Part 33 - Are Dating
Malik tidak mengerti dengan yang dikatakan Aruna lewat telepon kemarin. Namun, dia memiliki firasat pasti Wulan melakukan sesuatu. Malas untuk berbicara secara langsung dengan Wulan, Malik pun mengirimkan pesan singkat.
Aku tidak tahu kau dan aku akan ke Eropa. Bagaimana sampai Aruna bisa mengatakan hal tidak masuk akal tersebut.
Tidak lama, pesan baru masuk.
Karena sekarang dia sudah tahu, sepertinya kita memang harus berangkat kan?
Malik membaca pesan Wulan dan menatap ponselnya lama. Sampai kapan dia harus meladeni Wulan? Apakah dia membuat keputusan yang benar? Semuanya tampak samar dan Malik mulai bimbang dengan keputusannya.
Dia hanya ingin Wulan tidak lagi mengusik Aruna tapi kenapa beberapa kali ini dia sudah melakukan sesuatu yang semakin menyakiti Aruna? Apa dia melakukan hal yang benar? Kenapa sepertinya Wulan tidak puas dengan dirinya kini sudah meninggalkan Aruna?
Siang itu, Malik memutuskan untuk makan siang di rumah. Sudah lama dia tidak pulang. Sejak dia memutuskan pertunangan dengan Aruna secara sepihak, Malik jarang berkunjung karena dia belum siap menghadapi semua pertanyaan dari orang tuanya, terutama Ibunya.
Saat dia baru datang, mamanya menyambut Malik dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan oleh Malik. Setelah mencium tangan mamanya, keduanya berjalan berdua ke ruang makan.
"Maaf ya Ma, Malik jarang mampir," kata Malik memeluk mamanya kemudian berjalan ke ruang makan.
"Gimana kerjaan?" tanya Anggie pada Malik.
"Baik Ma. Akhir-akhir ini jadi lebih banyak yang harus dikerjakan. Minta doanya terus ya Ma."
Keduanya duduk bersebelahan dan bu Sinta yang sudah merawat Malik dari bayi menyiapkan makanan untuk mereka.
"Mama kemarin ke rumah Aruna," kata Anggie, dan perempuan itu bisa melihat perubahan ekspresi anaknya.
"Mama sedih sekaligus seneng denger Aruna sudah punya pacar baru," lanjut Anggie terlihat murung.
"Pa .. car?" tanya Malik kaget.
"Iya. Mama sudah lihat sendiri anaknya. Beberapa kali jemput Aruna ke rumah. Kata tante Ayu namanya Sebastian," lanjut Anggie.
Malik menghela napas pelan. "Aruna sama Sebastian cuma temen Ma. Mereka udah kenal lama waktu di New York. Karena itu mereka deket. Malik juga udah kenal sama dia," kata Malik.
"Iya, mereka memang awalnya temenan tapi sekarang mereka udah jadi pacar. Tante Ayu cerita ke Mama waktu cowok itu nganter Aruna ke rumah sakit karena kakinya terkilir, cowok itu ngomong sendiri ke tante Ayu kalau dia mau serius sama Aruna," cerita Anggie dengan raut wajah sedih.
Malik terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata. Apa benar Aruna dan Sebastian sekarang lebih dari teman?
"Mama selalu dukung keputusan apapun yang kamu buat sama hidup kamu. Tapi melepaskan Aruna, sampe sekarang Mama nggak ngerti sama kamu. Selama ini Mama kira kamu cinta sama Aruna. Aruna bahkan bilang kamu juga udah punya perempuan yang kamu suka. Kenapa Mama dan Papa nggak tahu soal dia?" keluh Anggie.
"Malik nggak punya perempuan lain yang Malik suka Ma. Mama mungkin salah dengar," kata Malik dengan lesu. Saat berwisata di Pondok Alam, Malik tidak begitu cemburu dengan Sebastian karena tahu mereka sudah berteman lama. Namun, Malik kini takut. Dialah yang melepaskan Aruna dan sekarang dia takut benar-benar akan kehilangan Aruna.
"Kapan kamu bakal bilang jujur ke Mama?" tanya Mamanya dengan sorot mata tajam.
"Malik jujur Ma," sahut Malik lirih.
"Aruna bilang kamu juga bakal ke Eropa sama perempuan itu. Kalau memang kamu cinta sama perempuan itu, cepet kenalin sama Mama dan Papa. Mama suka sama Aruna tapi kalau kamu memilih perempuan lain, Mama juga gak bakal memaksa kamu," tegas Anggie.
'Malik juga cinta Aruna Ma. Malik cinta Aruna, karena itu Malik memilih ninggalin Aruna. Malik gak mau lihat Aruna terluka Ma,' batin Malik.
"Aruna bilang gitu?" tanya Malik pada Mamanya.
Anggie mengangguk. "Dua hari yang lalu Mama ke rumah tante Ayu."
"Karena Aruna sudah punya pasangan sekarang, Mama juga berharap kamu juga bahagia. Kapan pun kamu siap, kamu bisa ngenalin perempuan yang kamu suka ini ke Mama dan Papa," imbuh Anggie. "Mama masih nggak ngerti sama kamu. Kamu yang batalin pernikahan sama Aruna tapi kenapa kayaknya kamu yang lebih menderita."
Malik terdiam. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Pantas saja Aruna meneleponnya kemarin. Gadis itu pasti kecewa saat mendengar kabar bohong ini. Dari mana Aruna tahu tentang ini? Setahu Malik, Aruna tidak memiliki kontak Wulan. Apa Wulan sengaja mendatangi Aruna?
*
Menjelang jam makan siang, Aruna dan Sydney datang ke restaurant Sebastian. Sydney sudah sangat penasaran dengan yang namanya Sebastian ini.
"Ganteng mana Sebastian sama Malik?" tanya Sydney dalam perjalanan.
"Apaan sih. Cantik, ganteng kan relatif. Kayak kamu bilang Henry Cavill charming, kalau menurut aku dia biasa aja," celetuk Aruna sambil fokus dengan jalanan di depan.
"Henry Cavill itu ganteng dan talented banget ya. Dia mau peran kayak gimana, feel nya pasti dapet," kata Sydney sedikit ngotot. Aruna tertawa kecil.
"Jadi .... Malik, Sebastian, mana yang lebih ganteng?" ulang Sydney.
Aruna menghela napas dengan berat. Bagaimana bisa Sydney menanyakan hal ini. Apa dia lupa Aruna sedang dalam proses melupakan Malik. Jauh di lubuk hatinya, siapapun yang akan ditanyakan Sydney, sudah jelas jawabannya bagi Aruna. Baginya, tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok Malik dalam hidupnya. Kembali, gadis itu menghela napas. Dia merasa sangat bodoh.
"Ya sudah gak perlu dijawab. Nanti biar aku nilai sendiri," kata Sydney sumringah.
Mereka akhirnya sampai di restoran Sebastian. Untungnya masih ada tempat duduk untuk mereka. Padahal masih lima belas menit menjelang jam makan siang tapi tempat itu sudah dipenuhi pengunjung.
Ada lima tempat duduk yang masih kosong. Aruna dan Sydney memilih tempat duduk yang berada di tengah. Hampir semua mata mencuri pandang ke arah Aruna dan Sydney. Sydney sepertinya terbiasa dengan perhatian semacam ini, tapi tidak dengan Aruna. Dia sedikit merasa risih walaupun tahu Sydney-lah yang sedang mereka lihat.
Tidak seberapa lama, seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku menu. "Nanti kalau sudah mau pesan, bisa sama saya ya. Saya Roni," kata pelayan tadi sambil menunjuk name tag yang tersemat di bajunya.
Setelah pelayan tadi pergi, beberapa pengunjung di sana mulai menghampiri Sydney dan meminta foto bersama. Sydney dengan ramah menyanggupi permintaan mereka. Dan Aruna-lah yang bertugas mengambil foto untuk mereka. Namun, setelah sesi foto bersama yang berlangsung selama sepuluh menit itu, semuanya sedikit kembali normal. Mereka sudah puas setelah berfoto bersama sang artis dan kembali menikmati makan siang mereka.
"Itu dia," kata Aruna mendongakkan dagunya untuk menunjuk ke arah mana Sebastian muncul. Sydney mengikuti arah pandang Aruna dan menolehkan kepalanya ke kanan.
"Gusti .... Itu Sebastian?" kata Sydney tidak bisa mengalihkan matanya dari pria dengan apron yang berjalan ke arah mereka.
"Hai beautiful," sapa Sebastian kemudian menoleh ke Sydney. "Kudengar temanmu membuat sedikit kehebohan di restaurantku."
Aruna tertawa, sedangkan Sydney hanya bisa melongo dan hampir lupa untuk berkedip.
"Sebastian, ini Sydney. Sydney, Sebastian. Sydney ini .... dia selebritis," kekeh Aruna.
"Hai Sydney. Terima kasih sudah datang ke restoranku. Dan kau, terima kasih sudah membawa orang terkenal ke tempatku," kata Sebastian pada Sydney, kemudian kembali fokus dengan Aruna. "Aku akan sajikan menu andalanku. Kalian tunggu di sini." Dan Sebastian pun kembali masuk ke dapurnya.
"Itu tadi Sebastian?! Itu tadi Sebastian?!" tanya Sydney dengan heboh sambil menarik-narik lengan Aruna.
Aruna mengaduh pelan karena tangannya jadi sakit. "Iya, kan tadi sudah dikenalin," sungut Aruna karena reaksi tidak biasa Sydney.
"Dari semua artis yang pernah kutemui, itu cowok paling ganteng di antara mereka semua. Dan cowok itu naksir temenku," rengek Sydney dengan penuh drama.
Aruna tertawa kecil. "Jangan gitu ah. Orang-orang masih ngelihatin kamu lho. Mana harga dirimu," Aruna mengingatkan. Sydney mengedarkan pandangan sebentar kemudian kembali menegakkan punggungnya.
"Kamu kenapa sih cowok model kayak gitu masih kamu tolak," kali ini Sydney mengarahkan sorot mata lasernya.
"Aku belum ngerasain lebih dari teman buat Sebastian. Kalau aku nerima dia, gak adil buat Sebastian," jelas Aruna.
"Ya udah kamu usaha buat nerima dia. Aduhhh .... kalau sama cowok model begitu, gak perlu usaha lama, serius percaya sama aku," cerocos Sydney yang membuat Aruna kembali terkekeh.
"Ya udah buat kamu aja," celetuk Aruna.
"Ya kalau dia mau, langsung aku suruh tanda tangan buku nikah itu cowok," sahut Sydney yang kembali membuat Aruna tergelak.
"Aruna, Sydney."
Baik Aruna dan Sydney pun menoleh ke arah suara yang memanggil nama mereka.
"Kalian juga makan siang di sini," sapa Wulan dengan senyum simpulnya.
Aruna kembali memutar kepalanya tidak ingin berurusan dengan perempuan ini walaupun dia adalah perempuan yang disukai pria paling penting dalam hidupnya. Sedangkan Sydney, langsung menyahut "Iyalah kita makan siang di sini. Pemilik restoran ini kan pacarnya Aruna."
Aruna memutar kepala menatap Sydney tapi Sydney masih menatap tajam ke arah Wulan.
"Jadi, kamu sudah jadian sama Sebastian? Wah selamat ya. Aku seneng dengernya. Malik pasti juga seneng dengernya," lontar Wulan.
"Aku mau nyapa Sebastian dulu ya sebelum jam makan siang lewat. Kalian selamat menikmati makan siangnya," ucap Wulan kemudian berjalan ke arah counter.
Sydney langsung mengambil garpu dan hendak mengarahkan benda itu ke punggung Wulan dari jauh namun beruntung Aruna menahan tangannya yang hampir terarah. "Ingat. Banyak orang merhatiin kamu," pinta Aruna.
*
"Hey you're here," sapa Sebastian saat dia sudah di counter setelah salah seorang karyawannya mengatakan ada perempuan sedang menunggunya di depan.
"Aku sudah janji akan datang kan?" sahut Wulan.
"Terima kasih sudah datang. Sudah menentukan mau pesan apa?" tanya Sebastian.
"Aku bahkan belum melihat menunya," kekeh Wulan.
"Kalau begitu duduklah, tidak perlu melihat menu. Aku bawakan menu andalan kami, okay?" kata Sebastian ramah.
"Baiklah, oh ya. Selamat ya. I heard you and Aruna are dating now," kata Wulan.
Sebastian menoleh ke arah Aruna dengan bingung dan kembali menatap Wulan. "Kenapa? Kenapa kau bingung begitu? Apa aku salah? Mereka yang baru saja mengatakannya padaku," lanjut Wulan.
"Bukan ... bukan begitu. Ya, kita pacaran sekarang. Aku hanya bingung karena Aruna yang memintaku untuk merahasiakan ini. Aku tidak menyangka dia mengatakannya padamu," jelas Sebastian.
"Merahasiakannya?" ulang Wulan dan Sebastian mengangguk dua kali dengan mantap.
"Anyway, terima kasih ucapan selamatnya. Aku orang paling beruntung karena Aruna mau menerimaku. Aku minta maaf tidak bisa menemanimu karena ini jam makan siang. Tapi kupastikan kau akan menikmati makan siang terlezat yang pernah kau punya," sahut Sebastian kemudian melambaikan tangannya cepat dan masuk kembali ke dapur.
* * *
Sudah deh Aruna, aku terserah kamu mau milih Malik atau Sebastian. Aku juga mau dikasih siapa aja dari mereka wkwkwkkw ....
jangan lupa vote dan komennya ya.
Sampai ketemu Rabu besok, waktu Sebastian nodong Aruna ...
Published on Monday, November 15, 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top