SAFM - BAGIAN DUA PULUH

Sejak kejadian di kafe tempo hari, Ziyan menjadi sering uring-uringan sendiri. Dia sering melamun. Kadang diam-diam mengamati Mika. Kalau Prinsa mengganggu, dia tidak segan-segan memarahi sepupunya itu. Dia masih penasaran dengan hubungan Rio dan Mika. Kenapa mereka berdua begitu dekat. Apalagi melihat tatapan Rio pada Mika, membuat Ziyan tidak suka.

Seperti saat ini, Ziyan sedang diam-diam menatap Mika. Pemuda berkulit putih itu sedang duduk menonton televisi. Di sampingnya ada Prinsa yang sibuk dengan ponselnya sendiri. Mereka baru saja selesai makan malam, lalu dengan seenaknya Prinsa mengajak Mika untuk duduk santai sambil menonton televisi.

Kadang jika Ziyan kepergok melihat ke arah Mika, pemuda berlesung pipi itu langsung membuang wajah, melihat ke mana saja. Sungguh konyol kelakuannya jika dipikir-pikir.

"Ada apa?"  Mika akhirnya bertanya setelah risih ditatap oleh Ziyan. Bukan dia tak mengetahui kelakuan konyol Ziyan tapi Mika mendiamkannya saja.

"Tidak."  Ziyan pura-pura tidak terjadi sesuatu.

"Kak Ziyan itu aneh."

Ziyan dan Mika menoleh berbarengan. Mereka menatap ke arah Prinsa.

Gadis itu masih tak acuh kemudian meletakkan ponselnya.

"Kak Ziyan itu aneh." Dia mengulangi kalimatnya.

"Aneh?"  Ziyan mendelik tidak suka.

"Iya. Kakak itu aneh dua hari ini. Misalnya Kakak sering menatap lama Kak Mika. Lalu, Kakak juga sering mengintip kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Kak Mika. Bukankah itu aneh," jelas Prinsa.

Mika beralih menatap Ziyan. Pemuda berlesung pipi tersebut hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia kemudian melirik horor ke arah Prinsa. Bisa-bisanya adik sepupunya itu mengatakan semua itu di depan Mika.

"Apa kau sedang tidak waras?"  tanya Mika.

Ziyan tidak menjawab. Dia hanya mengeluarkan cengiran aneh. Pemuda itu bingung bagaimana menjelaskan pada Mika. Dirinya juga tidak sadar bagaimana bisa, berlaku sekonyol itu.

"Kau ada masalah denganku?" tanya Mika.

"Mungkin Kak Ziyan sedang jatuh cinta," seloroh Prinsa.

Tolong ingatkan Ziyan untuk memlaster mulut Prinsa, jika gadis itu terus berbicara yang hal-hal aneh.

"Jangan percaya padanya."  Ziyan menggeleng sambil menggoyangkan kedua telapak tangannya.

Prinsa tiba-tiba bangun kemudian berjalan ke tengah, berhenti persis di depan televisi yang masih menyala. Mereka berdua bingung apa yang akan dilakukan oleh gadis itu.

"Menurut teori percintaan. Jika seorang lelaki atau perempuan sedang jatuh cinta, maka mereka akan sering menatap orang yang mereka cintai secara sembunyi-sembunyi. Lalu mereka akan senyum-senyum sendiri, mirip seperti orang gila."

Prinsa menjelaskan teori konyol yang entah dari mana gadis itu dapatkan, di depan mereka berdua.

"Heh, gadis cerewet. Dari mana kau dapatkan teori konyol seperti itu?"  tanya Ziyan.

"Ish... Kak Ziyan mah tidak peka atuh." Kadang Prinsa kalau bicara suka dicampur-campur.

"Terserah deh." Ziyan lelah. Dia tidak ingin mendebat gadis itu.

"Kamu pernah jatuh cinta?"  Kali ini suara Mika yang bertanya.

"Belum sih Kak, di sekolahku tidak ada cowok yang tampan seperti Kak Ziyan atau Kak Mika. Jadi aku belum bisa jatuh cinta," jawab Prinsa malu-malu.

Mika manggut-manggut mendengar penjelasan Prinsa. Pemuda itu tersenyum sambil menggeleng.

"Eh... Tapi banyak teman aku, kalau sedang jatuh kelakuannya persis seperti Kak Ziyan."

Mika melirik Ziyan sebentar. Mengamati adik tirinya tersebut kemudian kembali melihat Prinsa.

"Jadi Ziyan seperti orang gila?"  tanya Mika geli sendiri.

"Ya, seperti itu."

Ziyan langsung memberikan tatapan tajam ke arah Prinsa. Bisa-bisanya adik sepupunya itu mengolok dirinya di depan Mika. Hampir saja Ziyan melemparkan remote ke arah Prinsa tapi bukannya takut, gadis itu malah menjulurkan lidah.

"Jadi kau pikir aku gila," ucap Ziyan tidak terima.

"Bisa jadi."

Prinsa dan Mika terkikik bersama. Ziyan mendengkus sebal.

"Habisnya Kak Ziyan jadi suka melamun."

"Kau mengawasiku?"  Mata Ziyan menyelidik.

"Ish... Daripada mengawasi Kak Ziyan lebih baik aku mengawasi Kak Mika." Cibir Prinsa.

"Aku?" Mika angkat bicara ketika namanya disebut.

"Iya Kak."

Prinsa tersenyum genit membuat Ziyan gemas sendiri. Ingatkan dia sekali lagi untuk segera memulangkan Prinsa agar gadis itu tidak melulu mengganggu hidupnya dan Mika.

"Kenapa harus aku?"  Mika masih penasaran.

"Pertama Kak Mika itu tampan, berkulit putih bahkan lebih putih dari Kak Ziyan."

Mika dan Ziyan saling berpandangan. Mata Ziyan melihat kulit putih Mika dan membandingkannya dengan kulitnya sendiri. Kali ini Ziyan mengangguk, dia setuju dengan kalimat Prinsa. Mungkin seperti perbandingan kopi dan susu. Namun, Ziyan tidak sehitam itu, hanya sedikit gelap dari kulit Mika.

"Kedua, Kak Mika lebih sopan dari pada Kak Ziyan."

Kali ini Ziyan melotot ke arah Prinsa tidak setuju.

Mika melirik ke arah Ziyan. Dia manggut-manggut setuju. Memberikan jempolnya untuk Prinsa.

"Ketiga, Kak Mika pintar memasak dari pada Kak Ziyan."

"Terus saja memujinya dan mengejekku."  Ziyan terlihat sebal.

Prinsa terkikik. "Jangan protes Kak, dua hari Kakak masak sarapan, aku langsung sakit perut."

Sekali lagi Ziyan hampir melemparkan remote ke arah Prinsa tapi gadis itu langsung berlari ke arah Mika dan bersembunyi di balik punggungnya.

"Awas saja, besok aku akan memulangkanmu," ancam Ziyan.

"Kakak mengusirku? Tapi yang punya rumah ini adalah Kak Mika." Prinsa keberatan dengan ancaman Ziyan.

"Stop!" teriak Mika. Dia jengah setiap hari melihat dan mendengar pertengkaran konyol yang tidak ada habisnya.

Ziyan menurut dan diam, tapi tidak dengan Prinsa.

"Benar bukan, Kak Ziyan itu sedang jatuh cinta makanya suka marah-marah jika diledek sedikit."

"Diam kau!" hardik Ziyan.

"Kenapa aku harus diam? Ini kan mulutku sendiri."

Masih saja Prinsa nyerocos tidak mau berhenti.

"Kamu pikir dia sedang jatuh cinta dengan siapa?" selidik Mika.

"Mungkin dengan teman kampusnya atau teman sesama model, tapi yang aneh kenapa Kak Ziyan selalu menatap Kak Mika?" Prinsa mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir keras.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh." protes Ziyan.

"Aku tidak berpikir aneh tapi Kak Ziyan yang aneh." Prinsa mendelik ke arah Ziyan.

"Terserah kalian. Aku mau tidur."
Mika bangun ingin masuk ke kamar dari pada mendengarkan keributan antara mereka berdua.

"Kak Mika, nggak seru ah." Prinsa pura-pura ngambek.

Mika tersenyum kemudian melambaikan tangan dari balik punggungnya.

"Padahal aku mau bilang kalau mungkin Kak Ziyan sedang jatuh cinta pada Kak Mika."

Refleks Ziyan melompat dan membekap mulut gadis itu.

"Kamu bilang apa?" tanya Mika sedikit tidak mendengar karena tidak terlalu jelas.

"Tidak apa-apa. Kau naik saja," ucap Ziyan yang masih membekap mulut Prinsa dengan kedua tangannya. Walaupun gadis itu berontak sekuat tenaga sambil menendang-nendangkan kakinya.

"Baiklah."  Mika menurut.

Ziyan tersenyum ke arah Mika, tapi senyum itu luntur ketika pemuda itu menghilang dari penglihatannya. Dia sekarang fokus pada gadis dalam bekapannya.

Ziyan menatap Prinsa horor. Seperti seorang Ayah yang amarahnya akan meledak saat mengetahui anaknya mendapatkan nilai jelek.

Prinsa menggigit tangan Ziyan sebelum pemuda jangkung tersebut melepaskan bekapannya.

"Argghh...!" Ziyan menjerit.

Prinsa tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Setelah terlepas dia segera lari menuju ke kamarnya.

"Sial!"

*****

Ps; terima kasih yang sudah bersedia mengoreksi tulisan saya ini.

Terima kasih juga yang telah sudi baca vote dan komentar.

Happy reading

Vea Aprilia
Ta,  Selasa 23 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top