SAFM - BAGIAN EMPAT BELAS

Ziyan mengikuti langkah Mika masuk ke dalam rumah. Tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua, setelah pertemuan di parkiran kafe. Mika hanya diam dan melewati Ziyan, masuk ke dalam mobil. Begitu juga Ziyan, dia tidak mau ribut di tempat umum, apalagi malam-malam begini.

"Tunggu." Ziyan menarik tangan Mika ketika pemuda berkulit putih tersebut hendak naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Mika tidak menyentakkan tangannya. Dia hanya diam menunggu apa yang akan dilakukan oleh pemuda di belakangnya itu.

"Aku ingin bicara, please."

Astaga Ziyan sudah seperti seorang lelaki yang sedang mengiba pada sang kekasih.

"Baiklah."

Ziyan mendesah lega dan melepaskan pegangan tangannya. Akhirnya kakaknya mau mendengarkan dia bicara.

Mika memutar tubuhnya hingga menghadap Ziyan. Tangannya bersedekap di depan dada.

"Tiga menit."

Ziyan membuang napas. Ternyata kakaknya masih semarah itu padanya.

"Kau sudah membuang satu menit."

"Maafkan aku karena tidak menepati janji untuk mengajakmu makan malam kemarin."

Mika memasang wajah datar tanpa mau repot-repot membalas perkataan Ziyan.

"Aku lupa kalau kemarin ada pemotretan dan itu sampai malam."
Ziyan berbicara dengan nada menyesal.

"Lalu? Apa hubungannya denganku?" tanya Mika sarkastik.

"Aku minta maaf, Mika. Please, jangan membuat hubungan kita menjadi buruk lagi."

"Jadi kamu mau menyalahkan aku? Siapa yang membuat hubungan kita menjadi buruk? Aku atau kamu?" Wajah Mika datar dan dingin.

"Aku tahu kalau aku yang bersalah di sini. Tapi bisakah kau memaafkanku?" pinta Ziyan tulus.

"Apa setelah aku memaafkanmu, kau tidak akan mengulangi hal yang sama, hah?" Suara Mika memang tidak keras tapi itu mampu membuat dada Ziyan sesak.

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya," ucap Ziyan bersungguh-sungguh."

"Omong kosong. Kau tahu. Aku menunggumu sampai hampir mati kelaparan." Kali ini Mika melemparkan tatapan tajam.

"Dan kau menyuruhku untuk mempercayaimu? Lagi?" Mika tersenyum kecewa.

"Cukup sekali aku percaya padamu dan aku paling benci orang yang tidak menepati janji." 

Mika meninggalkan Ziyan dan naik ke atas. Dia tidak perduli pemuda itu yang memanggil namanya. Dia sering menaruh kepercayaan pada orang lain. Tapi selalu saja dipatahkan. Sudah cukup setelah kematian ayahnya, dia menaruh kepercayaan penuh pada sang Ibu. Namun, pada kenyataannya ibunya selalu saja mematahkan kepercayaan yang dia berikan. Lalu, sekarang pemuda yang baru saja tinggal di rumahnya. Tidak. Cukup dengan semua kepercayaan yang dia berikan.

*****

Mika berjalan menuju dapur, bersiap untuk memasak sarapan. Namun, langkahnya terhenti ketika menatap pemandangan asing di depannya.

Ziyan sedang mengenakan celemek warna biru tua yang biasa dia pakai. Kemudian tangan kanannya memegang spatula. Terlihat Ziyan sedang menggoreng sesuatu. Mika hanya diam dan melihat tanpa ingin mengganggu kegiatan pemuda itu. Kemudian matanya menangkap sesuatu yang aneh di atas piring di meja makan. Dia mengamati lekat-lekat. Seperti telur goreng tapi pinggirannya berwarna hitam.

Mika mengangkat piring tersebut kemudian bertanya, "Apa ini?"

Ziyan sedikit terlonjak karena tiba-tiba saja ada yang bicara padanya. Dia tidak menyadari bahwa Mika sudah sejak tadi memperhatikannya.

Ziyan mengatur napasnya sebelum menjawab, "Itu telur goreng."

"Telur?"  Mika menyipitkan matanya kembali menatap benda yang mirip seperti telur tersebut.

"Ya, mungkin sedikit gosong." Ziyan tersenyum canggung.

"Bukan sedikit tapi ini benar-benar gosong." Mika menghela napas dan menaruhnya kembali.

Ziyan berjalan ke arahnya sambil membawa satu buah piring lagi. Di atasnya ada lagi sesuatu yang sama seperti telur gosong.

"Aku hanya mencoba meminta maaf dengan membuat sarapan." Ziyan tersenyum sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Dia akan melakukan apa saja agar Mika mau memaafkannya. Bahkan dengan memasak, walaupun keahlian Ziyan tentang urusan dapur adalah nol.

Mika menatap dua buah piring yang berisi telur secara mengenaskan. Kemudian dia membuang napas. Apakah itu bisa dimakan, batinnya.

"Kalau kau tidak bisa memasak, tidak perlu memaksakan diri."

"Tapi aku hanya ingin meminta maaf dan aku tidak tahu lagi, bagaimana caranya agar kamu mau memaafkanku." Ziyan terlihat putus asa.

Mika menelisik wajah Ziyan. Tidak ada kebohongan di sana. Bahkan dia sudah menunjukkan kesungguhan dengan cara membuat sarapan walaupun hasilnya mengenaskan.

"Baiklah."  Mika menyerah. Dia hargai kesungguhan Ziyan.

Mata Ziyan berbinar mendengar perkataan Mika. Dia merasa lega akhirnya Mika mau memaafkannya.

"Tapi ini terakhir kalinya, dan ada satu syarat lagi."

Ziyan mengerutkan keningnya. Ternyata susah sekali meminta maaf pada Mika. Satu catatan lagi yang perlu diingat Ziyan, dia tidak boleh mengingkari janji, kalau tidak Mika tidak akan pernah memaafkannya.

Ziyan mendesah pelan. "Apa syaratnya?"

Mika menyunggingkan senyuman jahil. "Kau harus memasak sarapan selama satu minggu."

"Apa?" Ziyan hampir saja menggebrak meja. Untung saja dia tidak melakukannya. Kalau tidak mungkin Mika akan murka terhadapnya.

Ziyan menghela napas panjang. "Kau benar-benar ingin menyiksaku?"  Pemuda itu terlihat begitu menyedihkan.

"Terserah. Kalau kau masih ingin aku untuk memaafkanmu." Mika tak acuh. Tangannya mengambil telur gosong dan menaruhnya di atas roti panggang yang juga sedikit gosong. Sayang kalau dibuang.

Ziyan menatap gerakan Mika kemudian mendesah lagi. "Baiklah."

Mika tersenyum penuh kemenangan kemudian mulai menyantap sarapannya.

Pemuda berlesung pipi itu menatap nanar pada telur gosong di depannya. Dia kemudian beralih menatap Mika yang terlihat menikmati sekali sarapannya. Pemuda berponi itu tidak tahu saja kalau Ziyan sudah membuang tiga telur gosong ke dalam tong sampah.

Ziyan menepuk keningnya, membuat Mika langsung menatap ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Mika penasaran.

Ziyan mencoba tersenyum. Dia bingung untuk mengatakannya.

"Katakan ada apa?"  Mika menaruh sarapannya yang tinggal separuh di atas piring.

"Anu... Itu...." Ziyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bicara yang jelas." Mika memberikan tatapan tajam.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa memasak untuk satu minggu ke depan." Ziyan mencoba tersenyum walaupun canggung.

"Sudah kuduga." Mika menghela napas.

"Aku lupa kalau harus pergi ke Singapura untuk fashion show, tapi aku janji akan  masak sarapan selama satu minggu setelah  kembali dari sana." Ziyan mengatupkan kedua telapak tangannya; memohon.

"Berapa lama?" Mika fokus pada Ziyan.

"Satu minggu."

Mika mendesah. "Baiklah."

"Kau tidak marah bukan?" Ziyan bertanya takut-takut.

"Tidak."

Ziyan tersenyum lega.

"Apa kau sering pergi ke luar negeri?" kali ini Mika yang bertanya.

"Tidak juga, tapi sebelum pergi ke Jakarta aku telah menandatangani kontrak untuk ajensi baru dan kebanyakan mereka sering melakukan pemotretan dan fashion show di luar negeri," jelas Ziyan.

Mika hanya menanggapi dengan membentuk huruf 'O' pada bibirnya. Dia tidak mengerti dengan dunia modeling.

Hening. Mika kembali mengunyah roti isi telur gosongnya. Sedikit pahit tapi dia terlihat baik-baik saja.

"Bagaimana kalau kau ikut ke Singapura," ucap Ziyan tiba-tiba membuat Mika hampir tersedak.

"Apa?" tanya Mika setelah selesai meneguk susu dalam gelasnya.

"Ya, kau ikut ke Singapura."  Ziyan tersenyum sampai terlihat lesung pipinya.

"Apa kau sudah tidak waras?" Mika menggeleng sambil menghembuskan napas.

Ziyan hanya memberikan cengiran lebar. Dia bahagia karena Mika sudah memaafkannya.

"Kapan kau akan berangkat?" tanya Mika setelah menghabiskan susunya.

"Besok pagi."

"Hati-hatilah," ucap Mika menepuk bahu Ziyan. Entah kenapa Mika mengucapkan kata-kata tersebut. Dia kemudian beranjak membawa piring kotornya.

Ziyan tersenyum bahagia. Ternyata Mika begitu perhatian dan peduli padanya.

Mika telah selesai mencuci piring. Matanya tidak sengaja melihat sesuatu teronggok mengenaskan di tempat sampah. Rahang Mika mengeras.

"Ziyaaan!"

Ziyan tersedak karena teriakan Mika.
Dia menelan ludahnya susah payah.

Mika berjalan ke arahnya sambil membawa tong sampah.

"Apa ini?"

Ziyan memejamkan mata.

"Mati aku!" Ziyan menepuk keningnya.

****

Ps; update pagi sebelum saya sibuk dengan urusan rumah.

Mohon koreksinya bila menemukan typo  atau yang lainnya.

Terima kasih

Happy reading

Vea Aprilia 😍
Ta,  Selasa 16 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top