SAFM - BAGIAN TIGA

Ziyan mengerjapkan mata ketika mendapati suasana kamar yang sudah gelap. Dia merenggangkan tubuhnya kemudian mengingat kembali sudah berapa lama tertidur. Kemudian matanya meneliti keadaan sekeliling. Ini bukan kamarnya. Dia menghela napas dan baru ingat kalau ini rumah Shakina, ibu tirinya.

Kemudian dia teringat kejadian tadi pagi ketika pertemuan pertamanya dengan Mika, kakak tirinya. Ziyan tersenyum, dia merasa sedikit keterlaluan. Tapi jangan salahkan dirinya yang bersikap seperti itu. Karena sebagian besar adalah salah Shakina dan Herman, ayahnya, yang tidak henti-hentinya menelepon untuk segera berangkat ke Jakarta pagi-pagi buta.

Mereka berdua tidak tahu kalau Ziyan baru pulang dari pemotretan pukul satu dini hari dan bisa memejamkan mata satu jam kemudian. Ziyan lelah. Dia butuh tidur tapi Shakina dan Herman seolah tidak peduli. Ziyan sendiri bukan anak yang suka membantah,apalagi itu adalah perintah langsung dari sang ayah.

Ziyan beranjak dari tempat tidur. Mengusap wajahnya. Berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Tak berapa lama dia keluar lagi. Kemudian berjalan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukan pemuda berumur dua puluh tahun itu.

***

Mika memasuki kamarnya untuk mengambil ponsel ketika mendapati Ziyan yang baru saja keluar dari kamar mandi miliknya. Dia terkejut karena laki-laki itu benar-benar tidak tahu sopan santun. Saudara tirinya itu hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya saja. Bulir-bulir air masih tersisa di dada bidangnya. Rambutnya pun masih basah.

Mika harus menelan ludah ketika melihat bagian atas tubuh Ziyan yang sangat menggoda. Bahu kokoh dengan dada yang bidang serta perut berbentuk kotak-kotak, terlihat seperti seorang model yang rajin menjaga tubuhnya agar tetap menarik. Mungkin pemuda di depannya ini rajin berolahraga hingga mendapatkan bentuk tubuh seindah itu. Andaikan dia kaum hawa pasti sudah mengeluarkan air liur. Pemandangan yang begitu indah dan menggiurkan.

Mika tak berkedip hingga suara Ziyan membuyarkan lamunannya.

"Tubuhku memang indah dan menggoda," goda Ziyan, melihat Mika tak berkedip menatap dada bidangnya.

Mika buru-buru membuang wajahnya. Tetapi dia menatap kembali wajah Ziyan. Mika memutar bola matanya.

"Apa yang kau lakukan di kamar mandiku?" tanya Mika dengan nada tidak suka.

"Tidur!"

"Tentu saja mandi," lanjut Ziyan.

"Bukankah, di kamarmu sendiri sudah ada kamar mandi, untuk apa kamu mandi di sini!" Mika benar-benar kesal dibuatnya. Laki-laki ini sungguh tidak tahu aturan. Bagaimana dia bisa seenaknya sendiri di dalam rumahnya.

"Kamar mandinya kosong," ujar Ziyan malas.

"Maksudmu?" Mika sedikit tidak mengerti.

"Maksudku, tidak ada sabun dan peralatan mandi lainnya di sana," jelas Ziyan.

"Kenapa kau tidak bilang, aku bisa memberikannya untukmu." Mika sudah sangat jengah dengan sikap Ziyan yang seenaknya sendiri.

"Lama." Ziyan masih saja menjawab dengan santai.

"Dan apa-apaan itu, kau juga memakai handukku." Mika menunjuk handuk yang sedang dipakai Ziyan.

Ziyan menatap handuk yang sedang dipakainya.

"Kalau kau tidak suka, aku bisa melepaskannya sekarang juga." Ziyan akan membuka handuknya.

"Tidak... Tidak perlu." Mika buru-buru menyela dan membuang wajahnya.

Ziyan mendekati Mika yang memejamkan matanya. "Kenapa kau gugup sekali? Kita kan sama-sama laki-laki." Ziyan terkikik kemudian meninggalkan Mika sendiri dalam kamarnya.

Mika membuang napas. "Dasar gila!"

***

Dua puluh menit kemudian Ziyan turun dari atas menuju ruang makan. Perutnya sudah sangat lapar. Seharian tidur membuatnya lupa untuk makan.

Saat Ziyan sampai di ruang makan. Dia melihat Mika sedang menyiapkan makanan. Sepiring nasi goreng dengan potongan sosis dan telur mata sapi di atasnya. Menu sederhana Mika karena persediaan bahan makanan habis. Kelihatan begitu menggiurkan. Tak sadar Ziyan menelan ludah bersamaan dengan perutnya yang mengeluarkan bunyi.

Tanpa permisi Ziyan memindahkan piring nasi tersebut ke hadapannya dan duduk di salah satu kursi  ruangan tersebut. Mika yang sedang mengambil minuman terkejut melihat nasi goreng buatannya kini telah pindah masuk ke dalam mulut pemuda jangkung itu.

"Hei! Kau pikir aku masak itu untukmu." Kesal Mika menaruh gelas minumnya dengan keras hingga tumpah di atas meja.

"Aku lapar," balas Ziyan tak acuh dengan masih mengunyah nasi goreng tersebut.

"Kau itu benar-benar manusia tidak punya sopan santun." Amarah Mika meledak.

"Berisik. Biarkan aku selesai makan dan kau bisa mengomel setelahnya." Ziyan menunjuk wajah Mika dengan sendok nasi gorengnya.

Mika memasang wajah kesal. Dia pun meninggalkan ruang makan tersebut. Nafsu makannya tiba-tiba hilang begitu saja. Dia berjalan menuju kamarnya, membiarkan manusia bar-bar tersebut menghabiskan jatah makan malamnya.

Mika duduk di atas ranjang, lalu berpikir. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa ibunya menyuruh manusia bar-bar tersebut untuk tinggal dengan dirinya. Baru sehari dia tinggal di rumahnya, Mika sudah seperti berada di dalam neraka saja.

Satu jam kemudian Mika turun ke bawah untuk mengambil air minum. Dia mendengar suara televisi dan melihat Ziyan sedang duduk manis di sana sambil menonton siaran berita.

Cih... Mika berdecak.

Sebelum Mika benar-benar mengambil air minum dia kembali lagi dan menuju pemuda yang terlihat sedang menatap benda persegi panjang berukuran lima puluh in tersebut.

"Bisakah kau mencuci piringmu sendiri setelah makan?" ucap Mika yang sudah tidak bisa bersabar lagi.

Ziyan menghela napas. "Kau sangat berisik."

"Apa? Kau bilang aku berisik." Mika semakin kesal lalu dengan cepat merebut remote televisi kemudian mematikannya.

"Kau tinggal di rumahku, mandi di kamar mandiku, memakai handukku lalu baru saja kau makan jatah makan malamku, dan kau bilang aku berisik." Mika menatap Ziyan marah. 

Sedangkan pemuda itu tampak tak acuh menanggapi ucapan Mika.

"Sekarang kau keluar dari rumah ini!" tegas Mika yang sudah benar-benar marah sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

"Kau mengusirku hanya gara-gara aku tidak mencuci piring?" tanya Ziyan yang kini telah berdiri di depan Mika.

"Ini rumahku dan aku berhak untuk mengusir siapa pun yang mengusik ketenanganku." Mika membalas dengan sinis. Dia tidak mau mengalah dengan pemuda bar-bar di hadapannya ini.

Ziyan tersenyum sinis. "Walaupun kau mengusir dan menyeretku untuk keluar dari rumah ini. Aku tidak akan meninggalkan rumah ini sampai kapan pun!" tegas Ziyan menatap lekat-lekat manik hitam Mika.

Ziyan benar-benar telah mengobarkan api peperangan dalam rumah itu. Mika pun tidak akan pernah mau mengalah.

"Baiklah, jika itu maumu. Terserah kau mau apa di rumah ini." Mika membanting remote ke atas sofa.   

"A k u t i d a k p e d u l i."
Nada suara Mika penuh dengan penekanan. Rasanya tidak berguna jika dia harus berdebat dengan pemuda itu saat ini. Buang-buang tenaga saja.

Mika beranjak dari hadapan Ziyan. Menuju ruang makan dan mengambil piring kotor bekas nasi goreng yang baru saja dimakan oleh Ziyan. Alasan sebenarnya, Mika benci kotor. Benci berantakan. Saat tadi dia melihat bekas piring nasi goreng yang masih berada di atas meja makan, dia kesal.

Tak berapa lama Mika kembali dan akan menuju kamar ketika suara Ziyan menghentikan langkahnya.

"Kau sudah mirip gadis yang merajuk jika sedang marah-marah seperti tadi," goda Ziyan.

Mika memejamkan mata. Menggigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan Ziyan. Dia berjalan lagi meninggalkan Ziyan yang masih menonton televisi.

"Kau tahu... Kau sungguh manis jika seperti itu," teriak Ziyan yang masih bisa didengar oleh Mika.

Pemuda bersurai pendek tersebut tersenyum sendiri. Ada rasa senang ketika menggoda kakak tirinya tersebut. Ziyan seperti mendapatkan mainan baru.

****

Ps; Semakin tidak jelas maunya author ini apa wkwkkwk 😂

Entahlah, yang masih sudi untuk membaca silakan..

Vea Aprilia 😍

Ta,  2 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top