Part 46 - Stealing My Fiance

Setelah mencari tahu, akhirnya Aruna membeli tiket Swiss Pass, kereta bolak-balik Zurich-Interlaken-Zurich. Perjalanannya memakan waktu kurang dari dua jam. Beruntung saat ini adalah musim panas di Swiss dengan temperatur sekitar 18-30 derajat Celcius sehingga dia bisa menikmati pemandangan pegunungan dan danau yang sangat cantik tanpa tertutup salju.

Aruna sangat gugup. Dia tidak berhenti berdoa agar bisa menemui Malik nanti, walaupun dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dia ucapkan saat bertemu pria itu, dia merasa tidak sabar ingin menemui Malik.

Aruna kembali melihat ponselnya dan masuk ke akun Instagram Malik. Pria itu baru saja membagikan sebuah foto berlatar belakang Danau Brienz. Pada caption, Malik menulis, "You are captivating."

Aruna tidak lagi peduli untuk siapa kata-kata itu dia tujukan. Dia masih tidak percaya bahwa dia akan segera menemui Malik. Entah dengan kepercayaan diri dari mana, namun Aruna merasa sangat tidak sabar. Dia sama sekali tidak mempertimbangkan kemungkinan Malik akan mengusirnya atau bersikap acuh padanya.

Dia bahkan tidak memikirkan tentang di mana dia akan tidur. Walau begitu, jantungnya berdetak cepat. Dia tidak sabar bertemu Malik. Dia harus tahu kenapa Malik menyembunyikan sesuatu darinya. Satu hal yang pasti tentang Malik yang Aruna tahu adalah, pria itu selalu jujur padanya.

Selama perjalanan, Aruna sama sekali tidak tertidur. Setelah perjalanan kurang lebih dua jam, dia akhirnya sampai di Interlaken Ost. Dia kemudian menaiki kereta lain agar bisa sampai ke Danau Brienz. Setelah perjalanan kurang dari dua puluh menit, Aruna kembali menyambar ransel yang dia letakkan di bawah tempat duduk dan mengenakannya di punggung.

Udara yang berhembus pelan seakan membisikkan kata semangat padanya. Cuaca saat itu cukup cerah. Sepanjang mata memandang, dia dibuat terpukau dengan warna pirus air danau, perbukitan hijau, dan pegunungan Alpen di kejauhan. Dia mengisi rongga dadanya dengan menghirup napas panjang sebelum akhirnya menyusuri danau yang sangat mempesona dengan panjang sekitar 14 kilometer dan lebar 2,8 kilometer itu.

Aruna melihat kembali foto yang dibagikan Malik dan sepertinya dia menemukan spot yang sama yang diambil Malik tadi. Gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Fotonya sudah dibagikan hampir tiga jam lalu jadi kemungkinan kecil Malik masih di sini.

'Apa aku harus menelepon dia lagi?' batin Aruna, masih berjalan pelan sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru berharap sosok yang dia cari masih ada di sana. Setelah menyusuri berbagai tempat di sekitar Danau Brienz, Aruna pun duduk dan mengambil botol minuman yang sempat dia beli tadi.

Padahal ranselnya tidak seberapa berat kenapa rasanya dia lelah sekali. Aruna mengatur napas dan duduk di sana beberapa saat. Di kejauhan dia melihat cruise boat. Aruna ingin sekali naik itu. Sayangnya dia tidak mau membuang waktu.

*

Malik menatap Ibunya dari kejauhan. Wanita itu sedang berbincang dengan seorang wanita Indonesia yang mereka temui di hotel. Wanita itu sedang mengunjungi anaknya yang sedang berkuliah di sini dan dia telah bergabung dengan mereka seharian ini.

Saat ini dirinya dan Anggie sedang berada di jantung Interlaken, yaitu Harder Kulm. Dari sini, dia bisa melihat cantiknya perumahan penduduk di Interlaken dan cantiknya Danau Thun dan Danau Brienz. Pikirannya kembali dipenuhi dengan wajah Aruna. 'Aruna kamu lagi ngapain sekarang? Apa kamu bahagia bersama Sebastian?' batin Malik saat dirinya duduk sendiri, berjarak beberapa meter dari Ibunya duduk. Senyum terkembang di wajahnya saat melihat Ibunya juga sedang tersenyum bahagia.

Saat sedang duduk sembari menatap pemandangan menenangkan di depannya, ponselnya kembali berbunyi. Dahinya mengernyit saat melihat nama Aruna lagi. Kenapa hari ini gadis ini sudah menghubunginya dua kali. Padahal sudah cukup lama mereka tidak saling menghubungi seperti dulu. Malik merasa sedikit aneh. Dia pun mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Hai, ini aku lagi," seru Aruna di ujung sana dengan nada riang.

"Ada apa?" tanya Malik.

"Aku ... sedang bosan lagi," Aruna menjawab sambil tertawa sendiri, sedangkan Malik mendengarkan dengan seksama. "Kau masih di Brienz? Aku melihat fotomu. Cantik sekali," imbuh Aruna.

"Tidak," jawab Malik singkat.

"Jadi kau di mana sek ...."

Malik tidak bisa mendengar suara Aruna jelas namun dia bisa mendengar seseorang di sana sedang berbicara cukup keras. Orang itu sepertinya sedang memakai pengeras suara.

"THIS IS THE BREATHAKING LAKE BRIENZ! WE'LL JOIN THE CRUISE SO STAY HERE DON'T GO TOO FAR OKAY?"

"Aruna kau di mana?" sambar Malik cepat.

"Aku ... aku sedang di rumah," jawab gadis itu sedikit terbata.

"ARUNA KAU ADA DI MANA SEKARANG?!"

Malik seketika berdiri dari duduknya.

"ARUNA JAWAB AKU!" teriak Malik.

*

"ARUNA KAU ADA DI MANA SEKARANG?!"

"ARUNA JAWAB AKU!"

Aruna bergetar saat mendengar Malik sedang berteriak padanya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah dia harus berbohong atau berkata jujur?Apakah Malik akan melarikan diri lagi kalau dia berkata jujur? Ataukah dia kembali ke rencana semula. Harus dia yang menemukan Malik terlebih dahulu.

"ARUNA PLEASE .... ANSWER ME!"

Aruna terkesiap dengan suara nyaring Malik sehingga mulutnya langsung menjawab dengan lancar, "LAKE BRIENZ."

*

"LAKE BRIENZ."

Malik bisa merasakan bagaimana badannya menjadi kaku. Dia tercengang dengan apa yang Aruna katakan barusan. "Jangan ke mana-mana. Tunggu aku," kata Malik tegas.

"ARUNA KAU DENGAR AKU KAN?!" Malik kembali menegaskan dengan lantangnya.

Dengan cepat, dia pun berjalan ke arah Anggie.

"Ma ..," panggil Malik.

Anggie, yang sedang duduk di di restoran sembari berbincang dengan wanita tadi, menoleh. "Mama bisa tunggu di sini jangan ke mana-mana sampai Malik balik?" pinta Malik.

Anggie yang melihat wajah gusar anaknya, langsung bertanya, "Ada apa Malik? Ada masalah?"

"Aruna di sini Ma," jawab Malik.

"ARUNA?! Beneran?!" seru Anggie. "Kapan sampenya? Dia sama siapa di sini?" tanya Anggie tanpa henti.

"Ma ... Malik juga nggak tahu. Malik mau nyusul Aruna sekarang," ucap Malik mencoba menenangkan Ibunya, padahal dirinya juga sedang tidak tenang.

"Kalau begitu Mama langsung balik hotel aja sama tante Diana. Kamu nanti kalau sudah ketemu Aruna, ajak dia ke hotel kita ya," pinta Anggie.

"Iya Ma. Mama kabari Malik terus," kata Malik dan Ibunya mengangguk.

Setelah berpamitan pada Ibunya, Malik pun dengan cepat menaiki kereta yang membawanya kembali ke danau Brienz. Dia merasa takut. Takut membayangkan Aruna jauh-jauh ke sini untuk dirinya. Dia bahkan melupakan tentang kebohongannya mengenai Wulan. Dia sudah tidak bisa memikirkan itu. Malik cukup yakin saat ini Aruna sendirian.

*

Karena perjalanan dari Harder Kulm ke danau Brienz tidak begitu jauh, Malik sampai di sana hanya dalam waktu dua puluh menit. Jantungnya memompa sangat cepat. Dia tidak sabar ingin segera menemukan Aruna. Malik cukup mengenal Aruna karena itu Malik cukup yakin gadis itu di sini untuk dirinya. Dia ingat bagaimana dulu Aruna mendatangi kelasnya di tengah musim dingin.

Setelah berjalan menyusuri jalan setapak di dekat danau, akhirnya dia melihat gadis itu. Aruna sedang duduk di sana sendiri dengan ransel dia letakkan di sampingnya. Gadis itu menatap pemandangan di depannya dengan wajah yang menenangkan. Dan ya, dia sendirian.

Malik mencoba mengatur napasnya. Dia bahkan baru menyadari dia tadi berlari. Malik memelankan langkahnya dan mendekati Aruna.

"Aruna ...," panggil Malik.

Dia bisa melihat Aruna menoleh padanya. Senyum yang sudah lama sekali dia rindukan, terbit di wajah Aruna. Senyum yang ditujukan untuknya. Gadis itu sedang menatapnya dengan senyum dan sorot mata jernih.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Malik kali ini diam di tempatnya, tidak lagi melangkah mendekat.

Aruna berdiri dari duduknya.

"Sebelum kamu mengusirku atau marah-marah padaku, aku hanya ingin kamu tahu, aku ke sini niat buat ketemu kamu," ucap Aruna. Kemudian dia mengambil empat langkah mendekat ke arah Malik dan meninggalkan ranselnya di kursi yang dia duduki tadi.

"Untuk apa?" tanya Malik yang masih berusaha mengatur napasnya.

"Aku tahu aku sepertinya cukup tidak tahu malu karena sudah jauh-jauh ke sini buat kamu. Kamu sudah menolakku. Dengan cukup brutal. Tapi sayangnya, aku sulit untuk percaya. Bahkan sampai sekarang pun aku masih merasa harus memperjuangkanmu. Karena itu, aku di sini untuk mendapatkan kembali teman masa kecil, sahabatku, and the most special person in my life," ucap Aruna sambil tersenyum.

"Apa?"

"I'm getting back my fiance. I'm here stealing my fiance," ucap Aruna sembari tersenyum lebar.

* * *

yesss yeessss ... sini sini yang tim Malik tos sama aku. Aku juga masih sayang kok sama Sebastian. Sayang banget malah. Eh, gimana sih? Hahahahaa ... 

sudah sudah ayok vote dan komen. 

Kira-kira reaksi Malik gimana ya? Jawabannya hari Sabtu ya!!! 

Published on Wednesday, Dec 15, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top