Bagian Tiga Puluh Tujuh
Arthur dan Malika duduk berhadapan di ruangan Arthue setelah Bima menunggalkan Arthur sendirian. Arthur menyerahkan sebuah amplop cokelat yang berisi surat wasiat yang sebenarnya, Malika membuka amplop cokelat itu dan membaca dengan seksama surat yang berisi wasiat dari Rafael Sujatmiko.
"Aku akan menjelaskan inti dari wasiat itu," kata Arthur kepada Mali,a. Tentu saja Malika mengganggukkan kepalanya tanda bahwa dia setuju.
Sebelum menjelaskan inti dan isi dari surat wasiat itu, Arthur mencoba menenangkan perasaannya yang masih tidak karuan sehabis beradu argumen dengan Bima tadi. Hawa panas jelas masih melingkupi dirinya saat itu. Malika yang paham dengan kondisi Arthur hanya diam saja memberikan Arthur waktu.
"Isi dari surat wasiat itu sesuai dengan apa yang sudah ditulis oleh Kakek Rafael dan sah secara hukum adalah seluruh hartanya akan dibagi menjadi dua bagian dengan harapan harta tersebut akan menjadi satu dengan ikatan pernikahan. Delapan puluh persen harta itu diberikan kepada Saudari Malika Kamilah dan dua puluh persennya diberikan kepada Arthur Sujatmiko," Arthur menjeda penjelasannya untuk memberikan waktu Malika mencerna kata-katanya.
Malika sendiri jelas terkejut dengan isi surat wasiat tersebut, dia tidak menyangka bahwa dia memiliki bagian yang lebih besar luar biasa dibanding Arthur yang merupakan cucu Kakek Rafael sendiri. "Kenapa aku?" tanya Malika gamang dan sulit percaya.
"Kakek tidak menjelaskan alasannya, tetapi aku sebagai cucunya tahu bahwa Beliau sangat-sangat menyayangi kamu," kata Arthur dengan sorot mata meneduhkan ke arah Malika. "Sebelum Kakek meninggal, Beliau berpesan untuk melindungimu dari Paman Josh. Beliau sangat yakin bahwa Paman Josh pasti akan menimbulkan masalah, untuk itu beliau ingin aku melindungimu dan aku memituskan untuk menikahimu. Dengar, aku menikahimu bukan karena aku ingin mengambil harta itu. Akan tetapi untuk melindungimu, percayalah," lanjut Arthur lagi.
Malika pun tersenyum mendengar penuturan Arthur, sebagai perempuan jelas dia merasa tersanjung dengan niat Arthur tersebut. "Aku selalu percaya kepadamu, karena kepercayaanlah yang membawa kita sampai pada tahap ini," ucap Malika.
"Paman Josh sudah mulai bergerak saat ini, semua ancman itu jelas didalangi oleh Paman Josh. Dia juga yang menjadi penyebab hilangnya Tn. Tompson dan Black Thompson," jelas Arthur lagi.
"Jadi kamu ingin mengatakan bahwa masalah kita berkaitan dengan masalh yang sedang dihadapi oleh May?" tanya Malika dengan ekspresi kengerian yang tergambar jelas di wajahnya.
"Benar, aku sudah menemukan bukti bahwa ini semua didalangi oleh Paman Josh. Tetapi untuk membongkar kejahatannya kita memerlukan bantuan seseorang," Arthur memperhatikan wajah Malika yang menegang seolah-olah tidak percaya.
"Lalu kenapa kamu tetap mengundurkan diri?" tanya Malika heran, dia tidak paham dengan permainan apa yang sedang dimainkan Arthur.
"Paman Josh ingin karier-ku hancur, untuk membuat dia percaya aku harus menempuh jalan ini. Lagi pula kita harus mencari seseorang tanpa bantuan orang lain," Arthur menjelaskan susnan rencannya itu.
"Apa orang itu orang yang dapat membongkar kejahatan Paman Josh?" Malika meneliti ekspresi Arhur, Malika juga penasaran dengan orang yang dimaksud Arthur tersebut.
"Iya kamu benar. Namanya Alena, dia kabur dari Rumah Sakit Jiwa di Paris dan dia anak kandung Paman Josh," raut wajah Arthur terlihat datar-datar saja.
"Dengan kata lain Alena itu sepupu kamu, biar bagaimana pun Paman Josh itu anak angkat Kakek Rafael," perkataan Malika itu disambut anggukkan kepala oleh Arthur.
"Sebenarnya kasus pembunuhan anak dibawah umur yang sedang ramai dibicarakan juga ada kaitannya dengan Paman Josh," Arthur terlihat mengusap wajahnya kasar dengan banyaknya fakta yang ditemuinya sekarang.
"Kamu tahu darimana?" tanya Malika dengan suara yang sedikit tercekat.
"Cara pembunuhannya, para korban mati lemas lalu terdapat sayatan X di dada para korbanya. Sesuai dengan apa yang terjadi pada ibu kandung Alena ketika meninggal dunia, Alena masuk rumah sakit jiwa karena tertekan ditinggal oleh ibunya," Arthur mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia berusaha menyembunyikan rasa sedih danmarah dalam dirinya.
"Jadi dari mana kita akan mencari Alena? Aku akan ikut kemana pun kamu pergi," Malika hanya berpura-pura tidak tahu tentang kesedihan yang coba ditutupi Arthur. Bagi Malika, akan ada saat dimana nanti Arthur membagi kesedihan itu dengannya.
"Jejak terakhir Alena ada di Bogor, informasi ini aku dapat dari salah satu teman Alena di Paris yang sempat dihubungi Alena. Jadi, nanti malam kita akan berangkat ke villa bersama Agung," jelas Arthur yang diangguki Malika bahwa tertanda gadis itu setuju akan mengikuti Arthur kemana pun dia pergi.
Keduanya saling terdiam, pikiran mereka dipenuhi oleh berbagai macam masalah. Hingga akhirnya Malika bertanya karena rasa penasaran, "apa pembunuh ibu Alena sudah tetangkap?"
Arthur terdiam, dia memberi jeda beberapa detik sebelum menjawab, "Paman Josh menutup kasus tersebut, bahkan publik hanya tahu bahwa Tante meninggal karena serangan jantung."
"Kok terlalu mencurigakan ya?" gumam Malika sambil merubah posisi duduknya mejadi condong ke depan.
"Menurut keterangan psikolog yang menangani Alena, Alena kemungkinan besar mengalami trauma karena melihat kejadiannya langsung dan tahu siapa pembunuhnya," beber Arthur atas informasi yang didapatnya saat di Paris.
"Untuk itu kamu butuh Alena?" tanya Malika lagi. Dia semakin penasaran saja dengan sosok Alena.
"Masalahnya, aku menaruh curiga pada Paman Josh. Saat aku sanpai di Rumah Sakit jiwa tempat Alena dirawat, suater di sana mengatakan bahwa Alena terlihat seperti orang normal. Tetapi saat aku bertemu dengan psikolognya, dia mengatakan bahwa Alena dalam kondisi parah," jelas Arthur sambil terlihat berfikir.
"Kamu curiga Paman Josh sengaja memasukkan Alena ke dalam penjara?" Malika bertanya saat mulai paham maksud perakataan Arthur tersebut. "Bagaiamana Alena bisa kembali ke Indonesia? Dia butuh paspor dan uang untuk itu?" Malika sangat penasaran sekali.
"Dia sempat mengambil paspor miliknya yang ditinggalkannya pada temannya di Paris saat dia sebelum masuk rumah sakit jiwa. Dia meminjam uang dari temannya itu, temannya ini lah yang memberitahuku bahwa Alena ada di Bogor," cerita Arthur.
"Ini informasi yang sangat bagus," gumam Malika. "Menurutmu kenapa Paman Josh harus membunuh anak-anak para konglomerat itu dengan keji seperti ini?" Malika sudah seperti seorang pengamat yang penasaran.
"Paman Josh adalah kolega bisnis seluruh konglomerat itu," jawab Arthur. "Pembunuhan itu ada banyak motifnya dan bisa terjadi pada siapa saja," lanjut Arthur lagi. Ekspresi wajah Arthur bahkan terlihat mengeras begitu sadar betapa kejinya Josh Sujatmiko.
"Paman Josh harus tertangkap dan diadili dengan sangat keji," ujar Malika berapi-api.
"Firasat terburukku bahkan mengatakan bahwa Tuan Thompson dan Black Thompson sudah dibunuh oleh Paman Josh," nada suara Arthur terdengar dalam.
"Apa motifnya membunuh mereka?" Malika terlihat berfikir sangat keras tentang hal tersebut begitu juga Arthur yang ikut bergikir. Tiba-tiba Malika berseru, "harta! Ini pasti soal harta keluarga Thompson!"
Arthur mengetutkan dahinya masih kirang paham dengan maksud Malika, "Valleri anak Black dan May, dia pasti mewarisi harta keluarga Thompson. Black Thompson anak tunggal dan dia hanya mempunyai Valleri sebagai keturunannya," jelas Malika. Baru saja Arthur akan menimpali perkataan Malika terdengar suara pintu yang diketuk.
Tok
Tok
Tok
Sekertaris Arthur muncul setelah mengetuk pintu, "Pak para awak media sudah siap di lobi," info sekertaris Arthur.
"Saya akan turun sekarang," Arthur berdiri dari duduknya,begitu juga Malika. Mereka berjalan menuju lobi kantor dengan diikuti sekertaris Arthur.
Di depan awak media, Arthur akan mengumumkan pengunduran dirinya dan mengkonfirmasi soal hubungan dirinya dan artis ternama May Thompson. Melihat Arthur berdiri di depan pintu lobi, para pemburu berita langsung mengerubuninya. Para tim keamanan sudah diaiapkan untuk mengamankan jalannya acara dadakan tersebut.
"Saya Arthur Sujatmiko telah memutuskan untuk meletakkan jabatan saya sebagai Direktur Utama Firma Hukum ALFABET dimulai dari hari ini," ujar Arthur lantang. Di samping Arthur berdiri Malika yang hanya diam saja.
"Apa duduk permasalahannya serius hingga Anda harus melepaskan jabatan Anda?" seorang wartawan dengan lantang bertanya. Para wartawan lain hanya diam menunggu jawaban Arthur dan mereka sudah siap dengan pertanyaan masing-masing.
"Ada alasan pribadi yang mendasari pengunduran diri saya. Saya juga ingin mengkonfirmasi tentang hubungan saya dengan May Thompson. Saya dan May tidak memiliki hubungan apa pun, gadis di sebelah saya ini adalah calon istri saya. Seharusnya kalian tahu itu karena belum lama ini kami menjadi sorotan publik," Arthur menjelaskan semua itu dengan raut wajah yang datar-datar saja. "Saya rasa sudah cukup penjelasan saya," tutup Arthur dan dengan bantuan tim keamanan dia bersama Malika menembus kerumunan wartawan.
"Tolong berikan kami alasan Anda mengundurkan diri."
"Apa ini hanya sandiwara Anda untuk menyelamatkan nama Anda?"
"Apa tanggapan Anda atas kemarahan para orangtua yang menjadi klien Anda sebelum Anda mengambil kasus May Thompson?"
"Apa pengunduran diri Anda ada hubungannya dengan kemarahan klien Anda?"
Berbagai macam pertanyaan terus silih berganti dilontarkan oleh para pemburu berita itu. Mereka juga terus memburu Arthur hingga ke tempat dimana mobil Arthur terparkir, di dalam mobil sendiri sudah duduk Agung menunggu untuk menjemput Malika dan Arthur. Para wartawan itu bahkan berusaha menghalangi jalan mobil Arthur, mereka masih belum puas dengan keterangan yang Arthur berikan.
Beruntung tim keamanan dapat membuka jalan untuk mobil yang ditumpangi Arthur dan Malika. Mobil pun dapat meninggalkan kantor dengan mulus, "bagaimana kondisi rumah?" tanya Arthur kepada Agung.
"Ramai oleh para wartawan, sesuai instruksi Ibu saya sudah saya antar ke rumah saudara saya," jelas Agung.
"Lalu sekarang kita kemana?" tanya Malika heran, karena setahu Malika mereka akan berangkat ke Bogor nanti malam.
"Kita ke apartemen saja dulu, jam 10 malam baru kita berangkat. Agung, semua barang Malika kamu bawa kan?" Arthur terlihat sibuk dengan ponselnya walaupun bibirnya berbicara.
"Semua barang Non Malika sudah dibereskan Ibu saya Den," Agung menimpali perkataan Arthue dengan tetap fokus menyetir.
Selama perjalanan menuju apartemen Arthur tidak ada lagi yang berbicara. Arthur terlihat sibuk dengan ponselnya dan Malika sibuk mengamati cuaca Jakarta yang mulai mendung. Rintik-rintknhujqn mulai terjun dari langit dan membasahi Jakarta, bersama dengan rintik itu akan dimulai perjuangan mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top