9. Tersadar.
*Kembali kemasa sekarang.
*3 tahun t'lah berlalu
[Senin, 20 Desember.]
"Sudah 3 tahun berlalu. Aku sangat senang akhirnya bisa kembali ke Jepang. Tapi kurasa, sekarang kesenangan tersebut sudah tak lagi berarti." Setelah kepulangan Monoma yang secara paksa, [Nama] duduk dipinggiran kasur tempat Bakugou beristirahat. Kantuk enggan menjemput dan membuat Dirinya tak tidur semalaman hingga pagi datang. Tak memperdulikan udara dingin yang menusuk tajam kulit tubuhnya yang berbalut kain tipis. Mata berkantungnya terus menatap nanar kearah sang Pria yang dicintai.
Tak percaya, masih tak percaya jika pria yang ditatap ini tengah melupakan dirinya sepenuhnya. Dia bertekad. Akan menanyakan padanya jika pria ini sudah siuman. Mungkin tekad ini, yang membuatnya menunggu semalaman.
Tangan [Nama] terangkat. Diletakkannya di puncak kepala Bakugou lalu mengusap pelan penuh kasih sayang. [Nama] menunduk. Mata kembali perih,ingin meneteskan lebih banyak air.
Tersentak seketika, saat tangan kanan Bakugou bergerak menyentuh tangan [Nama] yang bertumpu dikasur.
"Ba-Bakugou.." [Nama] bersuara pelan dan tergetar. Tangannya yang ada diatas kepala ikut menggenggam erat genggaman Bakugou.
Dilihatnya, mata lancip pria itu mulai terbuka memperlihatkan iris merahnya. Dia berekspresi bingung. Menatap [Nama] dengan tatapan tajam melebihi sebuah pedang.
"Apa-apaan kau.." Ucap Bakugou lemah, tangan yang menggenggam tangan [Nama] terlepas secara paksa.
"Bakugou, bagaimana keadaanmu?" [Nama] berusaha mengencangkan dan menceriakan suaranya. Menyembunyikan rasa sakit mendalam.
"Ukh.. hah.." Bakugou merubah posisinya agar terduduk. Meringis dan mendengus kasar. Setelahnya, memegangi kedua sisi dahinya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
Sadar pria itu tengah kesakitan dibagian kepala. [Nama] bergegas mengambil obat yang dia letakkan dilaci meja yang ada disebelah bed.
"Ini, minum obatmu. Aku akan mengambil air putih sekarang." [Nama] beranjak kedapur dan kembali dalam 2 menit.
"Nah.. airnya :)" [Nama] mengarahkan segelas air hangat kepada Bakugou. Tersenyum manis. Hanya dibalas dengan tatapan tajam dan Bakugou segera merebut gelas tersebut dari tangan [Nama].
Selesai Bakugou meminum obatnya, [Nama] mengambil kembali gelas yang sudah kosong dan meletakkannya di meja sebelah tempat tidur.
"Anu.. Bakugou-"
"Aku lapar." potongnya. Saat [Nama] baru ingin bertanya suatu hal. Dia seketika menjadi lebih manja.
Tapi tetap saja [Nama] tidak membenci hal itu. Mata nya menatap lekat kearah iris [eye colour] gadis yang ada disamping bed nya.
"Huh, Baiklah. Akan kubuatkan bubur." Setelah menghela napas singkat, [Nama] tersenyum hangat kearah Bakugou. Lalu berjalan ingin menuju kedapur. Dalam hitungan detik, [Nama] membatu, tangan pria dibelakang menahannya untuk pergi. Sesaat setelah dirinya menoleh. [Nama] dikejutkan oleh satu bentakan.
"Tak usah! Aku tak minta bantuanmu! Aku bisa lakukan sendiri! Dan lihat wajah pandamu! Tidur sana!"
'Eh, lalu kenapa kau bilang 'Aku lapar' Senpai?' [Nama] langsung mengangguk patah-patah. Sementara hati membatin. [Nama] tak menyangkal. Dia tau, seberapa keras kepalanya Senpainya ini.
"Ba-baiklah, dan Kau bisa memakai semua bahan yang ada dikulkas sesukamu. Dah" Tangannya melepas paksa pegangan Bakugou.
[Nama] segera beranjak pergi menuju kamar sebelah. Saat sudah masuk. Dia menghempaskan diri dikasur. Menahan malu. Walau lupa, nyatanya senpainya itu masih peduli dengannya. Dia sedikit senang. Sedikit.
Gadis ini masih berniat untuk menanyakan apakah Bakugou mengingatnya atau tidak. Tapi untuk suasana hati sekarang. Mungkin sebaiknya Dia menundanya dulu. Dirinya memilih untuk tidur dan menenangkan pikirannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Oi! Bangun sialan!"
Tanpa [Nama] sadari, bukannya sebentar dirinya malah tertidur seharian. Dari pagi hingga petang pun dihabiskannya, hanya untuk tidur karena terlalu lelah. Sang pria yang tingga bersamanya. Merasa tak nyaman dengan hal tersebut. Karena berpikir wanita ini mungkin saja mati.
"Oi! Oi! Oi!! Bangun sialaaaaan!!" Karena terlalu susah dibangun dan terbangun. Bakugou pun mencubit kasar kedua pipi [Nama]. Dan membuat gadis itu sedikit mengernyitkan dahi karena kesakitan.
"Mmmhh apa...makan yaa...?" Ditemani desahan terganggu, [Nama] ngelindur bicara tak karuan.
"..." Bakugou hanya memandang kesal kearah gadis itu sambil berapi-api. Dirinya beranjak mengambil sebuah ember dan mengisinya dengan air. Dan kalian tahu selanjutnya.
Byuur!
"Aaaaaaaaaaaaaakh!"
Kalian tahu? Air dingin dimusim dingin. Tentu sangat dingin kan? Jadi, tak perlu alasan yang tak jelas kenapa [Nama] terpekik sekeras itu.
******
"Haaaah... Bakugou,jahat." [Nama] menghela napas menahan kekesalan. Tubuhnya kini tengah diguyur air hangat dari shower dikamar mandi. Pertengkaran kecil sempat terjadi karena sifat kekanakan [Nama] tiba-tiba muncul tepat setelah Bakugou menyiraminya air dingin tanpa permisi.
[Nama] memutar mati keran dari shower yang dipakainya. Mandinya selesai. Saat itu lah Dia meraih beberapa pakaian dalam dan piyama yang ingin dipakainya untuk tidur malam ini. Tapi sepertinya,Dia takkan bisa tidur lebih awal malam ini . Karena dirinya telah puas tidur seharian hampir 12 jam. Jadi mungkin, Dia akan bergadang semalaman malam ini.
Baru keluar dari kamar mandi, [Nama] dikejutkan dengan keberadaan Bakugou yang tiba-tiba berdiri didepan pintu kamar mandi. Dirinya mengerjap beberapa kali, kakinya perlahan berjalan mundur. Mulutnya menganga lebar seakan membeku.
"Ka.. Kau mengintipku?"
Braak!!
Dinding disekitar sana sedikit retak karena pukulan Bakugou yang datang tiba-tiba."Apa kau bilang? Mengintip hah?!" Bakugou berjalan maju, memendekkan jarak mereka hingga tersisa 20 centimeter.
"Hoi Bocah!! Aku tak pernah terbayang akan melakukan hal tak berguna seperti itu! Bangs t!"
"La-lalu untuk apa disini!!" Jawab [Nama] cepat sedikit tergagap.
"Aku juga ingin mandi sialan!" Sambar Bakugou cepat. Segera masuk kekamar mandi dan menutup keras pintunya.
[Nama] berkedip beberapa kali saat suara keras menggema hampir keseluruh penjuru rumah. Dirinya menatap pintu sembari bergidik ngeri.
'Hal seperti ini saja, dia sangat mengerikan. Bagaimana nanti aku menanyakan padanya T^T'
"E? Eeeeehh?!" [Nama] terpekik kencang. Melihat makan malam yang sudah tersusun rapi di atas meja makan. Membuat orang yang berada dikamar mandi protes keras karena terkejut oleh teriakan tiba-tiba dari [Nama].
Mungkin dia akan biasa saja jika makanan yang dimeja tersebut hanya untuk Bakugou. Tapi, dilihat dari sudut dan tepi manapun. Makan malam yang terlihat sangat lezat tersebut disediakan untuk 2 manusia/2 orang.
[Nama] terduduk dengan gerakan kaku. Dirinya sangat senang bercampur malu. Bakugou! Dia menyediakan makan malam juga untuk dirinya. Tentu saja, hal ini membuat wajah [Nama] menjadi merah semerah buah tomat yang baru dipetik.
Setengah jam, [Nama] hanya terduduk menghadap hidangan yang menggiurkan lidah itu. Terkadang dirinya akan berteriak tanpa suara. Hanya dengan ekspresi wajah. Sesaat melupakan fakta bahwa Bakugou tersebut belum tentu mengingatnya atau tidak.
"Oi!"
"Ag! E.. Bakugou! Y-yo! Sudah sehat?" [Nama] terloncat kaget. Suara keras tiba-tiba menyapanya dengan sangat tak ramah.
"Ha? Apa-apaan kau! Kenapa tak makan!?"
"E? A-aku menunggumu."
"Buat apa?! Kau seharian kan hanya tidur! Kenapa malah memperlambat waktu makanmu-" Perkataannya tiba-tiba berhenti dengan ekspresi yang tak dapat [Nama] tangkap juga tebak. "agh! Sialan! Lagipula Aku tak ingin makam malam berdua denganmu!! Makanya tadi Aku Mandi! Dasar Sialan kau!!"
"...ya-yasudah Aku tidak makan.." jawab [Nama] pelan. Jujur saja Dia sangat lapar sekaligus tersakiti dengan kata-kata terakhir yang dilontarkan Bakugou tadi.
"HA?! KAU TAK MENDENGAR KAN APA KATAKU TADI HAH?!! KUBILANG KAU SUDAH TIDUR SEHARIAN KAN?!"
"Ya, A-aku dengar.. tapi aku tak paham.." [Nama] menundukkan kepalanya kesamping.
"Eeeaarghhh!! Dasar bodoh! Maksudku kau harus makan!! Bocah Sialan!!!"
"...ba-baiklah,"
Hening. Hanya suara dentingan sendok bertemu piring yang menemani dinner kedua insan di malam musim dingin ini. [Nama] tak ada lagi niat tuk berucap. Bukan takut atau apa. [Name] bahkan telah terbiasa dengan sikap Senpainya ini.
'Oh, ya. Aku harus menanyakannya.. tapi kurasaaa.. ini bukan waktu yang tepat' [Nama] membatin sembari mencuri-curi pandang ke Bakugou yang ada dihadapannya.
*****
"Haaah.. ini enak. Bakugou. Makasih ya.." [Nama] tersenyum manis kearah Bakugou. Bakugou balas menatap sebentar sebelum dengan cepat mengalihkan pandangan entah kenapa.
"Biasa saja, Aku hanya kelebihan memasaknya. Jadi kuberikan makanan SISA nya untukmu." Jawab Bakugou tak menatap lawan bicaranya sendiri.
'Makanan sisa? Itu jahat lho, senpai.' Batin [Nama] membantah. Dia tak menjawab, hanya menatap Bakugou sambil tersenyum hangat sehangat musim panas. Dirinya segera membereskan piring dan juga cangkir yang baru saja mereka berdua pakai dan langsung mencucinya.
Selesai dengan cuciannya, [Nama] mematikan semua lampu yang ada dilantai dasar dan segera naik keatas. Menyusul Bakugou beberapa menit lalu yang pergi lebih dulu kesana.
'Apa dia sudah tidur'
[Nama] bertanya-tanya dengan iris yang mengarah pada pintu kamar Bakugou. Huh, mungkin sudah. Itu pikiran terakhirnya sembari mengangkat kedua bahu. Setelahnya masuk kekamarnya sendiri.
[Nama] menyembunyikan tubuhnya didalam selimut. Dirinya sesekali menggigil karena kedinginan. Udara malam memaksa masuk walau selimut putih polkadot hitam telah menjadi benteng tidurnya malam ini.
Beberapa menit tenang didalam selimut sambil memainkan handphonenya. [Nama] dikejutkan dengan pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka. Apalagi, saat itu dirinya tengah dalam keadaan tegang. Menyaksikan film horror bercampur misteri yang membuat kepala berpikir keras.
"Huaaa! Kaget!" Teriaknya sambil menoleh kearah pintu. Disana, nampak Bakugou yang tengah berdiri memegang bantal tidurnya.
"Kau kenapa!?" Bentak Bakugou dengan ekspresi melongo.
"A-ah tidak apa. Ada apa? Bakugou?"
Bakugou tak menjawab dan malah berjalan maju kearah [Nama]. Masih dengan kening berkerut tanda tak nyaman.
"A-ada apa??" [Nama] yang mulai merasa aneh langsung terduduk dan mundur dengan menggosokkan bokongnya kekasur.
"Selimutku masih kotor, Aku tak mau memakainya." Ucapnya santai sambil menyusup masuk kedalam selimut yang [Nama].
"E-e-eh? Ap-apa yang-" belum sempat [Nama] menyelesaikan perkataannya. Bakugou malah membungkam mulut [Name] dan memaksanya untuk berbaring disebelahnya dengan mendorong kasar kepalanya kekasur.
"Satu malam. Lagipula aku tak sudi untuk menyentuhmu." Ucap Bakugou pelan penuh penekanan. Dia segera membalikan tubuhnya dari hadapan [Nama]. Dan mungkin langsung segera terlelap tidur.
'Baru saja kau melakukannya. Bodoh.'
[Nama] membatin dengan telapak tangan menutupi sebagian wajahnya yang mulai memerah padam. Matanya menatap lekat ke arah punggung kokoh milik seorang Bakugou Katsuki.
Ah, sepertinya, kali ini [Nama] harus menahan malu sepanjang malam.
Tak ada yang bisa disampaikan kali ini. T^T tapi, maaf jika update nya kelamaan ya. Saya sedikit sibuk ngurusin PPDB akhir-akhir ini. Tapi alhamdulillah. Lulus ke Smk yang Author mau.😇
Terus ditunggu ya.
Kalo kalian setia, apalagi Author kan? 😂
Scarlet~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top