7. Pemeran utama wanita

"Salam kepada Marquiss Shaquille. Saya Calista Mckinzy, putri dari Duke Mckinzy memberi hormat."

Evelia mengangkat kepalanya tersenyum simpul setelah menunduk hormat. Setelah pertemuannya dengan Luna mereka langsung pergi menuju Kediaman Shaquille, rumah milik tubuh yang Luna rasuki untuk melancarkan rencana mereka untuk membuang pemeran utama wanita.

Lantas siapa sebenarnya Keluarga Shaquille itu?

Keluarga Shaquille adalah keluarga penjahat yang mendukung penuh Putra Mahkota Calix atau antagonis untuk menaiki takhta sebagai Ayudia pendampingnya. Mereka memiliki banyak masalah di Keluarga Shaquille hingga bagaimana mereka memiliki berbagai bidang usaha dalam dunia hitam. Seperti guild pembunuh bayaran, judi, prostitusi, sekte sesat, obat-obatan, bahkan perdagangan manusia.

Terlebih Putra Mahkota sebagai suksesor utama memiliki banyak musuh dikarenakan asal-usul ibunya dari negeri musuh. Juga Raja sendiri yang tidak menganggap kehadiran Putra Mahkota secara jelas. Hanya Keluarga Shaquille yang mengulurkan tangannya dan diterima secara berat hati oleh Putra Mahkota untuk bertahan hidup.

Karenanya Putra Mahkota sangat setia pada Keluarga Shaquille yang membuat karakter Putra Mahkota sebagai antagonis sekaligus villain menjadi kuat. Di negeri bernama Eden yang berartikan surga ini, Evelia dan Luna sudah merencanakan kesengsaraan bagi semua tokohnya tanpa akhir bahagia bagi siapapun.

Ironis bukan? Bahkan mereka kini masuk ke cerita itu sendiri. Sialan memang.

"Apakah Nona yang tadi berteriak di menara jam pemberitahuan, Nona Mckinzy?"

"Benar, Tuan Marquiss. Saya akhir-akhir ini bosan, jadi saya pikir akan cukup seru melakukan hal yang menarik."

Marquiss Shaquille menatap tajam pada Evelia-- melirik ke netra biru samudera khas Mckinzy. Gadis ini terkenal akan kekurangannya, yakni gadis yang 'bodoh'. Tapi di pandangannya dia tidak terlihat bodoh, kesannya malah seperti nona serampangan, cocok sekali dengan Ayudia yang bertingkah berandalan. Walau begitu dia harus waspada, karena Shaquille dan Mckinzy tidak memiliki hubungan yang begitu baik. Terlebih fraksi Keluarga Mckinzy yang sangat taat pada agama dan menjadi pilar kuil. Berbalik sekali dengan keluarganya-- yang bahkan kerapkali membuat kontrak dengan iblis.

"Mengapa gadis sepertimu melakukan itu? Itu tidak bermartabat."

Evelia menyunggingkan senyum simpul kembali, tampaknya orang ini memang tidak menginginkan kehadirannya. Walau begitu dia tetap bersandiwara sedikit melirik Luna yang sama sekali tidak membantu. Evelia memutar otak untuk skenario terbaik yang membuatnya bisa singgah di sini untuk sementara, agar memperlancar urusan mereka.

"Begitukah? Terima kasih atas nasehatnya Tuan Marquiss. Dan maafkan saya yang datang tiba-tiba. Nona Shaquille mengajak saya ke sini untuk mampir, tadi kami bertemu di jalan dan ternyata kami memiliki banyak hal yang digemari bersama. Dan Nona Shaquille ingin menunjukkan koleksinya sekarang pada saya. Bukan begitu, Nona?"

Luna sudah memasang wajah berkedip tidak mengerti. Sebelum dengan kaku mengangguk, mulai memahami tujuan sahabatnya. "Benar. Kami di sini untuk melihat koleksi saya, Ayah. Lagipula kami hanya mampir sebentar. Calix masih menunggu saya di istana. Jadi setelah ini kami akan langsung pergi."

Marquiss menatap keduanya bergantian sebelum menghela napas. Seingatnya sang putri tidak memiliki teman karena dia memiliki berbagai koleksi aneh yang membuat orang-orang menarik diri. Lagipula membuat hubungan baik dengan Keluarga Mckinzy tidaklah buruk. Terlebih putrinya semakin dekat dengan Putra Mahkota. Rencana dia untuk mengendalikan Putra Mahkota semakin lancar.

Menyembunyikan senyuman licik, Marquiss menepuk bahu kedua gadis itu mengangguk. "Baiklah, bersenang-senanglah. Aku harap Nona Mckinzy menikmati kediaman kami." Marquiss mengalihkan pandangannya kepada sang putri membungkuk dan berbisik kecil. "Kerja bagus, jika bisa kamu harus mengandung anak Putra Mahkota untuk memperkuat posisi kamu paham?"

Luna menatap pria itu langsung mengangguk cepat. Gila! Ayah macam apa ini?! Setelah pria itu pergi keduanya dengan bergegas memasuki kamar Ayudia sebelum memasang wajah julid. "Gila tuh aki-aki, udah bau tanah masih ngincer dunia! Mati aja lu ke neraka setan!"

Evelia yang mendengar Luna mengangguk prihatin menyembunyikan senyum kecil. Miris sekali peran Luna sebagai Ayudia, pandangannya bergulir menelisik setiap sudut menatap koleksi tokoh pendukung antagonis. "Aku setuju. Gila sih. Nyuruh anak sendiri bunting anak haram." Evelia menggeleng-gelengkan kepalanya berdecak tak habis pikir.

"Btw, kita harus cari barang yang bagus sebelum pergi. Dan kamu kayanya harus belajar akting lagi. Kamu keliatan tertekan banget." Evelia tertawa renyah menghampiri lemari tempat buku berada dan menarik salah satu buku dari lemari. Dengan cepat Evelia membuka pintu rahasia di kamar dan mendapatkan barang koleksi Ayidia.

"Gak tahu ah! Aku juga gak mau di sini! Kamu tahu 'kan? Aku gak bisa ngelakuin ini semua. Aku capek."

Luna menjatuhkan diri menutup matanya dengan pergelangan tangan melontarkan berbagai curahan hati. Sementara Evelia hanya mengangguk dan mengiyakan, sibuk melihat barang-barang di hadapannya yang sangat berguna. Terlebih barang-barang dari dunianya, dalam dunia ini ada sebuah celah dimensi tempat para manusia kapitalis menjual barang-barang yang keluar dari portal itu dalam pelelangan dalam harga yang sangat besar.

Sebenarnya banyak yang tidak tertarik, tapi setelah Ayudia Shaquille mendapatkan alarm dengan lirik lagu dangdut yang seperti kisah hidupnya. Dia menjadi terobsesi pada benda dunia lain dan benda itu menjadi incaran bangsawan lain.

"Aih, gila. Kenapa gak ada handphone sih?" rutuk Evelia sembari mengacak-acak barang di sana hingga menemukan barang yang sangat berguna. "Lun! Ada walkie-talkie! Baterainya juga ada! Omaigat, lengkap banget, mana walkie-talkie ada empat juga. Beuh, udahlah, ini kita lancar misinya."

Luna yang mendengarnya turun dari ranjang dan mendekat, dia ikut mengobrak-abrik ruangan rahasia tersebut yang memiliki segunung koleksi Ayudia. Banyak hal yang mereka butuhkan didapat. Hingga tepat perang hari, mereka selesai menemukan semua benda yang dibutuhkan.

Yakni, ada walkie-talkie empat, baterai, lentera elektronik dengan isi daya sinar matahari, tas ransel dua, cemilan ringan, micin (sebagai generasi micin ini diperlukan ), mie instan dua kardus ( goreng sama kuah, penting banget buat penyelamat kelaparan), alat kejut listrik, semprotan mata, alat tulis, dan lainnya.

Semuanya dibungkus dengan kardus lain yang diberi perekat sebelum berakhir menjadi delapan kotak. Bahkan sebagai penulis, mereka bingung karena banyak sekali barang yang dikoleksi Ayudia. Tapi amat disayangkan, dia hanya mengoleksi tanpa tahu kegunaannya.

TOS!

Keduanya tertawa mengelap keringat yang membanjiri tubuh, barang-barang semua sudah lengkap. Mereka tinggal bersih-bersih sebelum beranjak pergi ke istana dan melanjutkan misi untuk memata-matai pemeran utama wanita.

.

.

.

Evelia dan Luna keesokkannya sudah berada di depan toko dessert tempat pemeran utama wanita bekerja sebagai kasir. Mereka dengan topi lebar, kacamata hitam. Terduduk di sana sembari menyeruput jus buah. Dan jangan tanyakan di mana barang-barang kemarin, mereka sudah menaruhnya di istana, di kamar tamu Ayudia yang dijaga ketat.

Dan bagaimana dengan Evelia sebagai Calista yang kabur dari kereta? Ceritanya panjang. Singkatnya, keluarganya datang ke istana untuk berdebat yang diakhiri Evelia dibela oleh Luna sebagai kekasih Putra Mahkota untuk diijinkan tinggal di istana. 'Maafkan saya keluarga Calista. Saya pastikan anak kesayangan kalian akan kembali.' Evelia meminta maaf dalam hatinya pada keluarga Calista, walau jujur saja dia juga tidak merasa bersalah, toh dia bukan Calista yang asli.

"Ngomong-ngomong, apa rencana kamu buat si pemeran utama wanita menye-menye ini?"

"Belum ada ide. Kita pantau aja dulu. Tapi aku pikir kita laksanakan idenya minggu depan aja. Kita matangin dulu rencananya seminggu."

Baru saja mereka saling berbicara berbisik, pemeran utama sudah bertindak seperti perannya. Dia menjatuhkan coklat panas ke salah satu meja gadis bangsawan dan terjatuh di lantai, dengan tubuh gemetar sembari menahan tangis dia meminta maaf sebelum akhirnya kepalanya dibanjiri oleh kopi yang dimiliki teman si gadis.

"Sudah kubilang~ pemeran cewek ini menye-menye gak bakal pernah berubah."

"Yah, setuju."

Settingan mereka benar-benar berhasil membuat tokoh wanita lemah, alay, menye-menye ngeselin biar mudah dinistakan. "Padahal ini bukan passion dia. Dia jagonya cuman mikat cowok sama bikin baju. Biarin aja sengsara, hahaha. Paling-paling nanti dibantu cowok. Biasa."

Luna yang mendengarnya mengangguk, kata-kata sahabatnya benar. Setelah itu, pria dengan pakaian bangsawan datang membantu gadis itu berdiri, dia salah satu figuran yang hanya muncul dua kali untuk membantu pemeran utama wanita yang sedang dalam masalah. Hingga akhirnya pria itu yang membayar ganti rugi dan membuat gadis-gadis bangsawan itu beranjak pergi.

"Kannn," kata mereka berbarengan.

Keduanya sudah hapal betul adegan di mana nanti pemeran utama wanita hampir jatuh dan ditangkap oleh figuran tersebut yang terpesona dengan kecantikannya. "Peletnya kuat banget, bestie." Setelah melihat semua itu di depan mata. Mereka semakin yakin, ini adalah novel yang mereka ciptakan.

Bersambung...

05/04/2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top