Part 43 - Special Lady - Precious Girl

Kamu jadi berangkat sama Wulan? Jangan lupa souvenirnya buat aku ya.

Entah sudah berapa kali Malik membaca direct message yang masuk ke akun Instagramnya. Dari semalam Malik tidak tahu kenapa Aruna tiba-tiba mengirimkan pesan seramah itu. Terakhir mereka bertemu saat di Wonosobo, hubungan mereka masih dingin. Pesan itu masuk hampir tengah malam kemarin dan Malik belum kunjung membalasnya.

Ini adalah hari ke tujuh Malik dan Ibunya berada di Eropa. Setelah menikmati tiga hari di Belgia, saat ini keduanya berada di Belanda.

Lamunan Malik tiba-tiba terhenti ketika ada panggilan masuk dari Mario.

"Ya," sahut Malik.

"Aku baru aja mengirimkan kontrak terbaru dengan Pak Anson. Kamu review dulu," kata Mario di ujung sana.

"Oke nanti aku lihat. Semuanya lancar kan di sana?" tanya Malik.

"Jangan khawatir. Semuanya baik. Aku juga mendengar kabar dari Bu Jessica. Kenapa tidak bilang padakau?" tanya Mario.

"Tidak ada yang tahu semakin bagus," ucap Malik.

"Dia berangkat sekitar lima hari yang lalu. Kontraknya di Thailand dua tahun. Kuharap dia tidak pernah kembali ke sini. Aku juga nanti harus menjelaskan secara langsung ke Mbak Cindy. Kalau nggak, bisa rame karena Wulan nggak pernah menyampaikan rencana pengunduran diri sebelumnya. Dia tahunya Wulan lagi sama kamu ke Eropa," jelas Mario.

"Terima kasih," kata Malik.

"Bukan masalah. Jadi, kamu sendirian di sana?" tanya Mario lagi.

"Sama mama."

"Oohh ... baguslah. Aku khawatir kalau-kalau kamu khilaf terus ....," ucap Mario tidak menyelesaikan kalimatnya.

"Terus apa? Nggak perlu mikir macem-macem," ancam Malik.

"Makanya kalau ada masalah itu di share ke temen jangan dipikir sendiri," tuntut Mario.

"Udah ah. Bawel banget jadi cowok," ketus Malik.

"Sayang ini namanya," goda Mario.

"Gross. Aku tutup dulu."

Dan Malik langsung menutup sambungan telepon jarak jauh dari Mario karena merasa tidak ada lagi hal penting yang harus dibicarakan.

*

Satu hari sebelumnya

Aruna menggigit bibirnya dan menggerak-gerakkan kakinya dengan gelisah. Kemarin dia mencoba mendatangi rumah Malik namun rumah tersebut kosong. Bahkan pembantu rumah tangga mereka pun seperti juga tidak ada di sana.

Dia pun turun dengan cepat dan mencari Ibunya. Setelah di ruang keluarga, Aruna melihat Ayu sedang membaca majalah.

"Ma!"

"ASTAGA! AMPUN!" Ayu langsung terlonjak kaget karena Aruna tiba-tiba menyentuh bahunya dan memanggilnya dengan suara volume keras.

"Kamu apaan sih? Lupa apa mama punya masalah jantung?" Ayu memarahi Aruna sambil mengelus-elus dadanya. Namun Aruna seakan tidak peduli.

"Ma, tante Anggie sama om Taufik ke mana?" tanya Aruna serius.

"Ngapain tanya tante Anggie sama om Taufik? Kamu nanyain mereka apa nanya Malik?" gerutu Ayu.

"Kalau Malik?" tanya Aruna lagi masih dengan wajah serius.

"Tuh kan akhirnya tanya Malik juga. Pacar orang nanyain cowok lain ada apa?" goda Ayu.

"Ma, Aruna serius. Ke mana?" desak Aruna.

"Yang mana? Tante Anggie sama om Taufik atau Malik nya?" tanya Ayu santai.

Saking tidak sabarnya, Aruna sampai memukul kedua pahanya sendiri. "Ya mereka semua Ma. Ke mana?" ulang Aruna.

"Anggie sama Taufik lagi ke Makassar kalau gak salah. Anggie nemenin om Taufik ada kerjaan di sana. Kalau Malik, Mama kurang yakin tapi sepertinya Anggie bilang Malik ke Eropa," kata Ayu berusaha mengingat.

"Sama siapa?" desak Aruna lagi.

"Siapa? Malik?" tanya Ayu sambil memicingkan matanya melalui atas kacamatanya, menatap anaknya. Yang dilihat langsung mengangguk mantap.

"Ya Mama mana tahu. Kenapa gak tanya Malik langsung aja?" kata Ayu kemudian menutup majalahnya dan beranjak dari duduknya.

"Udah ah Mama mau mandi dulu," imbuh Ayu, meninggalkan Aruna yang sepertinya masih tidak puas dengan jawaban Ayu.

"Ih Mama," jerit Aruna.

Saat mamanya sudah pergi, Aruna kembali mengecek ponselnya. Layar pertama yang muncul adalah akun Instagram Malik. Beberapa hari ini, Malik mengambil banyak foto landscape-landscape terkenal di Eropa. Hanya bangunan. Tidak ada foto dirinya, apalagi Wulan.

Dia kemudian melihat caption di salah satu foto yang menunjukkan katedral sangat indah di Tournai. Aruna cukup tahu tempat itu karena di sana terkenal sebagai tempat pusat seni dan patung. Tempat itu banyak sekali dikunjungi seniman dari berbagai Negara. Di bawah foto itu, Malik menulis, "With the most special lady in my life - for the most precious girl in my life."

Foto itu diambil sekitar tiga tiga hari yang lalu. Setelah komen yang dia tulis di foto Malik saat berada di Louvre tidak mendapatkan balasan, Aruna tidak mau lagi menulis komentar di foto Malik. Dan foto di Tournai berhasil membuat Aruna menangis semalaman.

Entah karena dia iri pada Malik karena berhasil menginjakkan kaki di tempat itu ataukah karena dia berharap dialah yang berada di samping Malik saat itu. Aruna merasa semakin bersalah pada Sebastian. Dia bahkan menolak ajakan kencan Sebastian kemarin karena tidak ingin Sebastian tahu bahwa dia masih memikirkan Malik.

"Aku harus tanya ke siapa?" gumam Aruna pada dirinya sendiri. Direct message yang dia kirim kemarin tidak mendapatkan balasan dari Malik. Dan tidak mungkin juga dia menelepon pria itu.

"AArrrrrgghhhh !!!!" Aruna frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

*

Dua hari sebelumnya

Aruna baru saja kembali dari studionya. Setelah melihat foto-foto Malik di akun media sosialnya, entah kenapa Aruna seakan dihujani dengan banyak inspirasi karena itulah pagi sekali dia sudah tiba di studionya. Aruna baru kembali ke rumah sekitar pukul delapan malam.

Saat sudah masuk ke kamarnya dan hendak mandi, ponselnya berbunyi. Dari Sydney.

"Hai Syd," sapa Aruna senang.

"Aku lagi syuting sekarang," sambar Sydney serius di ujung sana.

"Oke. Ada perlu apa?" tanya Aruna sambil mengempit ponselnya di bahu sembari membuka jaket jeans yang masih dia pakai.

"Aku lagi syuting di Bangkok," ujar Sydney masih dengan intonasi yang sama.

"Wahhh berangkat kapan? Kenapa gak bilang sih, aku kan bisa .."

"Ada Wulan," Sydney memotong ucapan Aruna dan kalimat yang baru saja dia ucapkan membuat Aruna langsung terdiam.

"Run? Aruna?" panggil Sydney beberapa kali setelah hampir lima detik tidak ada jawaban.

Aruna masih membeku. Dia bingung. Apa maksud Sydney barusan.

"Nggak mungkin," ucap Aruna tercekat.

"Nggak mungkin gimana? Jelas-jelas aku lihat dia dan aku tanya salah satu kru film mereka bilang nama gadis itu Wulan. Itu memang Wulan. Aku yakin. Waktu mau aku samperin, itu perempuan gak kelihatan lagi," tukas Sydney.

"Wulan lagi di Eropa sama Malik sekarang. Jadi gak mungkin kalau itu Wulan," tegas Aruna.

"I know what I see and I'm telling you it's Wulan!" erang Sydney.

"Tapi .... Malik bilang dia sama Wulan," lirih Aruna.

"Aku harus pergi. Kalau aku ketemu dia lagi, aku pastikan aku gak salah. Aku yakin itu Wulan. Aku tutup dulu, sutradara sudah manggil," ucap Sydney cepat sebelum akhirnya menutup ponselnya.

Aruna tidak bisa sepenuhnya percaya dengan Sydney. Tidak mungkin. Bagaimana Wulan berada di Thailand saat Malik berada di Eropa? Aruna berusaha mengingat-ingat kembali apa yang dikatakan Malik padanya.

Dia ingat saat di atas kano, Malik tiba-tiba berkata, "You're very special to me. That's why, I will do anything to make you smile as bright as you've always been."

Aruna kemudian mengingat lagi apa yang diucapkan Malik waktu itu. Saat itu, Malik berkata, "Akhir bulan ini aku akan ke Eropa. Apapun yang aku lakukan ke depannya, aku harap kamu nggak akan terpengaruh dan tetap bahagia seperti biasanya."

Apakah Malik menyebutkan nama Wulan saat itu? Apa dia salah mengingat? Bagian mana yang dia lupakan? Aruna meremas rambutnya merasa sangat gugup, cemas, dan gelisah.

* * *


Jadi, seperti halnya ada cowok yg humoris, ada cowok yang cool, dan ada cowok yang kikuk. Dan seperti itulah berbedanya Malik dan Sebastian. 

Kalian suka tipe yang mana? hahahah udah ah jangan dijawab, gak jadi tanya, aku nya gak kuat kalo dihujat. 

Yang pasti, makasih sekali lagi karena masih setia di sini. Sayang banget sama kalian!!

 Jangan lupa vote dan komennya ya <3 

Published on Wednesday, Dec 12, 2021. InshaAllah ketemu lagi hari Sabtu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top