3. Kegelisahan
*[Nama]'s pov
Aku membaringkan tubuh lelahku kesofa empuk diruang tamu sesaat setelah selesai menghabiskan makanan yang tadinya kusiapkan untuk Bakugou. Dibandingkan kamar, Aku memilih tidur disini. Aku kembali terpikir Seseorang. Sudah lama Aku tak melihatnya. Padahal, Dia sudah berjanji akan menjawabnya. Dan sekarang, malah ada seseorang yang menyerupai sosok dirimu. Nama yang sama. Wajah yang sama. Bahkan sampai kesikapnya. Aku menghela napas. "Hahhhh... ah! Apa mungkin itu memang dia? Ng? Tak mungkin, jika itu dia. Kenapa tak mengingatku??" Aku menggerutu di tengah sepinya malam.
~*~*~*~*
[Minggu,19 Desember 20xx]
Pagi menyapa ramah kepada sang bumi. Aku terbangun. Mengigil pelan saat tubuhku secara alami terangsang dengan udara yang terasa lebih dingin dari kemarin.
Aku berjalan gontai menuju pintu keluar rumah. Membukanya. Lalu tertegun dengan pemandangan yang Aku lihat selanjutnya. Salju sudah mulai turun menghujani bumi. Pantas udaranya semakin dingin. Karena pintu yang telalu lama dibuka,udara dingin secara paksa masuk kedalam rumah. Aku menutup pintu. Menggigil sejenak. Berjalan kearah sofa lalu kembali terduduk.
Suara langkah kaki masuk ketelingaku. Kulihat kesumber suara. Bakugou yang sudah memakai bajunya berjalan ditiap-tiap anak tangga sambil mengucek sebelah matanya. Sedangkan sebelahnya yang masih terbuka melempar tatapan tajam kearah ku. "Pagi...Bakugou..." ucapku ditemani senyum manis. Tak berniat menjawab. Dia hanya diam dan berjalan kearah sofa yang berbeda dengan ku lalu mendudukinya. Dia menyandarkan tubuhnya disofa. Tangannya sibuk memijit bagian kepala diujung kiri dan kanan dahinya. "Ada apa? Kepalamu sakit?" Aku yang bingung juga khawatir hanya bisa bertanya.
"Berisik! Akkh! Sialan, kenapa sakit sekali!" Seusai membentakku Dia tiba-tiba berteriak kesakitan.
"HAH?! Ta-tanganmu!" Aku meraih tangannya yang membiru. Seketika Diriku lemas,saat kulihat warna biru di tangannya lebih besar dari kemarin. "Aku lupa!" Secepatnya Aku berlari menuju kamarku. Kuambil P3K milikku yang ada dilemari dan segera kembali ke Bakugou. "Ini minum obat ini!" dengan panik Aku memasukkan obat itu kemulut Bakugou. " Sakitnya mungkin akan hilang beberapa jam dari sekarang. Sekarang, kau istirahat saja dulu kekamar." Aku menuntunnya kekamar disertai kepanikan berlebih. "Jangan sentuh! Menjauhlah!" Dalam keadaannya yang seperti ini, Dia masih sempat membentakku?. Tapi tak apa.Karena ini salahku, seharusnya obat itu kuberikan padanya kemarin tapi karena kecerobohanku, Aku melupakannya. Semoga saja, keterlambatanku memberinya obat ini tidak berakibat buruk.
Aku mengekorinya dari belakang. Tubuhnya terlihat melemah. Dilihat dari langkahnya yang melambat. Dia berhenti secara tiba-tiba,masih memegangi kepalanya. " Kau bisa- kyaaak!" Tubuhnya yang jatuh kearahku memotong kata-kataku. Aku menahan punggungnya dengan kedua tangan. Mencegah tubuh yang akan jatuh mengenaiku. "Bakugou! Hoi? Hoi?!" Aku berusaha membangunkannya dengan teriakkanku. Tapi hasilnya nihil, Dia pingsan. Kulingkarkan tangannya dileherku lalu kubawa menuju kamarnya. Sampai dikamarnya, tubuh lemahnya kurebahkan dikasur. Aku menutupi tubuhnya dengan selimut dari ujung kaki hingga ke dada bidangnya. Kutempelkan punggung tanganku di keningnya. "Di-dia Demam?! Ini pasti efek samping dari obat yang mereka suntikkan! Terkutuk mereka semua!!" titahku saat merasakan panas yang menyengat dikening Bakugou.
Selanjutnya, Aku berlari turun ke dapur. Mengambil air es dan sehelai kain berbahan lembut untuk kujadikan sebagai kompres. Selesai menyiapkan barang-barang yang kuperlukan. Aku kembali lagi kekamar Bakugou. Kucelupkan kain tadi kewadah berisi air es lalu memerasnya dan setelahnya kutempelkan ke kening Bakugou. Masih ditemani kecemasan, Aku menarik satu kursi kayu yang ada dikamar itu kesebelah kasur Bakugou.
*Author's PoV
[Nama] menopang keningnya dengan telapak tangan. Sedangkan sikutnya bertumpu pada bagian kasur disebelah tubuh Bakugou. " Ya Tuhan... kumohon... agar tidak terjadi apa-apa padanya.." [Nama] memohon dengan air mata yang tertahan. Takut jika obat yang dia berikan tidak bekerja dan malah memperburuk kondisi Bakugou. 'Disaat seperti ini... apa yang harus kulakukan? Ayo [Nama]! Berpikirlah!' [Nama] yang berusaha mencari jalan keluar menepuk-nepuk kepalanya dengan kedua tangannya. "Ah? Michael!" [Nama] berlari kekamarnya yang berada disebelah kamar Bakugou. Dia meraih ponsel miliknya. Menekan nama Michael yang tertera dilayar ponsel lalu menelponnya.
Disisi lain, Michael yang berada didalam mobil mewah milik [Nama] kemarin sedang mengantri untuk mengisi bahan bakar mobil. Ponsel disaku celananya bergetar menandakan ada yang menelponnya. Dengan cepat dia mengambilnya. Saat melihat nama [Nama] dilayar, secepatnya Pria berparas tampan itu menggeser tombol untuk menjawab. " Ya? Ada apa? Dia berbuat-"
'Michael! Cepat kesini sekarang! Bawa juga Rica-san bersamamu! Aku perlu perawatannya sekarang!' [Nama] mematikan telepon seusai kata-kata terakhirnya. Michael yang mendengar suara kecemasan diseberang telepon mulai khawatir. Takut terjadi apa-apa pada wanita si penelpon yang sebenarnya adalah Teman masa kecilnya sendiri. Sebenarnya Michael dulunya adalah pro hero namun, saat tahu Sahabat sekaligus orang yang dia cintai juga menekuni pekerjaan yang sama tetapi lebih berbahaya, Dia memutuskan untuk mendampinginya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi jangan salah paham, Michael tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaannya sebagai Pro Hero. Diluang waktu, Dia akan mengerahkan sepenuh kekuatannya untuk membereskan kekacauan yang disebabkan oleh para Villain. Kembali kecerita,Pria yang lebih tua 3 tahun dari [Nama] itu langsung saja tancap gas keluar dari antrian dan menuju tempat dokter pribadi [Nama] yang dipanggilnya Rica.
Sementara [Nama] yang masih setia ditemani kecemasannya hanya bisa menunggu sambil menggenggam erat tangan kanan Bakugou dengan kedua tangannya. " Bertahanlah Bakugou!" Ucapnya penuh kecemasan juga kekhawatiran.
Beberapa menit kemudian, Michael beserta Dokter pribadi [Nama] datang. "Ada apa Nona?! Anda tidak apa-apa? Sibodoh itu berbuat sesuatu?!" Michael yang sejak diperjalanan tadi khawatir,bertanya pada [Nama] sambil memegang kedua bahu [Nama] dan menatapnya lekat. "Aku tak apa. Dia juga tidak berbuat sesuatu, hanya saja terjadi sesuatu padanya." [Nama] melepas pelan pegangan Michael pada bahunya.
"Rica-san ikut aku!"[Nama] menarik tangan Dokter pribadinya tersebut menuju kamar Bakugou. "Periksa Dia! Apa terjadi sesuatu padanya" perintah [Nama]. Langsung saja, Rica mengeluarkan alat-alat medis dari dalam tas yang dia bawa.
Michael menatap [Nama] yang penuh kekhawatiran dengan tatapan cemburunya. Wajar, melihat orang yang dia cintai lebih peduli dengan orang lain tentu Dia akan iri.Karena jarang mendapat perhatian dari sang teman masa kecilnya. "Anda terlalu khawatir, Nona. Dia kan hanya salah satu dari kelompok Villain terkutuk itu."Ucapnya berusaha sopan walaupun sebenarnya Dirinya sudah terbakar oleh Api kecemburuan.
Kalimat Michael disambut tinjuan keras dilengannya. "Perlu berapa kali aku mengatakan ini pada mu hah!! Sejahat-jahatnya para Villain, Mereka juga Manusia!!! Mereka juga mau hidup!!" Air mata yang sedari tadi [Nama] tahan akhirnya jatuh bersamaan Bentakkannya pada Michael. Mata Michael melebar. Dirinya tercengang. Walau mereka teman dari masa kecil, Dia tidak pernah melihat [Nama] memasang muka sekhawatir ini padanya. 'kau masih mencintainya ya? [Nama]?' Michael membatin, teringat masa dimana terakhir kali [Nama] menangis seperti ini.
*Flashback!
[3 tahun yang lalu]
"A-aku terlambat! Hiks-hiks!" Seorang wanita menggenggam erat baju pria yang lebih tinggi dihadapannya. Air matanya terus berlinang walau pria yang memeluknya sudah berusaha menenangkannya. Isakan tangisnya terasa menggema ditelinga pria itu. Mengalahkan suara keramaian orang-oranng di festival, mengalahkan suara kembang api dimalam musim panas ini yang seharusnya lebih nyaring.
"[Nama]? Beritahu Aku, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis begini?" Sekali lagi, pria itu berusaha menghentikan tangisan Wanita dipelukannya dengan usapan dipucuk kepala.
"Di-dia su-sudah bersa-hiks-manya dan i-ini terjadi kare-na hiks ketidakberanianku!!" Jelas wanita itu dengan genggaman dibaju yang semakin erat. Si Pria hanya terdiam dengan raut wajah yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.
*Flashback's End!
Rica sudah selesai dengan pemeriksaannya pada Bakugou. "Bagaimana?!" sambar [Nama]. Dia tersentak dan setelahnya tersenyum manis juga lega. " Syukurlah.Dia hanya demam biasa, Nona. Soal racun, obat yang Anda berikan bekerja. Sekarang..." Rica mengambil beberapa obat-obatan yang Dia bawa dan menyodorkannya pada [Nama]."Hanya perlu ini untuk memulihkan demamnya".
[Nama] terduduk dilantai dan bernafas lega sambil memegangi obat-obatan yang diberikan Rica. "haaaaahh..... Syukurlah..." Air matanya mengalir semakin deras bersamaan dengan kelegaannya. Michael ikut senang melihat [Nama] senang. [Nama] berdiri,"Rica-san,Michael, Maaf merepotkan kalian... padahal Dia hanya demam biasa. Apa lagi dihari yang sangat dingin ini..." [Nama] merasa bersalah merepotkan mereka hanya karena hal sepele.
Rica memegang bahu kanan [Nama]. "Tidak ada salahnya memastikan,Nona. Jika ternyata Racunnya menyebar dan Anda tidak memanggil kami hanya karena takut merepotkan. Mungkin Nyawanya tak akan terselamatkan. Anda sudah melakukan hal yang benar,Nona" Dengan kata-katanya, Rica membuat [Nama] kembali semangat dan mengembangkan senyum manisnya. "Yasudah, Saya akan pulang dulu. "
"oh..Ah! Michael. Antar Rico-san!" Perintah [Nama].
"Tidak usah, Sudah ada yang menjemput Saya diluar. Makanya saya buru-buru." Rica-san membereskan alat-alat medis miliknya lalu berlari kecil keluar dari kamar Bakugou.
"Hati-Hati ya Rico-san" teriak [Nama] ditemani tangan yang melambai."Nah, Michael? Kau tidak pulang?" Tanya [Nama] dengan senyum miring sambil menepuk pelan dada bidang Michael.
"Anda mengusir Saya Nona?" Michael menangkap tangan [Nama] yang ada dihadapan dadanya dan mendekatkan wajahnya ke[Nama] lalu balas senyum miring.
"Fftt hahhahhaah!! Bisa kau berhenti dengan Nona?! Dari kemarin juga!" Tawa [Nama] pecah saat itu juga.
"Dan Michael? Darimana otakmu dapat Nama ini? Bagusan juga namaku Monoma Neito, kan? Haha!" Yang menyebut namanya Monoma tersenyum kecut. Sebenarnya sejak menjemput Bakugou kemarin, mereka hanya berakting tentang Nona juga Michael.
Haloo!!
Para Readers yang setia mengikuti cerita abal-abal ini.
Semoga gak ngebosenin yak nih cerita?
Beri Voment biar Author makin semangat lagi bikinnya walau gaje. //ditabok pake sendal!!///
Scarlet
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top