Part 42 - With Her. For Her.
Dengan rasa kantuk yang teramat sangat, Aruna tidak bisa lagi menahan matanya untuk tetap terbuka. Sedikit demi sedikit kesadarannya hilang. Namun, dengan satu hentakan kecil, yang membuat kepalanya bersandar di bahu pria itu, Aruna seakan lupa bahwa baru sedetik lalu, dirinya sangat mengantuk.
Aruna bingung apakah dia harus tetap pura-pura tidur ataukah dia harus bangun sekarang. Sebastian baru saja menarik tubuhnya agar kepalanya bisa bersandar di bahunya. Perlahan, Aruna pun membuka mata dan menarik kepalanya hingga sekarang dia kembali duduk dengan tegak.
"Kenapa bangun?" tanya Sebastian. Keduanya saat ini sedang duduk di bangku pesawat dan akan kembali ke Indonesia.
"Nggak apa-apa. Tadi kaget jadi kebangun," ucap Aruna sama sekali tidak merasa mengantuk lagi. Aruna merutuki dirinya sendiri. Tubuhnya masih belum bisa berbohong bahwa Sebastian bukanlah pria yang dia cintai, seberapa pun sempurnanya Sebastian. Namun dia cukup yakin, suatu saat dia akan bisa mencintai Sebastian, bukan hanya menyayanginya seperti sekarang.
"Kau bisa tidur lagi," kata Sebastian dan belum sempat Aruna menjawab, Sebastian sudah mengulurkan tangannya dan menarik kembali kepala Aruna hingga kembali mendarat di bahu Sebastian.
"Tidurlah. Aku juga mau tidur," bisik Sebastian.
Aruna merasa sangat beruntung memiliki pria sebaik, sepintar, dan setampan Sebastian di sampingnya. Bagaimana pria ini bisa sangat bersabar padanya. Bagaimana pria ini sangat tulus padanya. Dia sudah bertekad, dia akan menjalani hubungan ini dengan baik dan serius. Perlahan, Aruna pun kembali memejamkan matanya.
*
Malik berdiri di depan bangunan dengan pintu masuk berbentuk pyramid kaca yang sangat menakjubkan. Berada di depan museum yang menyimpan ribuan karya seni indah, mau tidak mau, Malik kembali memikirkan Aruna. Dia ingin menggenggam tangan gadis itu di sini, sekarang, dan berbagi udara yang sama dengannya.
Museum Louvre memiliki luas lebih dari 72.000 meter persegi dan memiliki delapan departemen berbeda. Ada sekitar 38.000 karya seni di sini. Karena itulah, beberapa pengunjung memiliki daftar sendiri agar tidak terlewat melihat karya seni yang benar-benar ingin mereka lihat. Malik cukup yakin Aruna pasti sudah siap dengan daftarnya sendiri kalau dia berkunjung ke sini.
Pria itu pun mengarahkan kamera ponselnya dan membidik bangunan spektakuler di depannya itu.
"Malik, ayo." Teriakan Ibunya membuyarkan lamunan Malik. Dunia yang sesaat tadi terasa sepi, kini kembali riuh.
Karena antrian di pintu masuk piramida kaca sangat ramai, Malik pun menggandeng tangan Anggie dan mengajaknya masuk melalui pintu masuk bawah tanah di Carousel de Louvre. Walaupun cukup jarang orang masuk lewat jalur ini, di jalur ini juga tersedia pemeriksaan tiket.
Seperti kebanyakan orang pada umumnya, begitu menginjakkan kaki ke dalam museum, Anggie langsung mencari masterpiece legendaris yang dibuat Leonardo da Vinci pada abad ke-16, yakni Lukisan Mona Lisa. Seulas senyum terbit di wajah Malik kala melihat wajah bahagia Anggie.
Awalnya Malik tidak yakin Ibunya akan menikmati waktu selama menemaninya berlibur di Eropa. Dan dia langsung tahu bahwa liburan ini sama-sama membantu dirinya dan juga Ibunya.
Setelah antri bersama banyak turis lain untuk bisa berfoto lebih dekat dengan lukisan Mona Lisa, Malik dan Anggie melanjutkan tur mereka melihat karya seni populer lainnya yang ada di sana, mulai dari The Coronation of Napoleon karya Jacques-Louis David, The Raft of the Medusa karya Géricault, Liberty Leading the People karya Eugène Delacroix, The Wedding Feast at Cana, sebuah lukisan karya pelukis Venesia, Paolo Veronese, hingga The Card Sharp with the Ace of Diamonds karya La Tour.
Menjelang jam lima sore, Anggie sudah terlihat lelah sedangkan Malik masih saja bersemangat mengabadikan cukup banyak karya seni ternama. Walaupun Malik tidak begitu mengerti tentang seni, entah kenapa dia sangat bersemangat dan tidak ingin melewatkan apapun di sana. Malik bahkan membeli audio guide untuk membantunya memahami lebih dalam tentang karya seni yang dipamerkan.
"Udahan yuk nak. Mama ngantuk," ucap Anggie, membuat Malik menurunkan kamera dan memandang wajah Ibunya yang memang terlihat lelah.
Malik pun mengangguk dan menggandeng tangan Ibunya. "Kita makan malam di hotel aja ya Ma biar bisa langsung istirahat," ajak Malik.
Saat dalam perjalanan menuju hotel, Malik memposting foto museum Louvre yang diambilnya tadi siang. Dia menambahkan caption, "With her. For her."
*
Setelah landing, Aruna bersikeras agar Sebastian langsung kembali ke apartemennya tanpa harus mengantarnya pulang terlebih dahulu. Akhirnya Aruna lah yang menang setelah perdebatan yang cukup sengit. Dengan berat hati, Sebastian pun memesan taxi dan langsung kembali ke apartemennya, dengan catatan, Aruna akan datang ke restorannya besok.
Aruna sendiri langsung pulang ke rumah dan Mbak Dita lah yang paling bersemangat menyambutnya. Setelah bersalaman dengan orang tuanya, Aruna pun kembali ke kamar dan beristirahat.
Sebelum tidur, Aruna mengisi daya ponselnya dan memeriksa apakah ada pesan baru. Setelah memastikan tidak ada pesan baru, Aruna pun membuka Instagramnya. Sembari merebahkan badannya, jari Aruna men-scroll layar ponselnya hingga jarinya berhenti ketika melihat postingan terbaru Malik.
Jatung Aruna serasa berhenti saat membaca caption pria itu. "With her. For her." Tangannya langsung terasa lemas bahkan untuk melewati postingan itu.
"Kau pasti bersenang-senang di sana," gumam Aruna sendiri dan lirih. Air matanya kembali menggenang. Untuk kesekian kalinya, Aruna merasa sangat bodoh. Kenapa beberapa hari kemarin saat menghabiskan waktu di New York bersama Sebastian, Malik sering kali muncul di benaknya. Kenangan yang mereka miliki bersama saat tinggal di New York juga selalu saja menghantuinya.
Dan entah sudah berapa kali, Aruna merasa sangat bodoh karena terus-terusan memikirkan Malik saat pria itu sedang menikmati waktu dengan wanita lain. Aruna juga seketika merasa munafik bahwa dia menginginkan Malik untuk bisa menjadi sahabatnya seperti dulu. Sekarang, Aruna tidak yakin dia bahkan sanggup menjadi teman Malik.
*
Setelah bertahan menahan diri seharian kemarin, pertahanan diri Aruna runtuh saat hari itu, dia duduk sendirian di salah satu kursi di restoran Sebastian sembari menunggu pria itu mendatanginya. Aruna kembali membuka akun Instagramnya dan langsung masuk ke profil Malik.
Dia pun mengetikkan sesuatu. Setelah selesai, dia pun melemparkan benda itu ke meja seakan-akan benda itu akan meledak jika dia terus memegangnya.
*
Setelah mengunjungi berbagai destinasi menarik di Paris seperti Menara Eiffel, Museum Louvre, Champs Elysees, Arch de Triomphe, Place de la Concorde, Notre Dame Cathedral, Gedung Opera Palais Garnier, dan distrik pedesaan yang penuh seni di Montmarte selama tiga hari, Malik dan Anggie pun berangkat ke Negara selanjutnya yaitu Belgia.
Keduanya sudah sampai di Stasiun Nord, Paris untuk naik kereta peluru TGV (Train a Grande Vitesse) menuju Stasiun Midi, Brussels, Belgia. Jarak dari Paris ke Brussels yang mencapai 300 kilometer hanya ditempuh dalam waktu satu setengah jam.
Jika Stasiun Nord kental dengan arsitektur bergaya klasik, Stasiun Midi memiliki desain lebih modern. Tujuan pertama mereka adalah alun-alun Grand Place, salah satu alun-alun paling cantik di Eropa. Selama di sana, Malik menjadi fotografer untuk Ibunya dan hal tersebut membuat Malik banyak tertawa. Sudah lama dia tidak menghabiskan waktu bersama Ibunya.
Saat Anggie sedang menikmati street food tidak jauh di sana, Malik membeku ketika membaca komen Aruna di foto yang dia posting kemarin.
Hope you have a great time. Salam buat Wulan.
Malik terdiam dan mengalihkan pandangan dari ponsel ke Ibunya yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Dia pun berjalan perlahan menuju Anggie dan setelah dekat, dia duduk tepat di samping wanita itu. Malik melihat senyum lebar Ibunya dan hal tersebut kembali membuatnya mampu bernapas dengan normal.
Dia merindukan Aruna.
*
Wulan sedang berdiri di balkon apartemennya yang baru di Bangkok. Dia sampai di kota ini kemarin dan baru efektif masuk kerja esok harinya. Dengan segelas teh di tangan kanan dan ponsel di tangan kiri, senyum Wulan merekah saat membaca komen Aruna di foto terbaru Malik.
Dia pun berbalik dan meletakkan gelas kacanya dengan anggun di meja kemudian meregangkan kedua tangannya ke atas, seakan beban berat yang menghimpit dadanya beberapa hari ini telah hilang.
* * *
Part-part selanjutnya bakal sedikit lebih tegang, jadi siapin diri hehehehe ... lebay banget yah aku.
Jangan ditutup dulu Wattpadnya sebelum vote dan komen part ini.
Malik, Sebastian, Aruna, cinta kalian. Eh Wulan juga cinta kalian kok. Hope you have a wonderful time. See you again on Wednesday.
Published on Monday, Dec 6, 2021.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top