Part 9

Sinarnya rembulan sudah tergantikan oleh cahaya terangnya matahari. Abel yang sudah bangun sejak subuh tadi memang sengaja tidak tidur kembali lantaran tak ingin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Terbukti, Iki ia sudah rapi dengan setelah seragam khas sekolahnya. Setelah memastikan dirinya sudah Perfect didepan cermin, ia langsung keluar dari kamarnya untuk menyantap sarapan.

Perutnya terasa kosong lantaran tadi malam ia tidak memakan makanan apapun kecuali mie yang ia makan kemaren sore.

"Pagi, Mah," sapa Abel saat melihat Ratih tengah sibuk menata makanan diatas meja.

Ratih menoleh sekilas kearah Abel. "Pagi," balas Ratih.

"Papah mana Mah?" tanya Abel sembari menarik kursi untuk diduduki.

"Lagi di kamar."

"Ouh."

"Cepetan makan biar ga telat lagi," titah Ratih.

"Iya Mah," sahut Abel cepat lalu menyendokkan nasi beserta lauk pauk ke piringnya.

***

Setelah selesai sarapan Abel langsung pamit pada Ratih untuk pergi bersekolah. Seperti biasa ia berangkat menggunakan angkutan umum atau ga naik gojek.

Di Jakarta yang padat penduduk seperti sekarang ini tidak memungkinkan Abel untuk berangkat ke sekolah dengan mengendarai kendaraan sendiri.

Namun, tampaknya sekarang ia sangat butuh kendaraan. Tak ada angkutan yang lewat sejak sepuluh menit ia berdiri ditepi jalan yang tak jauh dari rumahnya.

Ingin memesan gojek, namun ia tak mempunyai kuota. Abel mendengus kesal, kenapa ia bisa lupa kalau kuotanya habis kemaren padahal niatnya sesudah nonton drakor bakalan beli kuota.

"Butuh tumpangan neng?" tawar seseorang pengendara motor yang berhenti tepat didepan Abel. Abel mengernyit heran, kenapa juga dia mau berbaik hati menawarinya perjalan padahal kan sama-sama tak mengenal satu sama lain.

"Tolak ga ya? Kalau gua tolak gua telat lagi entar ke sekolah? Tapi-"

"Mau ga?" pertanyaan pria itu membuat Abel tersentak sekaligus membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya. Itu anu."

"Apa?"

"Gua ikut lu," Jawab Abel.

"Yodah naik," intruksi-nya dan langsung diangguki oleh Abel.

Lelaki itu tertawa kala Abel kesusahan saat mencoba menaiki motor nya. Abel memberenggut kesal.

"Bantuin kek, malah ketawa," Sindir Abel.

"Mangkanya jadi orang tuh jangan pendek," ledeknya dan dihadiahi tatapan tajam dari Abel. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Abel naik.

"Gua bukan pendek ya, tapi ga tinggi aja, " ketus Abel lalu menyambut uluran tangan lelaki itu.

"Sama aja atuh neng," Ucapnya setelah Abel berhasil menaiki motor nya.

"Iyain."

"Galak amet sih neng." Abel lebih memilih untuk diam dan tidak menanggapi lagi ucapan lelaki itu.

Ia menyalakan motornya "ouh, iya lu masih kenal gua kan?" tanya cowok itu sembari menjalankan motor nya.

Abel mengernyit heran, pasalnya lelaki itu memakai helm jadi, Abel tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya.

"Nggak, emang lu siapa?" tanya Abel.

"Yaelah, baru semalem gua ngajak lu ketemu di taman, masa udah lupa sih."

"Lu Al," tebak Abel.

"That's right baby," Jawab Al mengiyakan.

"Sorry, gua ga tau itu lu habisnya lu makek helm muka lu ga jelas."

"It's ok no problem."

"Sok inggris lu," Cibir Abel membuat Al tertawa begitu juga dengan Abel.

***

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, Al menghentikan motornya tepat didepan gerbang sekolah Abel.

Abel yang melihat gerbang Akan ditutup oleh satpam pun buru-buru turun dari motor Al sembari berteriak.

"Pak, bentar jangan ditutup," teriak Abel menghentikan gerakan satpam itu.

"Buruan masuk neng," ujar Pak satpam berbaik hati.

"Makasih pak," balas Abel. Ia menoleh kearah Al. "Al, makasih and maaf karena nganterin gua lu pasti telat ke sekolah," ujar Abel tak enak hati.

"Nggak papa, tenang aja," balas Al dan dibalas senyuman oleh Abel.

"Gua duluan Al," pamit Abel dan langsung berlari menuju ke kelasnya.

"Mari pak," sapa Al pada pak satpam lalu menjalankan motornya setelah mendapat balasan dari satpam itu.

                                   ***

Seusai pelajaran Abel langsung melangkah menuju kantin. Ia memesan makanan terlebih dahulu lalu mencari meja yang kosong setelah menemukan meja yang kosong Ia langsung duduk. Seperti biasa Ia hanya sendiri satu-satunya teman yang Ia miliki adalah Yana, namun hari ini Ia absen lantaran sedang sakit.

Al

Al
                                     Lu pasti dihukum ya?
                                              Maaf banget ya...

Iya
Gpp kok beb

Beb?
                                              Bebek mksd lu?

Kok, bebek sih😟

Hahaha
                                                            Canda Al
                                   Sekali lagi mksh ya...

Bilang mksh lagi, gua jadiin
cewek gua
Mampus lu

Itu sih mau lu🙃

Is, tau aja
🤣🤣🤣🤣

"Ini neng pesanannya." Abel langsung menghentikan aktivitasnya.

"Eh, makasih, ya, mbok."

"Sama-sama neng," balasnya lalu pamit pergi.

Abel meletakkan ponselnya diatas meja lalu mulai memakan makanannya tanpa suara.

***

Bel sudah berbunyi banyak dari mereka yang melenggang pergi ke kelasnya, tapi Varo berbeda. Ia malah melangkahkan kakinya menuju ke toilet.

Dari kejauhan Varo melihat ada Abel yang baru saja keluar dari toilet. Ide jahil muncul di otaknya.

"Huh, lega," ucap Abel setelah keluar dari toilet.

"Hi cantik," ucap Varo dengan suara dimirip-miripkan seperti hantu. Varo sengaja bersembunyi dibalik tembok lantaran ingin menjahili Abel.

"Siapa disana?" tanya Abel sembari menatap sekelilingnya. Matanya tak menemukan seseorang hanya ada dirinya di toilet.

"Hahaha." Varo tertawa dalam diamnya.

"Boleh kenalan ga?" Abel semakin merinding lantaran suara yang dibuat oleh Varo begitu sempurna.

"Si ... siapa sih? Keluar ga?" Abel mencoba untuk memberanikan diri padahal ia sebenarnya sangat takut pada hantu. Tapi, ini kan masih pagi masa udah ada hantu aja.

"Ya mangkanya kenalan dulu."

"Ga bener nih, KABUR!" Abel berlari sekuat tenaga, ia benar-benar ketakutan.

"Hahaha." Varo tak bisa menahan tawanya lagi, ia benar-benar merasa puasa menjaili Abel.

"Dasar penakut," cibir Varo lalu kembali tertawa. "Ini kan masih terang mana ada hantu." Varo menggeleng kepalanya pelan lalu membuka pintu toilet. Matanya melotot sempurna saat ada sosok berpakaian putih didalam toilet tersebut.

"Ha ... han, LARI!" ucap Varo lalu lari terbirit-birit hingga ia menabrak tembok lantaran tak fokus.

"Eh, siapa tuh?" tanya  Daniel sembari membuka kain putih yang melilit ditubuhnya.

Yup, hantu itu adalah Daniel. Daniel sengaja memakai kain putih itu agar ia tidak didemo oleh para wanita yang tadi sempat diintip oleh Daniel.

Setelah dirasa aman Daniel keluar dari toilet lalu membuang kain itu ke tong sampah.

Sebelum ia pergi ke kelasnya ia merapikan rambutnya yang berantakan akibat kain putih itu.

Selesai memperbaiki fambutnya Daniel langsung melangkah menuju ke kelasnya dengan gaya cool dan juga kharisma yang ia miliki.

***

See you to the next part...........🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top