Part 2

Hari Senin adalah hari yang paling menyebalkan. Dimana kita harus berjemur dibawah terik matahari, tapi itu tidak sebanding dengan perjuangan para pahlawan dulu.

Satu jam berlalu kami semua berhamburan menuju ke tempat yang teduh untuk menyejukkan diri.

Abel duduk dibawah pohon besar yang terletak tak jauh dari lapangan tempat ia berdiri tadi.

Ia meneliti satu persatu siswa yang saling memberikan air minum pada temannya.

"Enak ya kalau punya temen," gumam Abel sembari tersenyum pedih.

"Daripada aku iri sama mereka mending aku baca cerita yang semalem belum selesai aku baca," lanjutnya dengan semangat mengambil ponselnya dari dalam saku.

Tanpa basa-basi lagi ia langsung membuka aplikasi kesayangannya yaitu "wattpad" aplikasi orange ini adalah satu-satunya teman dikala ia tengah bersedih.

Kring...kring...kring...

Baru saja ia asik membaca cerita itu, eh sudah bel. Sangat menyebalkan memang kalau lagi asik baca malah dapat gangguan tak terduga.

"Yah, cepet banget sih bel-nya," keluh Abel lalu berjalan gontai menuju ke kelasnya.

                            ☘️☘️☘️

Jam terus berputar, kini waktunya bagi para siswa untuk melepaskan rasa lapar dan dahaganya.

Kantin adalah tempat pelarian yang paling ramai dikunjungi oleh siswa maupun siswi termasuk Abel.

"Bel!" panggil seseorang. Sontak Abel pun menoleh. Seseorang memanggilnya dan mengajaknya untuk duduk bersama? Kayaknya ga mungkin deh, ia tak seberani itu untuk duduk dengan kakel yang banyak dikagumi oleh para kaum hawa di sekolah ini.

"Masa iya aku sih yang dipanggil?" tanya Abel dalam hatinya.

"Bel!" panggil kakek itu sekali lagi. Saat ia akan melangkah tiba-tiba ada seorang gadis yang menubruk bahunya hingga ia terjatuh.

"Eh, sorry-sorry gua ga sengaja," ucapnya.

"Iya, gapapa kok kak," balas Abel sembari berdiri.

"Bela! Sini," panggilnya lagi.

"Eh, iya bentar," sahut gadis yang menabrak Abel tadi.

"Tuh kan bener bukan aku yang dipanggil. Ck, PD amet sih aku. Mana mungkin sih cowok ganteng kek dia manggil  aku yang kumuh kek gini," cerocos Abel dalam hatinya.

"Eh, Lo beneran gapapa kan?" tanya gadis itu.

"I-iya gapapa kok kak."

"Yaudah deh, kalau gitu gua pergi dulu ya."

"Iya kak."

Abel menatap kepergian gadis itu. Sepertinya mereka adalah pasangan, batinnya.

Setelah mendapatkan makanannya, ia langsung bergegas pergi menuju meja yang kosong.

Belum sempat ia mendudukkan bokongnya di kursi sudah ada yang menempati tempat itu.

"UPS, sorry gua yang duduk duluan disini, jadi mending lo cari tempat Yang lain aja," ujar Nasya sembari terkekeh pelan.

"Ngapain lo liatin kita kayak gitu!" sentak Refa hingga membuat Abel menunduk karena takut.

"Pergi sana," usir Cintya.

Dengan segera Abel melangkahkan kakinya lantaran tak mau berurusan dengan mereka bertiga.

Nasya, Refa dan Cintya merupakan Most Wanted di SMA Kencana sekaligus 'Queen Of Bulliying'. Tak ada yang berani melawan mereka bertiga, kalau sampai ada yang berani maka hidupnya tak akan tenang.

                            ✨✨✨

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, tapi Abel masih berada di sekolah. Lantaran pelajaran tambahan dirinya harus terlambat pulang ditambah langit yang mulai mendung.

"Huh, capek banget," keluh Abel sembari menatap jalanan yang sudah sepi.

"Bis nya pasti udah berangkat," lanjutnya.

Rintik hujan mulai terasa, Abel menengadahkan tangan kirinya. Lalu detik berikutnya hujan deras melanda dirinya dengan segera ia berlari menjauh dari sekolah mencoba mencari tempat untuk berteduh.

Ia berteduh di halte bis yang tak jauh dari sekolahnya. Pakaiannya basah ditambah ponselnya yang mati lantaran kehabisan daya. Lengkap sudah penderitaannya.

"Duh, gimana cara pulangnya nih?"

Setengah jam berlalu hujan mulai mereda. Sebelum hujan kembali deras lebih baik ia pulang sekarang.

Dari arah sekolah ada sebuah motor yang melintas dengan kecepatan tinggi hingga genangan air terciprat ke tubuh Abel.

"Ahhh!" jeritnya. "Yah, kotor deh seragam gua."

Jangan kira pengendara motor itu akan berbalik untuk meminta maaf lalu menawarkan Abel untuk pulang bersama, nyatanya pengendara motor itu sama sekali tak menghiraukannya.

"Ish, awas aja entar kalau ketemu," kesal Abel sembari berkomat-kamit tak jelas.

Jam 6 Abel baru saja sampai ke rumahnya. Wajahnya nampak tak bersahabat, jalannya pun seperti orang yang tengah mabok.

"Astaga! Kamu kenapa baru pulang?" tanya Ratih dengan mimik wajah yang tampak benar-benar khawatir.

"Gara-gara jam pelajaran tambahan, aku ketinggalan bis terus kejebak hujan habis itu niatnya mo nyari taxi atau ga angkutan umum tapi, ga ada."

"Kenapa ga telpon papa aja suruh jemput?" 

"Nih," Abel mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. "ponselnya mati, kehabisan daya."

"Astaga, yaudah sekarang kamu mandi gih jangan lupa sholat kalau udah baru istirahat."

"Iya ma, aku pamit ke kamar dulu ya," ucap Abel lalu melangkah pergi meninggalkan Ratih sendirian di ruang tamu.

"Moga aja ga sakit tuh anak gegara kelamaan di luar."

"Assalamualaikum." ucap lelaki paruh baya yang baru saja masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Ratih dan langsung menyalami suaminya tersebut.

"Tumben pulang awal?" tanya Ratih sembari mengambil alih tas yang dibawa Hasan.

"Cuaca lagi ga mendukung ma, jadi karyawan dipulangin lebih awal," jelas Hasan sembari duduk di sofa.

"Ouh gitu, ngomong-ngomong soal cuaca tadi si Abel pulang mukanya kusut banget karena kelamaan kejebak hujan."

"Lah, kenapa dia ga nyari taxi atau angkutan umum? Dia juga bisa telpon Papa kan? Kenapa dia ga minta Papa buat jemput?"

"Ponselnya mati terus ga nemu angkutan umum katanya."

"Ya ampun kasian banget."

"Kenapa Papa ga beliin dia kendaraan aja biar dia ga usah susah nyari angkutan umum buat pulang," usul Ratih.

"Papa masih ragu buat itu."

"Pa Abel udah kelas sebelas loh, masa dia ke sekolah bergantung sama angkutan umum terus sih? Iya kalau ada kalau ga ada gimana? Kan kasian pa."

"Hm, nanti Papa pikirin lagi deh. Papa mau mandi dulu," putus Hasan lalu pergi begitu saja.

"Ish, si Papa gitu amet ama anaknya sendiri."

                                   ***
Abel merebahkan tubuhnya di kasur kesangannya. Tangannya bergerak memijat kepala yang sedari berdenyut.

"Capek banget gua hari ini," keluh Abel.

Dret...

Ponselnya berdering, ia malas melihat siapa yang menggangu waktu istirahatnya lagipula ponselnya masih dicharger, jadi ia memilih untuk mengabaikannya. Matanya terasa berat hingga akhirnya ia memilih untuk tidur.

Tepat jam satu malam Abel terbangun, ia merenggangkan otot-ototnya. Matanya perlahan menatap ke sekelilingnya.

"Astaga, gua ketiduran," ucap Abel setelah kesadarannya pulih.

"Aish, belum solat isya' lagi," gerutunya lalu secepat kilat ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya Abel beralih pada ponselnya.

Ia merebahkan tubuhnya sembari matanya terus fokus pada layar ponsel.

"Mega kenapa ya? Tumben dia nelpon ampek sebanyak ini? Apa dia lagi ada masalah ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top