sebagai Aruna. Bukan sebagai anak seorang pembunuh keluarganya sendiri.

*

Malik sudah berada di rumah Aruna selama enam hari hari. Setiap pagi sekali, dia keluar rumah dan berjalan kaki untuk mengambil mobil di rumah orang tuanya. Selama enam hari itu pula, tidak sekalipun Aruna keluar dari kamar. Hanya tante Ayu yang sering kali mengecek keadaan Aruna.

Sebastian dan Sydney juga sempat datang. Sayangnya, sama halnya dengan Malik, Aruna menolak untuk menerima mereka.

Tante Ayu sudah bisa menerima Malik kembali. Saat makan malam di hari keenam Malik berada di sana, ketiganya sedang duduk bersama di meja makan. Saat itulah tante Ayu mengatakan keinginan Aruna.

"Aruna ... mau ketemu sama Ayah kandungnya. Dia bersikeras ingin ketemu langsung. Aku sudah mencoba membuatnya berubah pikiran," beber Ayu.

Malik tahu hal ini akan terjadi. Tidak mungkin bagi seorang anak tidak memiliki keinginan untuk bertemu orang tua kandung yang tidak pernah dia temui, sekelam apapun cerita yang mereka miliki. Kata orang, mereka harus tahu dari mana asal mereka.

"Dia bilang .... dia sudah pernah mendatangi rumah sakit di mana Ayahnya dirawat tapi dia selalu ketakutan setiap kali dia sudah di sana. Jadi, dia selalu saja kembali," lanjut tante Ayu.

"Kalau ini yang dia mau, kita harus tetap dukung dia," pungkas om Damar.

"Malik mau ikut," sahut Malik dan baik tante Ayu dan om Damar melihat ke arahnya dengan ragu.

"Tidak masalah kalau pun saya harus menjaga jarak, tapi semoga Om dan Tante memperbolehkan Malik ikut," pinta Malik sekali lagi.

Om Damar dan tante Ayu saling melempar pandangan.

*

"Mama sudah ngomong sama Papa kamu. Apapun yang menurut kamu terbaik, Papa dan Mama akan dukung kamu," jelas Ayu.

Saat ini, wanita itu sedang duduk bersama Aruna di dalam kamarnya. Paling tidak, sekarang Aruna sudah mau makan tiga kali sehari dibandingkan sebelumnya yang hanya sekali. Walaupun masih menolak membuka tirai jendela kamarnya dan membiarkan kamarnya dalam keadaan gelap, Aruna sudah mau membersihkan dirinya.

"Aruna .... Mama mau bicara sesuatu," kata tante Ayu hati-hati. "Ini soal Malik."

Aruna hanya menatap dinding di depannya dengan pandangan kosong.

"Aruna paham sekarang dengan ucapan Malik waktu itu ... dia tidak mau menikahi anak pungut. Itu yang waktu itu dia bilang padahal selama ini Malik juga tahu Aruna anak angkat Mama dan Papa. Aruna akhirnya paham kenapa Malik mempermasalahkan soal kenyataan ini waktu itu. Dia tahu. Karena itu dia gak mau sama Aruna," hembus Aruna.

"Aruna ....," kata Ayu.

"Aruna paham. Malik pasti takut. Aruna aja takut sama diriku sendiri Ma," rintih Aruna. Air mata kembali jatuh di matanya.

"Bukan seperti itu sayang," desah Ayu. "Bukan seperti itu."

Ayu menghela napas berat.

"Sama halnya dengan Mama dan Papa, Malik pun ingin mengubur dalam-dalam informasi tentang orang tua kamu. Kami tahu ini bukan hal yang baik. Menutupi dari mana kamu berasal. Bagaimanapun juga kau pasti memiliki keingintahuan. Mama, Papa, dan sama halnya Malik menganggap tidak perlu bagimu untuk tahu. Mama dan Papa sudah tahu sejak kami membawamu pulang. Tapi tidak dengan Malik. Dia baru tahu hal ini baru-baru ini. Mungkin karena itu dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selain meninggalkan kamu dan mengubur informasi ini dalam-dalam. Tapi bukan karena dia tahu yang membuat dia pergi. Dia pergi karena tidak ingin kau tahu," jelas Ayu.

"Maksud Mama?" tanya Aruna lirih.

"Mama gak kenal teman dia. Tapi dialah yang membuat Malik memutuskan membatalkan pernikahan kalian. Karena Malik tidak pernah ingin kamu tahu tentang orang tua kamu. Maafkan Mama," kata Ayu. Wanita itu kemudian menceritakan kepada Aruna tentang Wulan yang mengancam Malik akan memberitahukan pada Aruna tentang orang tua Aruna jika Malik memaksa tetap bersama Aruna.

***

Halooo ... maaf kemarin gk bisa update padahal janji setiap hari bakal update. Ditebus hari ini, okay?! 

Love you !!!! oh ya, jangan lupa vote dan komen ya <3 

Published on Thursday, Dec 30, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top