SAFM - BAGIAN SEMBILAN
Pagi yang cerah. Ziyan bangun dengan wajah bahagia. Semenjak makan malam dua hari yang lalu, hubungannya dengan Mika berangsur membaik. Bahkan pagi harinya, Mika juga menyiapkan sarapan untuknya. Sepertinya mereka memang cocok untuk menjadi pasangan suami istri.
Ziyan terkikik sendiri membayangkan hal tersebut. Dia mungkin sudah gila gara-gara Mika. Namun, dia sekarang lebih hati-hati dalam bicara maupun bertindak. Pemuda berambut cepak tersebut, tidak mau hubungannya memburuk gara-gara kelakuannya.
"Ziyaaan!" teriak Mika, membuat Ziyan yang sedang meminum air tersedak.
Mika kini sedang berjalan ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Ziyan sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.
"Kau pikir aku ini pembantu!"
Ziyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Pembantu? Dia tidak mengerti. Bukankah Mika itu saudara tirinya?
"Maksudmu?"
Mika menyeret tangan Ziyan naik ke lantai atas. Ziyan pun hanya pasrah mengikuti langkah Mika. Mereka sampai di depan kamar Ziyan.
Mika membuka pintu kamar tersebut. Dia menyeret Ziyan masuk, kemudian pemuda yang lebih putih tersebut menatap adik tirinya dengan tatapan horor.
"Ada apa?" tanya Ziyan masih tidak mengerti.
"Ada apa? Kau masih bertanya ada apa?" Mika mengerutkan keningnya. Dia benar-benar kesal saat ini.
"Iya... Ada apa?" Ziyan semakin bingung.
"Kau, lihatlah!" Mika menunjuk selimut yang tidak terlipat bahkan sebagian berada di lantai. Baju dan handuk berada di atas ranjang. Kemudian ada beberapa baju yang berserakan di atas lantai. Mika tidak tahu apakah itu bersih atau kotor. Suasana kamar Ziyan sudah seperti kapal Titanic yang terbelah.
"Kau lihat ini apakah mirip kamar?" tanya Mika dengan mimik wajah kesal.
Ziyan menggaruk tengkuknya. Dia tersenyum canggung. Pemuda itu tidak menyangka bahwa Mika akan masuk ke dalam kamarnya.
"Berapa umurmu?" tanya Mika.
Ziyan mengerutkan keningnya. Kenapa dia tiba-tiba bertanya soal umur, setelah marah-marah dengan keadaan kamarnya? Bukankah mereka seumuran. Seingatnya, Shakina bilang begitu.
"Dua puluh," jawabnya polos.
"Dua puluh tahun, tapi kamarmu sudah mirip dengan anak umur lima tahun." Suara Mika sungguh memekakkan telinga saat sedang mengamuk.
Ziyan menatap Mika tak percaya. Ternyata dia ingin membandingkan umurnya saja.
"Lalu?" Ziyan seperti tidak bersalah ketika bertanya seperti itu.
"Lalu, katamu?" Mika benar-benar harus bersabar menghadapi Ziyan. Dia memejamkan mata kemudian menarik napas panjang.
"Apa kau tidak bisa membersihkan kamarmu sendiri?" tanya Mika.
"Oh, jadi kau menyuruhku untuk membersihkan kamar. Kenapa tidak langsung bicara saja tidak perlu berputar-putar seperti tadi."
Ziyan berjalan kemudian memunguti pakaiannya yang berserakan di atas lantai. Pemuda itu benar-benar menguji kesabaran Mika. Dengan santai Ziyan membuang pakainnya di dalam keranjang. Lalu membawa keranjang tersebut keluar dari kamar mandi.
Mika hampir sesak napas melihat segunung pakaian di dalam keranjang tersebut. Bahkan terlihat kalau keranjang itu begitu sesak.
"Sudah berapa lama kau tidak mencucinya?" Mika bertanya dengan pandangan terkejut.
Ziyan terdiam mencoba mengingat-ingat. "Mungkin sejak aku pindah ke rumah ini," ucapnya polos.
"Astaga!" Mika menepuk keningnya.
Demi Tuhan, pantas saja Mika tidak pernah melihat baju Ziyan dijemur di belakang. Dia pikir Ziyan membawa pakaian kotornya ke tempat cuci. Ternyata....
"Memang ada yang salah?" Ziyan masih berani bertanya, seolah itu bukan masalah yang besar.
"Jadi apa yang kau lakukan selama dua minggu ini?"
"Yang aku lakukan? Ya, kuliah, kerja dan pulang ke rumah ini," jawabnya santai.
Mika merasa kalau tidak ada gunanya bicara pada pemuda di hadapannya ini. Dia jadi berpikir Ziyan itu bodoh atau pura-pura bodoh, tidak mengerti arah pembicaraannya.
"Terserah kau saja." Mika berbalik, meninggalkan Ziyan yang masih merasa bingung.
Mika meneguk habis air dingin yang baru saja diambilnya dari lemari es. Kepalanya terasa berasap ketika menghadapi Ziyan. Baru saja dia akan memperbaiki sikapnya tapi ternyata adik tirinya tersebut tetaplah manusia bar-bar. Bukan cuma tidak punya sopan santun tapi juga seorang yang jorok dan pemalas.
Bayangkan saja selama dua minggu dia tidak pernah mencuci bajunya. Apa dia tidak merasa bau ketika banyak pakaian kotor di dalam kamar mandi? Mika masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ternyata manusia bar-bar tetap saja manusia bar-bar.
Mika menepuk keningnya. Menarik napas panjang lalu membuangnya kasar. Bagaimana bisa dia mempunyai saudara tiri dengan kebiasaan buruk seperti Ziyan?
Ziyan turun dengan terburu-buru sambil membawa keranjang baju dan apa itu, dia sedang menelepon.
Pemuda jangkung tersebut melewati Mika dan langsung menuju ke belakang. Tak berapa lama dia sudah kembali lagi tanpa keranjang baju kotor.
"Baiklah-baiklah."
Hanya kalimat tersebut yang berhasil Mika dengar sebelum adik tirinya tersebut menghilang dari dalam rumahnya.
Mika bergegas ke belakang. Matanya membulat ketika melihat keranjang berisi segunung baju kotor berada tepat di sebelah mesin cuci. Apa-apaan ini, siapa yang akan mencucinya? Mika menarik napas kemudian membuangnya kasar.
Pemuda berponi tersebut benci keadaan kotor. Dia terbiasa bersih-bersih. Jadi ketika tadi pagi dia berniat membangunkan Ziyan untuk mengajaknya sarapan, Mika terkejut mendapati kamar saudara tirinya seperti kapal pecah. Selama dua minggu mereka tinggal bersama baru pagi tadi Mika masuk ke dalam kamar itu.
Ya, karena hubungan mereka yang tidak terlalu akur. Dan juga Mika yang tidak suka mencampuri urusan orang lain apalagi menyangkut Ziyan.
Mika menghela napas sebelum mengambil keranjang baju kotor tersebut dan memasukkan ke dalam mesin cuci, menaruh deterjen kemudian menekan tombol start.
****
Ziyan kembali sore harinya. Dia mendapati rumah dalam keadaan sepi. Hari ini minggu, mungkinkah Mika pergi jalan-jalan?
Dia lalu ingat kejadian tadi pagi saat Mika marah-marah soal kamarnya. Ziyan belum sempat membersihkannya, karena dia mendapatkan telepon dari sang manajer bahwa dirinya telah terlambat untuk pemotretan.
Selain kuliah Ziyan juga menjadi model majalah. Jadi dia mempunyai uang tambahan sendiri. Sama seperti Mika yang akan pergi ke kafe untuk bermain gitar dan bernyanyi.
"Kau akan pergi?" tanya Ziyan ketika Mika turun dari lantai atas dengan gitarnya.
"Sebaiknya kau ingat, cukup hari ini aku mencuci pakaianmu dan membersihkan kamarmu. Dan... Jika kau masih ingin tinggal di rumah ini sebaiknya segera hilangkan kebiasaan jorokmu itu. Kalau tidak, aku tidak akan segan untuk menendangmu keluar dari rumah ini."
Mika mengancam Ziyan, kemudian pergi meninggalkan pemuda tersebut yang masih terkejut dengan ucapan kakak tirinya.
Ziyan tersenyum. Kakak tirinya itu sudah seperti ibu-ibu yang mengomel pada anaknya.
"Mencuci baju dan membersihkan kamar?" Ziyan bergumam sendiri.
Dia bergegas menuju lantai atas. Membuka kamarnya, dan.... Kamarnya sudah bersih dan sangat rapi bahkan sprainya juga diganti. Dia tidak menyangka kalau Mika akan melakukan semua ini untuknya. Kemudian dia turun lagi langsung berjalan menuju tempat cuci baju. Dan sekali lagi.... Bajunya telah dicuci bersih dan dilipat rapi dan ditaruh di atas keranjang.
Ziyan tersenyum bahagia. Sangat bahagia hingga lesung pipinya tercetak jelas di wajahnya. Ziyan segera mengambil keranjang tersebut untuk dibawa ke lantai atas.
Jadi begini rasanya mempunyai saudara yang perhatian. Ziyan masih tersenyum bahagia.
"Tapi dia lebih mirip seperti istriku saja." Ziyan terkikik sambil bergumam sendiri.
****
Ps; Sepertinya ada yang salah di part ini 😂😂😂
Happy reading
Vea Aprilia
Ta, 08 May 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top