Part 12

"Astaga belum bangun juga, pasti begadang nih semalem," seru Ratih saat mengecek kamar putrinya tersebut.

"Abel! Bangun, udah jam berapa sekarang? Ish, mentang-mentang lagi datang bulan malah seenaknya tidur," dumel Ratih sembari mengguncang tubuh Abel.

"Apa sih Mah?" tanya Abel dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.

"Apa sih? Apa sih? Lihat tuh udah jam berapa?" Abel mengikuti arah telunjuk Mamah-nya tersebut. Matanya melotot sempurnanya saat melihat jam yang bertengger diatas nakas.

"Astaga! Kok Mamah ga bangunin aku sih?" Abel buru-buru bangkit dari tempat tidurnya dan berlalu ke kamar mandi.

"Idih, malah nyalahin Mamah orang kamu yang salah juga," gerutu Ratih lalu pergi dari kamar putrinya.

15 menit berlalu Abel sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Tak ada yang namanya mandi pagi yang ada hanya mencuci muka pagi.

Abel melirik jam tangan yang melingkar ditangannya. Sudah jam 07:53 ia telat hampir sejam belum lagi perjalanan ke sekolah nanti.

"Mampus gua tekat banget, gegara nonton True Beauty sih nih, ahh!" Abel bergegas keluar drai kamarnya lalu menyapa Ratih yang tengah bersih-bersih di ruang tamu.

"Ga mau sarapan dulu?" tanya Ratih.

"Ga usah Mah, udah telat banget nih." sahut Abel didepan pintu dan segera keluar dari rumahnya.

Abel berlari hingga keluar dari komplek rumahnya. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.

"Duh, ga ada taxi apa? Ojek kek? Masa iya gua harus lari dari sini ke sekolah sih? Makin lambat dong." Abel terus menggerutu sembari celingak-celinguk.

Suara mobil menyeruak masuk ke telinganya. Ia menoleh kebelakang terdapat mobil sport berwarna putih disana.

"Ini kesempatan gua buat pergi ke sekolah," batin Abel.

Abel berdiri ditengah jalan sembari menelentangkan kedua tangannya tak lupa ia menutup matanya.

Pengemudi mobil tersebut langsung mengklakson Abel agar menyingkir dari jalanan, namun Abel tetep kekeh berdiri disana.

"Woi! Lo mau mati hah!" teriak pengemudi itu sambil mengeluarkan kepalanya.

Abel mulai membuka matanya lalu menatap pengemudi itu."Itu kan Varo."

Tanpa basa-basi lagi Abel berlari kearah mobil Varo dan langsung masuk tanpa perintah.

"Heh! Siapa yang nyuruh Lo buat masuk ke mobil gua?" sentak Varo.

"Udah ngomelnya entar aja, lihat udah jam delapan lebih buruan ke sekolah," titah Abel.

"Situ siapa berani nyuruh-nyuruh gua?"

"Bacot amet dah Lo, buruan!"

Malas berdebat dengan Abel, Varo mula menajalankan mobilnya dengan kecepatan normal.

Tak ada percakapan lagi setelahnya, Varo fokus pada jalanan sedanfkan Abel fokus pada ponselnya sesekali ia terlihat tersenyum dan juga tertawa kecil, hal itu menjadi pemandangan tersendiri bagi Varo.

  Bosan karena tak ada lawan bicara Varo menyalakan radio agar suasana tidak sepi.

Lagu mulai berputar Abel menatap Varo lantaran lagu yang diputar begitu familiar di pendengarnya.

                                At My  Worst
                                      By: Pink Sweat

Can I call you baby?
Can you be my friend?
Can you be my lover up until the very end?

"Apa?" tanya Varo.

"Lo suka lagu ini?" tanya Abel tak menatap Varo.

  "Nggak, gua asal mencet aja tadi," jawab Varo jujur karena ia memang tak pernah mendengar lagu sebelumnya.

"Ouh."
                           
Let me show you love, oh, I don't pretend
Stick by my side even when the world is givin' in, yeah

Oh, oh, oh, don't
Don't you worry
I'll be there, whenever you want me
I need somebody who can love me at my worst
No, I'm not perfect, but I hope you see my worth
'Cause it's only you, nobody new, I put you first
And for you, girl, I swear I'll do the worst

If you stay forever, let me hold your hand
I can fill those places in your heart no else can
Let me show you love, oh, I don't pretend, yeah
I'll be right here, baby, you know I'll sink or swim

Oh, oh, oh, don't
Don't you worry
I'll be there, whenever you want me
I need somebody who can love me at my worst
No, I'm not perfect, but I hope you see my worth, yeah
'Cause it's only you, nobody new, I put you first (put you first)
And for you, girl, I swear I'll do the worst

I need somebody who can love me at my worst
No, I'm not perfect, but I hope you see my worth
'Cause it's only you, nobody new, I put you first
And for you, girl, I swear I'll do the worst

Tepat saat lagu itu selesai mobil Varo sudah berada didepan gerbang sekolah.

"Thanks ya," ucap Abel dan langsung keluar tanpa menunggu balasan Varo.

"Anjir, main keluar aja tuh cewek," gerutu Varo lalu ikut keluar dari mobilnya.

Abel berdiri didepan gerbang sembari melihat keadaan sekitar disusul oleh Varo yang berada telat disebalahnya.

"Ngapain?" tanya Varo tanpa menatap Abel.

"Huh, nyari satpamnya lah biar dibukain nih gerbangnya," jawab Abel.

"Terus?"

"Ya masuk lah kedalem gimana sih? Niat sekolah ga?"

"Nggak."

"Terus ngapain ke sekolah sih?"

"Lu yang maksa."

"Eh, iya juga ya."

"Ck."

"Bodo, wlek." Abel menjulurkan lidahnya pada Varo sedangkan Vafo hanya menatapnya malas.

"Tuh satpam kemana dah?"

"Ikut gua," ajak Varo dan langsung menarik tangan Abel tanpa permisi.

"Apaan sih? Modus tau nggak." Abel sengaja menepis tangan Varo membuat Varo menghela nafasnya pelan.

"Mau masuk nggak?"

"Gimana mau masuk orang gerbangnya aja ditutup."

"Mangkanya ikut gua lewat jalan lain, kalau lu mau nunggu Sampek tuh satpam buka nih gerbang serah sih." Bagi sengana berjalan terlebih dahulu hanya untuk mengetes apakah gadis itu akan tetep dengan pendiriannya atau tidak.

  Tepat seperti dugannya Abel menghampirinya dan ikut bergabung dengannya.

"Kenapa ga nunggu disana aja?"

"Kepo."

"Ck, dasar."

"Apa?"

"Nggak."

Mereka berdua sudah sampai di pintu belakang yang memang sengaja dibuat eh lara siswa nakal agr bisa masuk ke sekolah dengan bebas.

"Masuk duluan gih?" titah Varo dan langsung diangguki oleh Abel.

Setelah berhasil masuk kedalam sekolah ia sempat memperhatikan keadaan sekitar lalu ia bergegas ke kelasnya.

Varo yang baru saja melewati pintu masuk itu merasa heran kantarab Abel sudah tidak terlihat batang hidungnya.

"Anjir, udah pergi aja. Bilang makasih kek, nyesel gua bantuin dia" gerutu Varo.

Dengan perasaan jengkelnya Bari pergi meninggalkan tempat itu dan langsung bergegas menuju ke kelasnya.

Disepanjang perjalanan Varo terus saja berceloteh tak jelas. Tampaknya ia masih sangat kesal terhadap Abel.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top