1. Takdir Menyesatkan
Gadis dengan surai hitam pendek tengah berbaring di atas ranjang. Sinar mentari menyusuri tubuhnya dengan cahaya bias menghangatkan. Hembusan angin melambai-lambai membuat gorden bergerak pelan.
Suara erangan terdengar sebelum kedua matanya terbuka, menghadirkan iris biru laut yang menawan. Diiringi dengan gerakan mendudukkan diri dia memegangi kepala, lantas berdecak kesal. "Mimpi tadi malam aneh banget. Masa aku harus benerin cerita ancur buatan sendiri? Ngaco."
Gadis itu mulai membuka mata sembari mengerjab memperlihatkan sekeliling ruangan. Matanya yang masih terpejam sebelah langsung terbelalak lebar.
Loh? Loh? Loh?!
Di mana dia berada?
Ruangan dengan cat putih gading juga berbagai hiasan sederhana terbuat dari kaca berjejer sepanjang ruangan. Mulai dari lemari khusus kaca-kaca yang indah. Hiasan yang gemerlap anggun di jendela, juga kaca raksasa yang terdapat tepat di hadapan kasur.
Deskripsi ini... tempat ini....
Tidak. Mana mungkin. Masa dia masuk novel 'Endless Blashpemy'?
Netranya kini beralih pada cermin besar menampilkan penampilan salah satu figuran mayat. Figuran yang hanya dia tuliskan nama juga ciri-cirinya sekali karena karakter ini sudah mati bahkan sebelum cerita dimulai.
"Aahhh!"
Tidak mungkin. Dia menjadi Calista Mckinzy, yaitu salah satu tokoh figuran yang memiliki stempel satu-satunya teman pemeran utama pria. Dan mengapa dia bisa berteman dengan tokoh utama pria?
Pertama, itu karena sebelum terungkap pemeran utama pria adalah pangeran, dia sebelumnya hidup di bawah perwalian orang tua sang gadis, lebih tepatnya sang ayah yakni Duke Mckinzy sepupu jauh dari permaisuri. Dan tentang kenapa gadis ini bisa menjadi teman pemeran utama pria yang selalu sial, karena dia adalah gadis yang bodoh bahkan tidak bisa mengerti apa itu kesialan yang selalu melekat pada temannya itu. Ya, gadis yang sangat-sangat bodoh dan mati karena kesialan itu.
"Demi apa aku jadi si idiot, bodoh, gak punya otak!"
Evelia tidak tahu harus apa saat ini. Tiba-tiba otaknya berhenti bekerja dan tidak memiliki fungsi sama sekali.
"Nona muda! Apa ada yang terjadi?!" Seorang pelayan membuka pintu kamar tergesa lantas menghampiri gadis itu dengan khawatir. Tangannya menggenggam tangan sang nona yang mulai menangis.
Sial! Kenapa dia harus ada di novel ini?!
"Nona kenapa?"
"Huwaaa!"
Baiklah, mari kita menangis terlebih dahulu untuk meratapi nasib menyesatkan ini.
.
.
.
"Calista, apa kau baik-baik saja?"
Evelia-- yang kini menjadi Calista termenung dengan wajah sendu menatap keluarga Calista. Mereka semua tengah sarapan bersama, tampaknya keluarga ini khawatir melihat matanya yang sembap juga tangisan histeris tadi pagi.
"Aku tidak baik-baik saja Ibu," ucap Evelia kembali menjatuhkan kepala ke meja hendak menangis lagi. Jangan salahkan dia yang lemah. Karena pada dasarnya Evelia adalah orang yang pesimis, apalagi mengetahui masuk kedalam cerita yang tidak ada harapannya sama sekali. Bahkan ending cerita ini saja kiamat.
Benar. Kiamat.
Siapa juga yang waras bertahan hidup di dunia yang mau kiamat?!
"Sayang, kau kenapa? Tolong beritahu Ayah. Ayah akan membantumu."
Evelia mengangkat kepalanya melirik semua orang yang hadir, wajah mereka diliputi kekhawatiran. Tapi selain kepedulian ini yang membuat hatinya lega adalah satu. Yakni, mereka semua tampan dan cantik membuat matanya terberkati. Sebagai author sekaligus pecinta keindahan dia merasa bangga pada dirinya sendiri yang membuat semua tokoh di cerita ini memiliki paras yang lumayan. Ah~ indahnya~
"Ayah, ayah percaya gak sih kalau kita bakal dapat kesialan yang besar?"
Ayah Calista terdiam, lantas terbatuk untuk sesaat sebelum menjawab. "Apa sekarang kamu sudah tahu soal 'anak itu'?"
Evelia mengangguk, benar, ayahnya Calista pasti tahu betul akan kesialan yang dimiliki pemeran utama pria. Dan ini sungguh menyebalkan. "Jangan khawatir sayang. Setiap hari kita mendatangkan seorang ahli agama untuk mendoakan dia agar mengurangi kadar kesialannya. Kau juga tidak perlu terlalu dekat dengannya jika ingin terhindar dari kesialan."
Evelia ingin menangis lagi, kenapa tidak dibuang aja sih itu anak? Padahal Ayah Calista juga tahu kesialan yang dimiliki anak itu. Oh, benar. Ini adalah kesalahannya yang menulis skenario yang seperti itu. Ah~ dia akan mati. Matanya kini beralih pada pemuda yang sedari tadi makan dengan tenang. Oh, tampannya. "Kakak. Kakak hari ini bakal pergi?"
"Iya, Kakak sibuk."
Evelia menyeringai, baiklah. Tidak peduli dia akan mati mari menggila dan cosplay jadi buaya betina ngincar cogan sebelum memikirkan kenyataan yang menyakitkan. Di novel ini dipenuhi keindahan. Jadi dia harus menikmatinya. Kalian tidak tahu kan, seberapa ahli Evelia lari dari kenyataan?
"Ikut dong."
Kakak Calista, Alfie Mckinzy menaikkan sebelah alis mendengkus, tahu jika adik bodohnya hanya akan mengganggu. "Kau kan tidak tahu apa-apa. Nanti kau malah bosan di sana."
Iya, itu sih kalau si Calista. Tapi, ini Evelia abang ganteng. Namun, yang membuat gadis itu ingin pergi ke tempat kakaknya bekerja karena itu adalah tempat kantor hukum. Di mana cogan dari setiap jenis berkumpul. Hohoho, Evelia adalah author yang tahu segalanya~
"Ya, Abang. Gak papa, ya? Sekali... aja. Janji gak bakal aneh-aneh kok." Tapi, boong. Yang penting pergi dulu dan menggila nanti. Evelia-- menyeringai mesum di balik gelas yang diminumnya. Mendengar panggilan asing tersebut Alfie melirik heran sebelum akhirnya menepis kecurigaan dan mengangguk. "Ya, sudah. Kau siap-siap ya."
"Iya!"
Setelah mendapatkan persetujuan Evelia berlari menuju kamar untuk segera bersiap-siap. Langkah kakinya riang, mari kita cuci mata!
Bruk!
"Aw! Kalau punya mata tuh dipake!"
Evelia berseru kesal saat tubuhnya limbung dan ditubruk hingga terjatuh. Dengan segera dia bangkit dan menatap sengit orang yang menubruknya.
Loh?
"Ma-maaf kau tidak apa-apa?"
Si sial kenapa ada di sini?!
"Mundur sepuluh langkah. Jaga jarak satu meter! Cepet!"
Mendengar teriakkan Evelia yang panik buru-buru pria itu mundur hingga menyisakan jarak panjang di antara mereka.
Evelia adalah orang yang menuliskan karakter dan bagaimana kesialan si sial bisa menyebar. Karena itu, jika kamu memiliki status yang terikat dengannya maka kamu setidaknya harus ditimpa kesialan sekali dalam sehari. Atau kamu berada dalam jarak satu meter dalam waktu yang lama. Siap-siap saja kamu akan sial seharian tanpa terkecuali.
"Kau baik-baik saja, 'kan?"
Tidak, dia tidak baik-baik saja.
"Mulai sekarang kita musuhan. Pokoknya aku, kau, end."
Evelia buru-buru pergi sembari mengancam dengan tangan bergerak menggorok lehernya. Sebelum kesialan itu menyebar dan membuat hari ini akan menjadi bencana dia harus segera pergi.
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Tapi, berhati-hatilah!"
Pemeran utama itu bodoh atau bagaimana? Padahal dia jelas-jelas mengancamnya! Mengapa masih bersikap baik? Evelia bergidik ngeri memikirkan pemeran utama seperti itu. Segera saja setelah sampai kamar Evelia langsung menghembuskan napas mengambil gaun mulai bersiap.
Walau dia akan mati. Tetap saja menistakan tokohnya adalah yang utama! Apalagi tokoh utama yang bodoh dan sial. Tidak habis pikir mengapa mereka bisa bertemu.
Oh, ya, ngomong-ngomong ketika dia bertindak aneh sedari tadi tidak ada yang curiga di keluarga ini. Ini semua memang karena gadis ini yang bodoh layaknya orang idiot. Walau kesal ini memiliki keuntungan sendiri. Karena dia bisa melakukan apapun dengan bebas. Termasuk menjauhi pemeran utama yang sial.
Gadis itu sudah mengenakan gaun biru yang cantik dan langsung berlarian menghampiri kakaknya yang siap di depan kereta kuda. "Kakak!"
Alfie hanya bisa tersenyum menuntun adiknya masuk. Lantas setelahnya Alfie duduk tenang di samping Evelia ketika kereta mulai bergerak maju. Mari lupakan pemeran utama yang selalu sial. Sekarang kita akan pergi untuk cuci mata dengan cogan bertaburan.
.
.
.
"Kau diam. Jangan macam-macam. Aku akan kembali."
Setelah mengatakan itu Alfie pergi dari ruang kerja beralih menuju ruang rapat. Di sinilah sekarang Evelia berada, ruang kerja kakaknya. "Iya, Kakak." Gadis itu menarik napas panjang sebelum akhirnya menyelinap keluar-- dan apakah ini surga?
Cowok-cowok mulai dari tipe soft, bad, sad, cute, badass, sexy boy semuanya ada di sini! Jiwa buaya betina Evelia meronta-ronta. Haruskah dia membangun harem saja di dunia yang mau kiamat ini?
Entahlah. Sekarang Evelia hanya ingin menikmati keindahan ini. Dengan kesenangan meluap hingga pipi memerah dan kepala yang seakan-akan meledak penuh antusias dia mendekati salah satu pria tipe sexy yang tengah istirahat sembari memakan roti. Tangannya bergerak mengungkung pria itu yang bersandar pada tembok. Seringai muncul di bibir Evelia.
"Permisi, Kakak numpang tanya. Kok, saya lihat kakak yang paling beda dari yang lain ya?"
"Maaf, apa ya, yang berbeda?"
Evelia tertawa lembut menarik dagu cowok sexy tersenyum tipis. "Karena Kakak bersinar seperti mentari dan yang lain cuman awan penghias hari." Cowok yang mendengar perkataan Evelia pipinya bersemu merah. Ternyata pria dengan wajah sexy ini mudah digoda. Benar-benar langka. Ternyata jadi buaya betina gak buruk juga.
Bersambung...
02/04/2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top