8. Pembuangan pemeran utama wanita

Sudah seminggu pemantauan dari semua aktivitasnya mereka awasi. Kapan pemeran utama wanita berangkat dari rumah, ke tempat kerja, lantas tempat part time, panti asuhan, ke bar, hingga kembali pulang ke rumahnya di tempat kumuh.

Mari kita jadwalkan sebagai berikut:

06.00 - 07.00 : Berangkat dari rumah
07.00 - 12.00 : Kerja
12.00 - 13.00 : Istirahat
13.00 - 15.30 : Kerja sambilan di perpustakaan
15.30 - 17.00 : Bekerja suka rela di panti asuhan
17.00 - 20.00 : Istirahat dan nongkrong di bar
20.00 - 21.00 : Pulang

"Eh, jadi. Kita bakal narik dia pas kapan. Pas dia kerja?"

"Iya, berarti besok. Hari Selasa. Tepat pas dia lagi istirahat. Kita samperin dia dan bawa dia lewat embel-embel tawaran kerja jadi pelayan istana pake surat perintah Putra Mahkota atas saran dari figuran kemarin. Figuran kemarin, dia temennya Putra Mahkota 'kan? Nah, dari sana. Kita pura-pura jadi utusan dan jangan lupa nyamar."

Keduanya tengah berunding di kamar tamu istana. Mereka tidur bersama dalam satu kamar. Hari sudah malam, dan rencana mereka akan dijalankan besok. "Btw, pacar kamu ganteng banget. Walau si sial lebih ganteng, maksudku, pemeran utama pria, si Cavin. Tapi Calix juga oke." Luna mendecih mendengar sahabatnya yang mata coganan. "Fokus, oke? Jangan kegoda cogan dulu. Kita banyak kerjaan. Mana besok rencananya kita bakal senam jantung sepanjang hari."

Evelia memanyunkan bibir, netra birunya menatap langit-langit ruangan sembari menjatuhkan diri ke atas kasur. Tangannya menarik selimut hingga dagu, kemudian melirik sahabatnya tersebut dengan senyuman tulus. "Tenang, Lun. Aku pastiin kamu gak bakal mati. Aku janji itu sama kamu."

Luna ikut terbaring, dia menggenggam tangan sahabatnya tersebut mengangguk. "Ya, aku tahu. Makanya aku gak khawatir lagi. Kita berjuang sama-sama ya?" Evelia mengangguk kecil, pandangan mereka kembali menatap langit-langit ruangan. Berharap rencana esok hari akan berjalan mulus.

.

.

.

Siang hari keesokannya.

"Siap?"

"Siap."

Kedua gadis itu saling tatap, mengangguk kuat. Kini mereka sudah menyamar menjadi orang suruhan antagonis. Evelia dengan wig pirang panjang terlihat cantik memakai riasan sederhana, pakaiannya yang formal berupa kemeja putih dan jas terlihat asing di dunia ini, tapi tak ayal penampilannya begitu menawan. Walau berbeda ini adalah salah satu ciri khas para pengikut Putra Mahkota yang unik.

Sementara Luna sendiri menggunakan gaun elegan dengan satin hijau terbaik, wajahnya dirias menjadi wanita paruh baya. Terlihat jelas rambut yang disanggul serta tongkat hitam sebagai tumpuan. Karena Luna tidak suka banyak bicara, dia lebih memilih menjadi seperti bangsawan veteran yang bersikap angkuh dan hanya berbicara satu dua patah kata.

Keduanya kini keluar dari kereta kuda dengan Evelia yang mengulurkan tangan pada Luna yang turun dengan dagu terangkat, angkuh. "Silakan Nyonya besar masuk. Saya akan yang akan mencari pegawai yang Putra Mahkota cari."

Dengan kepala tertunduk, Evelia membiarkan Luna duduk di salah satu kursi toko dessert dan mulai menunggu sembari mencari menu makanan yang cocok. Sementara itu Evelia bergerak mendekati salah satu kasir untuk memanggil pemeran utama wanita. Yakni gadis dengan surai coklat panjang lurus dengan netra perak yang menawan. Namanya itu adalah Jeslyn Nordin, seorang pemeran utama wanita yang sempurna dalam novel tragedi.

"Ada apa ya, Nona? Saya masih istirahat sekarang. Apa ada sesuatu yang sangat mendesak terkait dengan saya?"

Evelia tersenyum tipis, mengangguk sopan, kali ini dia berharap pembuangan pemeran utama wanita berhasil. Hahahaha, mampus kau Jeslyn. Kedua author ini akan kembali menistakanmu. "Lebih baik kita bicarakan di sebelah sana bersama Nyonya. Ada informasi penting yang harus kami berikan kepada Anda." Jeslyn yang mendengarnya mengangguk kecil, mengerti dan mengikuti Evelia menuju tempat duduk Luna.

Dengan cekatan Evelia menarik kursi dan membiarkan Jeslyn duduk sebelum akhirnya Luna dengan wajah angkuh memberikan surat dengan stempel kerajaan. "I- ini? Surat kerajaan?" Dengan tergagap Jeslyn menatap keduanya tidak percaya dengan tangan gemetaran. Sudah diduga reaksinya akan begini.

"Tolong kecilkan suara Anda. Ini masih rahasia. Apakah Anda ingat pria yang membantu Anda tempo hari lalu? Yakni, Kenzie Jerrin. Dia adalah teman Putra Mahkota dan dia merekomendasikan Anda untuk bekerja di bawah Putra Mahkota dalam waktu dekat. Karenanya Putra Mahkota membuat surat ini untuk mengundang Anda ke istana."

Evelia berkata dengan lancar dengan suara berbisik di dekat Jeslyn. Berharap agar wanita itu mengerti, hingga setelahnya, gadis itu mengangguk takut-takut. Evelia-- gemas sekali ingin membuat gadis ini tersiksa membuangnya ke tempat yang menyenangkan. Mungkin karena rumor Putra Mahkota adalah pria kejam, Jeslyn juga jadi seperti itu, padahal kenyataannya tidak separah rumor. "Apakah saya wajib pergi sekarang juga?"

Luna dengan ekspresi dingin meletakkan cangkir teh sedikit keras di atas meja. Menatap datar Jesly yang langsung menunduk ketakutan, nyebelin banget coba. Ikut aja napa masuk ke rencana mereka gak usah pake ba-bi-bu. "Seharusnya Anda merasa terhormat mendapatkan undangan langsung. Tidakkah Anda yang memiliki garis keturunan bangsawan berpikiran begitu? Nona Jeslyn Nordin?"

Evelia melirik Luna kebun melihat akting Luna semakin membaik. Menggigit bibirnya menatap Evelia dan Luna bergantian Jeslyn menggeleng. "Te- tentu saja. Saya merasa terhormat. Tapi, ini terlalu mendadak. Saya harus mengabari teman terdekat saya sebelum pergi." Evelia dan Luna mengumpat dalam hati, susah sekali membujuk gadis ini.

Namun, tidak kehabisan akal. Evelia kembali mendekati Jeslyn dengan senyum bersahabat. "Nona Nordin. Seperti yang Anda tahu, bayaran bekerja di bawah Putra Mahkota memiliki nominal yang besar. Walau Anda hanya bekerja sebentar, barangkali Anda bisa memiliki modal untuk membangun bisnis kecil untuk kehidupan Anda selanjutnya. Pikirkanlah baik-baik, Nona."

Evelia tahu apa yang dipikirkan gadis ini, dengan senyuman palsu yang sempurna dia menanti tanggapan Jeslyn. Yang dipikirkan dan diinginkan Jeslyn pada masa-masa ini adalah uang untuk membangun bisnis kecil. Karena dia tidak tahu bakatnya dalam mengembangkan desain pakaian. Dia hanya berharap punya pendapatan tetap dan stabil, sebagai author dia tahu akan hal itu.

Terlihat kini Jeslyn mulai berpikir keras sebelum Luna akhirnya menarik surat tersebut dengan kasar dan memasukkannya ke dalam tas kecil. "Kalau Anda memang tidak berniat untuk mengikutinya tidak masalah. Masih banyak rekomendasi pegawai di luar sana yang memiliki kemampuan jauh lebih baik dari Anda. Terima kasih atas waktunya."

Evelia yang terlihat panik, menunduk hormat pada Jeslyn sebelum akhirnya dia melirik Luna sembari berakting menahan wanita tua itu. Keren, Luna! Akting kamu makin keliatan asli! "Nyonya, dia belum memberikan tanggapan. Tidak bijak jika Anda bersikap tidak ramah seperti ini."

Luna sudah cemas ketika dia sudah beranjak dari kursi dan sudah di depan pintu. Dia takut Jeslyn benar-benar menolak hal ini dan membuat rencana mereka gagal. Lagipula skenario ini dibangun oleh Evelia dengan percaya diri akan berhasil.

Beberapa langkah sebelum menaiki kereta sesuai perkiraan, Jeslyn dengan tergesa berlari kepada keduanya sembari menunduk hormat. "Sa- saya tahu ini tidak sopan. Tapi saya harap, Anda tidak menarik tawaran tersebut. Mohon bantuannya!"

Jeslyn yang awalnya ragu mulai semakin percaya ketika melihat sikap tegas wanita tua dengan gadis berpakaian unik khas pelayan Putra Mahkota. Mana mungkin juga ada orang yang berani berbohong menggunakan nama Putra Mahkota, kan?

Oh, ada dua author ini.

Bisa-bisa orang yang menggunakan nama putra mahkota akan mati.

Biasanya juga author yang bikin kalian semua mati sih.

Terutama nominal bayaran untuk hidupnya ke depan. Itu adalah hal yang harus didapatkan Jeslyn. "Kalau begitu mari kita pergi. Silakan menaiki kereta." Evelia menunduk, memberikan tangannya pada Luna untuk masuk sebelum membantu Jeslyn bergabung ke kereta hingga dia yang terakhir ikut naik.

Dengan semangat dia menyembunyikan wajah, tersenyum lebar. Sekarang tinggal ke mana mereka membuang Jeslyn. Ah~ puas kau Jeslyn. Setelah kereta kuda siap, akhirnya mereka mulai melaju. "Maaf atas sikap kasar saya, Nona Jeslyn. Saya harap Anda tidak membawanya masuk ke dalam hati. Tolong minum ini sebagai permintaan maaf saya."

Luna tersenyum lembut menyodorkan sebotol minuman yang dibelinya tadi di toko sebelum Evelia dan Jeslyn bergabung. Melihat keramahan itu Jeslyn menggeleng pelan dengan senyuman manis, tidak menyadari itu jebakan yang lain. Tanpa peringatan ketika meminumnya Jeslyn mulai pusing dan tidak lama tertidur.

"Wow..., Luna. Wow! Aku gak nyangka kamu nyediain ini." Evelia tertawa lepas mengambil gelas yang hampir tumpah di tangan Jeslyn. Luna benar-benar niat sekali dalam pembuangan Jeslyn a.k.a tokoh utama wanita.

Sementara Luna tersenyum kecil, melirik jendela. Luna yakin bahwasanya dia harus lebih kuat dan tidak lemah untuk bertahan hidup di dunia novel ini. Jadi dia akan melakukan semua rencana mereka secara totalitas. Sebelum mereka datang tadi Luna sudah memasukkan obat tidur ke minuman Jeslyn untuk memperlancar rencana. "Ya. Gak ada yang boleh ngehalangin jalanku untuk tetap hidup. Bahkan dia sekalipun."

Evelia mengangguk, sahabatnya ini mulai berkembang seiring rencananya untuk bertahan hidup, dia bangga sekali pada Luna. "Jadi ke mana kita buang tokoh utama wanita ini?" Luna memusatkan pandangannya pada Evelia dengan senyuman tipis-- senyum author laknat dengan niat buruk. "Rumah sakit jiwa diujung kota. Setuju?"

Evelia lagi-lagi tertawa lepas mengangguk. "Setuju!"

Bersambung...

05/04/2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top