Part 6
Liburan kali ini telah usai sudah saatnya Abel kembali bersekolah seperti biasanya.
Kini ia tengah berada di kelas sendiri, karena memang masih sangat pagi dan belum ada yang dateng.
Bukanbga merasa kesepian ia justru merasa seneng, karena ia bisa membaca cerita di wattpad tanpa ada gangguan.
Tak lama kemudian ada yang masuk ke kelas. Awalnya ia tak menghiraukannya karena dunia orange jauh lebih asik baginya, tetapi suara tawa yang mereka ciptakan membuat Abel terganggu.
Ia mendongakkan kepalanya mencoba mencari sumber suara itu. Nah, ketemu mereka berdua "Alfa & Maya" mereka berdua duduk di pojokan sembari bermesraan diselingi canda dan tawa mereka.
"Njir, gini amet nasib jomblo," sindirnya pada diri sendiri.
Karena tak ingin menjadi pengganggu diantara mereka berdua, ia memutuskan untuk keluar dari kelas.
Abel berjalan sembari mendumel tak jelas. Sesekali ia menoleh pada kelasnya. Ia kesal bukn karena mereka yang bermesraan didepannya, melainkan mereka mengganggu waktunya membaca cerita.
Abel berhenti didepan sebuah ruangan. Senyumnya mengembang kala menatap nama ruangan yang terpanjang diatas pintu.
"Nah, kalau disini ga bakalan ada yang bisa ganggu gua."
Abel melangkahkan kakinya untuk masuk, tetapi sebelum ia sempat masuk ada seseorang yang hendak masuk juga alhasil mereka berdua terjebak.
"Heh, bisa ga sih? Gua duluan yang nyampek sini tau," suruh Abel.
"Ogah," ketunya.
"Ish, ga mau ngalah banget dah," ucap Abel sembari terus berusaha masuk kedalam rungan tersebut terlebih dahulu.
"Minggir lu!" titahnya.
"Ogah," balas Abel.
Karena tidak ada yang mau mengalah mereka berdua akhirnya terjatuh secara bersamaan.
"Auuu!" jerit Abel.
"Shit!"
"Gara-gara lu tau ga!"
"Elu."
"Ish."
"DILARANG BERISIK DISINI!" tegur penjaga perpustakaan.
"Iya Bu," jawab Abel.
Sementara lelaki yang tak sempat berdebat dengannya memilih untuk tidak perduli dan langsung pergi ke area buku yang akan ia inginkan.
"Huh, bukannya minta maaf lagi malah nyelonong pergi," bisik Abel. "Untungnya gua baik hati dan tidak sombong, jadi gua maafin lu walaupun lu ga minta maaf sama gua," lanjutnya lalu pergi menuju meja yang berada didekat jendela.
Lima belas menit ia habiskan di perpustakaan. Rasa enggan beranjak dari sana semakin menggebu, tapi ia ingat kewajibannya sebagai seorang murid yaitu belajar. Jadi, Abel memutuskan untuk kembali ke kelasnya sebelum guru yang masuk terlebih dahulu.
Sesampainya di kelas suasana tenang yang tadinya ia alami di perpustakaan tergantikan oleh suara gaduh yang bersumber dari teman sekelasnya.
Inilah alasan kenapa ia lebih suka menyendiri daripada duduk bersama denga orang-orang yang sukanya membuat kaributan.
***
Jam pelajaran sudah selesai, kini saatnya memanjakan perut yang dari tadi sudah demo besar-besaran.
Abel berjalan dengan santainya menuju ke kantin. Sesampainya disana ia melihat kesekelilingnya. Penuh! Kantin sangat penuh oleh para kaum Adam dan Hawa yang merasa lapar seperti dirinya.
Belum lagi antrean makanan yang panjangnya melebihi rel kereta api. Kalau begini caramga ia bisa saja melewatkan masa istirahatnya untuk mengantri.
"Mending ke taman dulu aja deh dari pada nunggu disini," putusnya lalu bergegas menuju ke taman belakang sekolah.
Tak banyak yang mengunjungi taman yang terletak dibelakang sekolah ini lantaran pemandangannya yang kurang menarik, tetapi pemandangan disana cukup asri dan menyejukkan.
Abel duduk di kuris yang terletak dibawah pohon beringin yang berukuran besar.
Ouh iya pohon beringin ini juga menyimpan banyak mitos maka dari itu banyak yang takut mengunjungi tempat ini.
Saat tengah asik-asiknya membaca tiba-tiba ada yang menggangu pendengarnya.
"Aaaaaaaa!" teriak seseorang. Reflek Abel menjatuhkan ponselnya lalu mencari tahu sumber suara tersebut.
"Ah, anjir lu ngapain sih disitu!"
Ok, fiks itu bukan suara hantu. Masa iya ada hantu yang bisa bahasa gaul kek gitu.
"Siapa disana?" tanya Abel sembari mendekat kebalik pohon.
"Ahhhhhhhhh, Momy!"
Abel kembali mendekat sampai akhirnya ia tahu siapa pembuat suara tersebut.
"Lu kenapa?" tanya Abel.
"Ini," balasnya sembari menunjuk ulat bulu yang bertengger dibahu kirinya.
"Hahahaha, ternyata lu takut ular bulu ya," Abel tertawa seperti tak ada beban.
"Heh, asw bantuin ngapa."
"Ekhm, ogah."
"Dih, bantuin dong entar gua turutin deh tiga permintaan lu."
"Lu manusia atau jin sih?"
"Ah anjir gua pangeran kuda putih, nama gua Varo, ish buruan!"
"Iya-iya bawel amet dah lu."
Abel mendekat ke arah Varo lalu menyentil ulat bulu itu agar menjauh dari tubuh Varo.
"Udah tuh, itu artinya lu hafus nepatin janji lu barusan."
"Iya-iya, serah deh. Lu mah apa? Motor? Mobil? Shopping? Make-up? Sepatu? Handphone? Atau apa? bilang ke gua."
"Sombong amet dah."
"Gua nawarin bukan sombong, udah buruan lu mau apa dari gua?"
"Hm...permintaan pertama gua, gua mau lu minta maaf sama gua atas perbuatan lu tadi pagi ke gua." ucap Abel sembari tersenyum tipis.
"Ga ada yang lain apa?" protes Varo.
"No bantah-bantahclub,buruan! Orang cuma bilang maaf kok, gitu aja susah amet."
"Iye." Vafi menghela nafasnya pelan "Gua mo minta maaf sama kejadian yang tadi pagi. Gua akui gua yang salah karena ga ngebiarij lu duluan yang masuk padahal kan elu dulu yang dateng, sekali lagi gua minta maaf."
"Bagus deh, permintaan maaf diterima."
"Terus?"
"Hah?"
"Permintaan kedua lu?"
"Hm...untuk sekarang ga ada sih mungkin entar atau besok ada gu langsung bilang ke elu entar."
"Serah."
"Dih, btw jangan duduk dibawah pohon kalau takut saa ulat bulu, hahaha," ledek Abel lalu berlari menghindari Vafi yang terlihat menahn amarah, tak lupa ia mengambil ponselnya yang sempat ia jatuhkan tadi.
"Sial," umpat Varo lalu pergi begitu saja.
***
Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu. Abel masih meletakkan buku-bukunya kedalam tas miliknya.
Setelah dirasa sudah tak ada lagi yang tertinggal Abel langsung keluar dari kelasnya.
Tepat saat di parkiran ia tak sengaja melihat Varo yang kelihatannya baru selesai dengan mata pelajarannya.
Entah kenapa pandangan Abel tak terlepas dari Varo. Ia mengikuti gerak-gerik Varo hingga ia menaiki motor sport miliknya.
"Eh, bentar-bentar kok kayaknya gua kenal ya sama tuh motor?"
Abel memperhatikan motor itu berusaha mengingat kejadian apa yang telah ia lupakan tentang motor itu.
"Ah, iya itu kan motor yang waktu itu nyipratin air, ouh ternyata pemilik ya dia."
Varo menyalakan motornya lalu melakukan motornya keluar dari area sekolah.
"Hm, liat aja entar gua bakal bikin lu minta maaf sama kejadian yang waktu itu," tekat Abel sembari menatap kepergian Varo.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top