Part 5

**************************************
Tahun 2020 akan segera berakhir digantikan oleh tahun 2021. Tahun 2020 mempunyai kenangan tersendiri. Tahun 2020 akan menjadi tahun yang paling bersejarah dan tak akan terlupakan bagi seluruh masyarakat di dunia.

Meskipun bukan tahun yang indah, namun Abel bersyukur karena tahun itu adalah tahun dimana ia bisa mengenal "TREASURE"

Semoga aja di tahun berikutnya lebih baik dari tahun sebelumnya. Ada beberapa hal yang Abel alami di tahun 2020. Mulai dari senang punya temen baru sampai sedih karena dilupakan oleh temannya sendiri.

Its ok, ia bisa memulai semuanya dari awal. Buat semuanya happy new year ya...😘😘😘 Semoga apa yang belum kesampaian di tahun 2021 bisa tercapai di tahun yang baru ini. Setidaknya tahun 2020 tetep ada liburan panjang🤣🤣🤣

    Putri
Online

Bil
Bentar lagi tahun udh ganti
Lu ga mau ngerayain gitu?

                                                                mager
                                       Mending di rumah
                                       Rebahan, main hp

Yeeee
Dasar ibil
Masa tahun baru di rumah doang

                                                              Biarin🤪

Iyain

                                   ***
Pagi ini di tahun yang baru semestinya ada perubahan, tapi sayangnya Abel tetaplah berpaku pada kebiasaanya setiap hari, yaitu tidur hingga siang.

Kebiasaan seperti ini memanglah tidak baik, tapi bagi pencinta wattpad dan juga kpopers rasanya kalau tidak begadang tuh ga enak.

Abel mulai membuka kelopak matanya. Ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

Hal pertama yang menjadi fokusnya adalah ponsel yang masih dicharger. Ia melepaskan charger ponselnya lalu beralih ke kamar mandi.

Setelah selesai melakukan ritualnya di kamar mandi, ia kembali ke tempat asalnya yaitu ranjang. Hm... kek gini nih aktivitas anak rumahan rebahan mulu.

"Abel!" teriak Ratih.

"Iya ma," sahut Abel lalu pergi menemui Ratih. "Kenapa?" tanyanya setelah melihat keberadaan Ratih.

"Beliin garam sama sayur-sayuran gih," titah Ratih.

"Harus banget sekarang ya ma?"

"Ga usah banyak nanya, udah cepetan sana. Nih, uangnya." ujar Ratih sembari memberikan tiga lembar uang merah pada Abel.

"Iya iya."

Sebelum ia berangkat, ia kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel setelahnya ia pergi membeli apa yang disuruh Mamanya.

                                  ***
Sesampainya di toko yang biasa Mamanya berlangganan, ia langsung memberitahu niatnya datang ke toko itu.

"Aduh, maaf nak sayurannya udah habis," ucap ibu penjaga toko tersebut.

"Yah, gimana dong?" Abel tampak tak seneng dengan kalimat yang barusan diucapkan oleh Ibu itu.

"Mendingan kamu belanja sayurannya ke toko sebelah aja, mungkin disana masih ada stoknya," saran Ibu itu.

"Ouh iya, makasih ya Bu."

"Sama-sama, garamnya jadi ga nih?"

"Jadi dong Bu."

"Ok tunggu sebentar ya, Ibu bungkus dulu."

"Iya Bu."

Setelah membayar pesanannya tadi, ia langsung bergegas ke toko yang disarankan oleh penjaga toko tadi.

Sesampainya disana ia melihat masih ada berbagai macam jenis sayuran disana.

"Bu, saya mau beli saurannya dong," ucap Abel yang masih memusatkan pandangannya pada sayuran tersebut.

"Mau beli yang mana?" tanya penjaga toko itu.

"Eh, bentar suaranya kok sayak cowok ya," pikir Abel lalu mendongakkan kepalanya hingga ia bertatapan dengan penjaga toko itu.

"Astagfirullah," bisik Abel sembari mengelus dadanya pelan.

"Maaf pak saya kira ibu-ibu yang jaga tokonya."

"Pak? Gua masih mudah kalik dan kayaknya umur kita juga ga jauh beda."

"Eh, maaf."

"Ngapain minta maaf mulu dah."

"Hehe," balas Abel sembari menggaruk tengkuknya.

"Mau beli yang mana?"

"Anu beli terong, bayam, kubis, kacang-kacangan, udah itu aja kayaknya."

"Kok kayaknya sih?"

"Ya soalnya gua ga biasa belanja sayur-sayuran."

"Ouh gitu, bentar ya gua bungkus dulu."

"Heem."

  Penjaga toko itu langsung membungkus apa yang Abel sebutkan tadi.

"Nih," ucapnya sembari menyodorkan kantong plastik yang berisi sayur-sayuran.

"Berapa?" tanya Abel setelah mengambil alih kantong plastik tersebut.

"Ga usah."

"Lah, kok ga usah sih?"

"Ya gapapa, ambil aja."

"Tapi, gua ga enak."

"Hm... gimana kalau bayarnya pake nama lu aja."

"Hah?"

"Gua Kevan, lu siapa?" tanya Alvan sambil menyodorkan tangannya.

"Gua Abel," jawab Abel sembari menjabat tangan Alvan.

"Ok, lain kali mampir lagi ya kesini."

"Eh, insyaallah. Yodha gua pulang dulu ya, makasih buat ini."

"Iya, sama-sama cantik."

Abek hanya merespon dengan senyuman kecil lalu ia bergegas untuk pulang bisa gawat nanti kalau Mamanya marah-marah karena kelamaan.

"Ah aduh!" jerit Alvan kala ada yang menjewer telinganya.

"Sakit gob*** siapa sih?" Alvan menolehkan wajahnya pada orang yang sudah berani menjewer telinganya, seketika keberaniannya runtuh kala melihat orang itu.

"Eh, Bunda hehe, Bunda kok makin cantik ya?"

"Ga usah banyak drama kamu, berani-beraninya kamu ngasih gratisan ke orang lain tanpa seizin Bunda."

"Ya kan sodakoh Bun."

"Sodakoh-sodakoh bipang aja mau PDKT!"

"Nah, itu Bunda tau ngapain nanya? Aduh!"

"Punya anak Playboy amet dah."

"Sukurin aja Bun, lepas dong Bun sakit tau."

"Huh!" Ani-Bunda Alvan melepaskan jewerannya lalu menghembuskan nafasnya kasar. Entah sudah berapa banyak anak gadis yang diperlakukan seperti itu oleh Alvan hingga Ani tak mengerti lagi dengan kelakuan putra semata wayangnya tersebut.

"Mending kamu pergi aja deh dari sini, kamu bikin Bunda bangkrut aja tau ga?"

"Bunda tuh emang paling pengertian deh, bye Bun." ucap Alvan dan langsung nyelonong pergi.

"Astagfirullah, pas hamil perasaan ngidamnya ga aneh-aneh deh."

                                  ***
Sesampainya Abel di rumah ia langsung meletakkan belanjaannya kedalam kulkas.

Lelah? Untuk ukuran anak rumahan pasti sangat melelahkan. Abel duduk di meja makan sembari menikmati dinginnya air es yang sebelumnya ia ambil di kulkas.

"Baru dateng? Kok lama sih?" tanya Ratih.

"Si toki itu sayurnya kosong Ma, jadi aku kepaksa beli ke toko sebelah."

"Ouh, yodah makan gih kamu belum makan kan?"

"Bentar masih capek banget."

"Yaelah, baru segitu aja udah kek lari maraton aja."

"Ish, apaan sih Ma."

"Labay kamu."

"Bodoamet."

Setelah perdebatan kecil itu Abel memilih untuk makan sedangkan Ratih pergi ke halaman belakang.

"Punya Mama hobinya nyindir mulu dah," gerutu Abel.

"Kok Papa betah ya sama Mama? Jangan-jangan Mama pakek pelet lagi, astagfirullah ga boleh suudzon." ucap Abel lalu melanjutkan acara makannnya.

  Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan makanannya. Setelah selesai ia langsung kembali ke kamarnya melanjutkan kembali aktivitas yang sempat tertunda.

Ia lebih memilih untuk berhalu di dunia Orange ketimbang nongkrong-nongkrong ga jelas di jalanan, di cafe dan dimanapun itu.

Nyatanya dunia Orange jauh lebih mengasikkan ketimbang real life yang lebih mementingkan good looking daripada good attitude. Tapi, tetep ga boleh mengabaikan rel life, karena kita hidup di real life bukan di dunia Orange.

**************************************

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top