SAFM - BAGIAN SEPULUH
Mika sampai rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia cukup lelah malam ini. Biasa hari minggu, pengunjung kafe akan membeludak. Tapi juga menjadi keuntungan untuk Mika karena biasanya akan mendapatkan tips lebih.
Dia bergegas masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti di ruang televisi ketika hendak ke dapur. Mika masih bisa melihat televisi yang dibiarkan menyala. Kakinya mendekat, dia melihat Ziyan tertidur di atas sofa.
Mika menghela napas. Meraih remote dan mematikan televisi. Dia bergegas naik ke atas. Tak berapa lama kembali dengan membawa selimut. Lalu dengan hati-hati menyelimuti tubuh Ziyan. Mika dapat melihat pemuda tersebut menggeliat tidak nyaman. Karena gerakan Mika yang menyelimuti tubuhnya.
Dia tersenyum. Entah apa arti senyuman tersebut. Namun, ada rasa hangat ketika melihat Ziyan tidur seperti itu.
****
Suara berisik dari arah dapur membuat Ziyan mau tak mau membuka matanya. Menggeliat sebentar. Menguap kemudian bangun dari sofa. Baru menyadari jika semalam dia tertidur di sofa saat menonton televisi.
Ziyan terdiam sejenak. Memegang selimut yang berada di atas tubuhnya. Seingatnya, dia tidur tidak memakai selimut. Apakah selimut itu bisa berjalan sendiri? Atau ada hantu yang kasihan melihatnya kedinginan sehingga memberikan selimut padanya.
Ah, tidak masalah, yang pasti dia merasa hangat tadi malam.
Ziyan mengucek mata, kemudian berjalan menuju dapur. Dia melihat Mika yang tengah sibuk memasak nasi goreng.
"Selamat pagi," ucap Ziyan dengan seringai jahil.
Mika tidak membalas dan masih terus sibuk mengaduk nasi gorengnya.
"Kau masak apa? " tanya Ziyan sedikit menundukkan wajahnya. "Baunya harum."
Mika melirik sebentar. Lirikan yang mampu menembus tembok jika dalam film aksi. Dia beralih kembali pada masakannya. Mematikan kompor. Tangan mungilnya mengambil dua buah piring dan dengan cekatan menaruh nasi goreng yang telah matang ke atas piring.
Menghiasnya dengan telur mata sapi dan potongan sosis. Cantik.
Mika segera membawa kedua piring tersebut ke meja makan.
"Cuci mukamu lebih dulu, lalu sarapan," ucapnya setelah selesai menaruh piring yang berisi nasi goreng di atas meja.
Ziyan buru-buru pergi ke kamar mandi. Mika hanya bisa menghela napas dan menggeleng saat melihat kelakuan saudara tirinya tersebut. Secepat kilat Ziyan sudah duduk di salah satu kursi ruang makan.
Dia sekarang sedang sibuk memindahkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Pelan-pelan saja." Mika menggeleng.
Ziyan tidak menghiraukannya dan masih sibuk mengunyah nasi goreng.
Mika melihat Ziyan makan dengan lahap. Seperti tidak pernah makan selama satu minggu.
"Kau kelaparan atau doyan," celetuk Mika.
"Doyan," balas Ziyan santai.
Ziyan memelankan kunyahannya. Dia berpikir kenapa Mika menjadi baik hari ini? Bukankah kemarin dia marah-marah seperti gadis yang sedang PMS.
"Kau baik-baik saja 'kan?" tanya Ziyan memperhatikan Mika.
"Aku?" tanya Mika menunjuk dirinya sendiri.
"Iya."
"Aku kenapa?" Mika bingung.
"Lupakan."
Ziyan kembali mengunyah nasi gorengnya dan dalam sekejap telah tandas.
"Lebih baik kau ubah sikapmu, jika masih ingin tinggal di rumah ini."
Ziyan hampir saja tersedak saat Mika berbicara seperti itu.
"Maksudmu?"
"Ubah kebiasaan burukmu itu."
"Yang mana?"
"Jangan berlagak bodoh, kau tahu apa yang aku bicarakan."
"Aku benar-benar tidak paham."
"Kau tampan tapi juga bodoh."
"Terima kasih."
Ziyan menganggap perkataan Mika adalah pujian.
Ziyan melirik Mika. Pemuda berponi tersebut memang susah ditebak. Dalam sekejap dia bisa baik, sedetik kemudian menjadi sangat menakutkan.
"Jika kau tidak bisa mengubah kebiasaan burukmu, maka ini adalah sarapan terakhir yang kubuat untukmu."
Ziyan menegak air liurnya susah payah. WTH. Perutnya menjadi campur aduk. Rasanya dia ingin memutahkan nasi goreng yang baru saja ditelannya.
"Sebenarnya, apa maksudmu? Kebiasaan buruk yang mana?"
Astaga. Bunuh saja Mika saat ini, atau buang saja pemuda berambut cepak tersebut ke hutan Amazon. Sungguh Mika harus benar-benar bersabar.
"Maksudku adalah, seperti setelah makan kau bisa mencuci piringmu sendiri atau jika kau tidak bisa, maka buang saja piring tersebut," ucap Mika geram.
Ziyan berpikir sejenak. Kalimat Mika sedikit membingungkan. Entah kenapa dia jadi sedikit lambat untuk mencerna perkataan Mika.
Mika beranjak sambil membawa piring kotornya sendiri ke tempat cucian piring. Ziyan mengikutinya dari belakang.
Praaang
Mika terlonjak mendengar benda jatuh di sebelahnya. Dia melihat ke bawah.
WTH
Dosakah jika dia memenggal kepala Ziyan saat ini juga? Mika benar-benar geram dibuatnya.
"Apa yang kau lakukan?" Mika bertanya setengah berteriak.
"Seperti katamu, jika aku tidak bisa mencuci piring maka buang saja ke tempat sampah."
Mika meremas tangannya sendiri. Giginya bergelematuk menahan emosi. Apakah saudara tirinya memang bodoh atau hanya sekadar pura-pura. Ingin rasanya dia mencekik leher pemuda di hadapannya itu saat ini juga dan membuang mayatnya ke laut untuk makanan ikan paus.
"Kau benar-benar manusia bar-bar yang idiot."
"Siapa yang manusia bar-bar?" Ziyan sedikit tidak suka dengan sebutan yang diberikan Mika.
"Kau... MANUSIA BAR-BAR!"
Mika tidak jadi mencuci piringnya. Dia pergi meninggalkan Ziyan begitu saja. Sedangkan Ziyan masih mematung di tempatnya.
"Apakah dia sedang PMS?" Ziyan bergumam sendiri.
****
"Apa yang kau lakukan?" tanya Mika yang melihat Ziyan sedang mondar-mandir di depan mesin cuci baju.
Ziyan menoleh kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku ingin mencuci baju," jawabnya polos.
"Lalu?" Mika mengerutkan keningnya.
"Aku tidak tahu caranya," ucap Ziyan sambil cengengesan.
Mika menepuk keningnya.
Astaga.
"Katakan sekali lagi."
"Aku tidak tahu cara menggunakannya," Ziyan mengerjapkan matanya. Kemudian menggaruk kepalanya.
Mika geram sekaligus gemas. Dia kemudian tertawa.
"Apa ada yang lucu?" raut wajah Ziyan berubah kecut.
"Kau." Mika masih tertawa sambil memegangi perutnya.
"Aku? Kau pikir aku badut." Ziyan sedikit kesal karena Mika terus saja menertawakannya.
"Kau mau mengajari tidak?" tanya Ziyan dengan wajah ditekuk.
"Baiklah-baiklah," ucap Mika dengan sisa-sisa tawa dibibirnya.
Mika berdehem kemudian menarik napas. Tapi tetap saja dia masih tersenyum.
"Berhenti mengejekku." Ziyan memberikan sorotan mematikan.
Mika lalu diam, mencoba fokus pada mesin cuci di depannya. Dia berdehem untuk menormalkan kembali suaranya.
"Pertama, pisahkan baju putih dan berwarna."
Ziyan mengangkat keranjang pakaian kotornya kemudian mulai memisahkan beberapa baju.
"Sudah."
"Lalu, colokkan kabel, tekan tombol power untuk menghidupkan mesin. Masukkan deterjen ke dalam wadah deterjen."
Ziyan menyimak penjelasan yang diberikan Mika. Matanya fokus pada apa yang diperagakan Mika. Dengan cekatan Mika memasukkan deterjen ke wadahnya.
"Lalu, atur jenis pakaian, waktu dan juga kapasitas air, karena ini sudah diatur secara otomatis, maka kau cukup menekan tombol kapasitas air saja karena pakaian yang kita cuci tidak sama jumlahnya setiap harinya."
Ziyan manggut-manggut mendengar penjelasan Mika.
"Setelah selesai tekan tombol start untuk memulai mencuci."
"Bajunya kapan dimasukkan?" tanya Ziyan.
"Pertanyaan yang bagus. Bajunya dimasukkan setelah air sudah terisi kira-kira seperempat atau setengah."
Ziyan manggut-manggut dan tersenyum.
"Kau paham?" tanya Mika memastikan. Dia tidak mau kalau penjelasannya akan menguar sia-sia.
"Paham." Ziyan mengangguk.
"Baiklah sekarang kau bisa mencobanya."
Ziyan mulai mempraktekkan apa yang baru saja didengarnya. Ini adalah pengalaman pertama mencuci bajunya sendiri. Di rumah dia terbiasa dengan asisten rumah tangga yang sudah mencuci bajunya dan membersihkan kamarnya. Jadi Ziyan tidak perlu repot-repot mengerjakannya sendiri.
"Apakah aku berhasil?" tanya Ziyan yang telah melakukan semua yang dikatakan oleh Mika.
"Pekerjaan yang bagus." Mika tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Ziyan.
Ziyan tersenyum bahagia sekaligus bangga.
"Tapi, ngomong-ngomong kenapa tiba-tiba kau ingin belajar mencuci baju?"
****
Ps; Semakin hari semakin gaje ceritanya dan saya masa bodoh 😂😂😂
Niat saya yang penting lulus, soal edit belakangan kalau gak lupa wkwkkwk...
Happy reading
Vea Aprilia 😍
Ta, Senin 08 Mey 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top