SAFM - BAGIAN LIMA

Rumah dalam keadaan sepi ketika Ziyan sampai setelah berdesakan di dalam bus. Dia berpikir kemana perginya kakak tirinya yang cantik itu. Mungkin sedang tidur karena Ziyan sempat melihat mobil Pajero putih terparkir cantik di garasi. Dia yakin kalau pemuda cantik itu sedang tidur.

Ziyan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman. Cuaca Jakarta sungguh tidak bersahabat. Sebentar hujan, sebentar panas. Ditambah dia tadi yang berdesakan di dalam bus membuat Ziyan kegerahan juga tenggorokannya terasa kering.

Langkahnya terhenti ketika melihat kakak cantiknya sedang tertidur di sofa dengan kepala berada di sandaran sofa, membuat wajah cantiknya terlihat jelas. Ziyan yakin jika pemuda itu tertidur ketika sedang menonton televisi. Terbukti dengan televisi yang masih menyala.

Ziyan berjalan pelan, takut kalau suara langkahnya terdengar oleh Mika dan dapat membangunkan pemuda berponi tersebut. Dia memandangi wajah Mika. Kulitnya seputih susu. Wajahnya halus tidak ada bekas jerawat di sana. Mungkinkah Mika sering melakukan perawatan wajah seperti dirinya?  Ziyan menggeleng, mencoba mengeyahkan pikirannya yang aneh. Matanya kembali menelusuri wajah teduh Mika. Hidungnya yang mancung. Bibirnya tipis dan berwarna merah muda.

Tiba-tiba ada gelenyar aneh yang melanda dada Ziyan. Dia berusaha menelan air liurnya sendiri. Tangannya terulur ingin menyentuh kulit mulus Mika tapi segera dia tepis keinginannya tersebut.

Ziyan mengusap rambutnya asal. Memejamkan mata. Dia sepertinya mulai berpikir yang tidak-tidak. Dia beranjak untuk melanjutkan rencananya ke dapur. Memandangi wajah Mika yang sedang tertidur dengan damai, semakin membuat tenggorokannya terasa kering. Namun, sebelum dia beranjak, matanya melihat kunci mobil Mika tergeletak di atas meja. Ziyan kemudian mempunyai rencana. Dia menyeringai sebelum mengambil kunci tersebut dengan hati-hati.

****

Mika terbangun karena merasa haus. Dengan mata yang setengah terpejam dia berjalan menuju dapur. Membuka lemari es mengambil air dingin kemudian menuangkan ke dalam gelas. Mika langsung meneguknya hingga tandas.

Pemuda berponi tersebut membuka lebar matanya. Dia melihat sekeliling. Sepi. Dia memastikan sekali lagi. Benar-benar sepi. Apakah Ziyan belum pulang dari kampus? Mika bermonolog dalam hati. Ah, bukan urusannya. Dia merasa akan lebih baik jika manusia bar-bar itu tidak kembali ke rumahnya untuk selamanya.

Setelah mengembalikan air dingin ke dalam lemari es. Dia kembali melangkah menuju ruang santai. Mematikan televisi. Melihat jam dinding. Sudah pukul lima sore. Tanpa terasa dia sudah tertidur tiga jam di sofa.

Tak ada yang aneh. Namun, rasanya ada sesuatu yang dia lupakan. Entahlah yang pasti Mika merasa ada yang janggal. Dia menggeleng. Melanjutkan langkah menuju kamarnya. Mika ingin mandi kemudian memasak makan malam. Tetapi, baru dua langkah Mika berbalik. Menyadari sesuatu yang raib dari atas meja ruang televisi. Kunci mobilnya. Mika segera berlari menuju garasi dan benar saja, Pajero kesayangannya tidak ada di tempat.

"Sial!"

Dia segera kembali ke dalam rumah. Mengambil ponselnya dan menelepon Shakina. Dia akan meminta nomer kontak Ziyan pada ibunya. Setelah tersambung Mika langsung bicara tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Tenang Mika," Shakina mencoba menenangkan Mika.

"Ma, cepat kirim nomer ponsel Ziyan. Ini penting Ma," desak Mika tidak sabar.

"Baiklah-baiklah, kalian tidak sedang bertengkar 'kan?" tanya Shakina menyelidik.

Mika menghela napas. "Tidak, Ma."

Mika menghindari perdebatan dengan ibunya. Dia berbohong. Kalau kemarin Mika ingin protes kepada ibunya tentang kelakuan Ziyan. Namun, sekarang yang lebih penting adalah Pajero kesayangannya harus segera kembali ke rumah. Mika yakin tidak ada maling di rumahnya. Tetapi manusia bar-bar itu yang telah membawa kabur mobilnya.

Setelah sambungan telepon dengan ibunya terputus. Ada notifikasi pesan masuk. Mika segera membuka dan membacanya. Dengan gerakan cepat dia langsung menghubungi nomer kontak yang baru saja diberikan oleh ibunya.

Beberapa detik kemudian teleponnya diangkat dan Mika langsung bisa mengenali suara bariton di seberang sana.

"Kembalikan mobilku!"  teriak Mika tanpa basa-basi lagi.

Ziyan menjauhkan ponselnya sebentar gara-gara teriakan Mika. "Ini siapa?" tanya Ziyan berpura-pura tidak mengenal suara Mika.

"Jangan pura-pura. Cepat kembalikan mobilku."

"Pekerjaanku akan selesai pukul delapan malam dan aku pastikan satu jam kemudian mobil kesayanganmu akan terparkir indah di dalam garasi."

Klik

Sambungan terputus. Bahkan Mika belum sempat mengucapkan kalimat selanjutnya, tetapi manusia bar-bar tersebut telah mematikan teleponnya. Mika tidak terima. Dia mencoba menghubungi lagi, tetapi hanya sambungan operator yang menjawab.

"Sialan!"

Mika menggenggam erat ponselnya. Benar-benar manusia yang tidak tahu diri. Seenaknya saja. Mika menggerutu sendiri dalam hati. Dia sangat marah.

***

Tepat pukul sembilan malam mobil Pajero putih telah terparkir cantik di garasi rumah Mika. Ziyan benar-benar menepati janjinya. Dia kemudian masuk ke dalam rumah. Namun, dia terkejut karena mendapati rumah dalam keadaan gelap dan sepi. Kemana perginya kakak cantiknya itu?

Dia kemudian merogoh ponselnya. Dan ternyata Ziyan lupa menyalakan ponselnya setelah Mika meneleponnya tadi. Beberapa saat kemudian,  Ziyan mendapati puluhan notifikasi telepon dan pesan yang masuk. Salah satunya dari Mika. Pemuda berponi itu telah menghubunginya sebanyak sepuluh kali kemudian mengirimkan pesan yang keseluruhannya meminta agar Ziyan segera mengembalikan mobilnya.

Ziyan tersenyum. Kakaknya itu benar-benar tidak rela dia meminjam mobilnya sebentar saja.

Jari Ziyan dengan cepat menekan tombol call. Dia sekarang sedang mencoba menghubungi Mika. Dari keadaan rumah yang sepi Ziyan dapat menyimpulkan kalau pemuda berponi tersebut sedang tidak ada di rumah.

Sambungan teleponnya diangkat.

"Satu jam lagi pekerjaanku selesai. Aku harap kau datang ke sini membawa mobilku."

Belum sempat Ziyan berbicara Mika telah mematikan teleponnya. Tak berapa lama ada notifikasi pesan masuk dan itu dari Mika. Ternyata Mika mengirimkan sebuah alamat kepadanya.

Sebenarnya Ziyan cukup lelah hari ini tapi demi Mika, dia akan pergi ke alamat tersebut.

"Jadi kau bermain gitar dan menyanyi di kafe?" tanya Ziyan setelah tahu pekerjaan Mika.

"Ya."

Mika menjawabnya dengan singkat. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang. Ziyan yang mengemudikan mobil sedangkan Mika duduk di sampingnya dengan wajah ditekuk. Ya, benar saja Ziyan baru saja menjemput Mika dari sebuah kafe yang ternyata adalah tempat kerja kakak cantiknya tersebut.

"Wow, itu keren banget."

"Bisakah kau fokus menyetir saja?" Mika sedang malas untuk menanggapi ucapan Ziyan apalagi jika berujung dengan perdebatan.

Suasana pun menjadi hening. Ziyan melirik ke arah Mika. Kakaknya terlihat sedang memejamkan mata. Entah sejak kapan Ziyan suka melihat Mika yang seperti itu.

"Bisakah matamu itu hanya melihat jalanan saja?"

Ziyan segera memfokuskan kembali pada jalanan di depannya.

Sial, batinnya. Apakah kakak tirinya itu bisa melihat dengan mata terpejam?

"Jangan berpikir macam-macam jika kau mau kita selamat sampai rumah."

Lagi. Ziyan bertambah heran. Apakah Mika juga mempunyai indera ke enam?

Ziyan segera mengeyahkan semua pikiran-pikiran anehnya dan fokus kembali pada jalanan. Tetapi, sesekali dia masih mencuri pandang ke arah pemuda di sampingnya. Entah kenapa hanya dengan melihat Mika membuat Ziyan tersenyum dan hatinya terasa hangat.

*****

Ps ; no judge, jika tidak suka jangan dibaca.

Saya menghargai setiap ide dari sebuah cerita. Entah itu mengambil tema yang bertentangan dengan hukum atau aturan agama.

Namun, setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mencurahkan ide dalam pikirannya.

Happy reading

Vea Aprilia 😍

Ta,  03 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top