SAFM - BAGIAN DELAPAN BELAS

"Prinsa."

Ziyan masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Gadis yang sudah beberapa bulan tidak dilihatnya. Lalu, tiba-tiba dia berdiri di depannya sekarang.

"Prinsa?"

"Iya, ini aku Kak. Kau seperti melihat hantu saja." Gadis itu pura-pura kesal.

"Bagaimana bisa kau berada di sini?"  tanya Ziyan heran.

"Itu karena aku sangat merindukanmu." Prinsa memeluk Ziyan kembali.

"Tunggu-tunggu...." Ziyan melepaskan pelukan Prinsa, lalu melihat sekeliling, bahkan berjalan ke luar untuk memastikan sesuatu.

"Kau datang dengan siapa? Di mana Papa dan Mama-mu?" Ziyan memegang pundak Prinsa.

"Cih... Aku bukan anak kecil lagi, Kak. Aku ke sini sendirian." Prinsa memasang wajah cemberut.

"Jangan bilang kalau kau kabur dari rumah." Ziyan melirik koper yang berada persis di samping gadis tersebut.

"Tidak." Prinsa menatap Ziyan kesal. "Aku baru saja selesai ujian nasional dan berencana untuk kuliah di Jakarta seperti Kakak."

"Apa Papa dan Mama-mu tahu?"  tanya Ziyan menyelidik.

"Kakak kan tahu kalau mereka itu sangat sibuk, jadi aku belum sempat memberitahukan, kalau aku pergi ke Jakarta," jelas Prinsa takut-takut.

"Ya ampun, itu sama artinya kau kabur dari rumah." Ziyan frustrasi.

"Aku tidak kabur dari rumah. Aku sudah pamit pada Bi Ijem dan Mang Ujang untuk pergi ke Jakarta menyusul Kak Ziyan. Lagipula Paman dan Bibi juga yang menyuruhku untuk main ke Jakarta."

"Tunggu. Kau bilang Paman dan Bibi?"

Prinsa mengangguk. Ziyan mendesah semakin frustrasi. Dia menjambak rambutnya kasar.

"Jadi kau tahu alamat ini dari Papa."

Prinsa mengangguk lagi.

"Beberapa hari yang lalu sebelum aku ujian nasional, kami sekeluarga diundang makan malam di rumah Paman, dan Bibi Shakina bilang bahwa Kak Ziyan sekarang tinggal bersama anak laki-lakinya di Jakarta."

"Tapi, kau tidak bisa kabur seenaknya sendirian. Bagaimana kalau kau diculik lalu diambil organ tubuhmu." Ziyan benar-benar cemas sekaligus frustrasi.

"Siapa?"  tanya Mika yang datang dari dalam, setelah mendengar ribut-ribut.

Mika melihat seorang gadis asing yang sedang mengobrol dengan Ziyan. Gadis berambut lurus sebahu, dengan bando kain berwarna merah muda. Kulitnya putih dengan hanya memakai kaus putih dan celana pendek di atas lutut. Tingginya hanya sebatas lengan Ziyan. Nampak, mungil dengan wajah tirusnya. Ada sebuah koper berukuran sedang berada di sampingnya.

"Woah... Ini pasti Kak Mika. Benar-benar tampan." Prinsa segera berlari ke arah Mika. Matanya berbinar senang ketika melihat pemuda tersebut.

"I-iya." Mika menatap gadis di hadapannya ini sedikit bingung.

Ziyan memutar tubuhnya. Bibirnya komat-kamit kesal.

Mika menatap Ziyan seolah meminta penjelasan 'siapa gadis ini'.

"Ak–...," Sebelum Prinsa selesai bicara Ziyan telah membekap mulutnya, sehingga membuat gadis itu berontak.

"Argghh... Sial!" Ziyan mengumpat karena Prinsa menggigit tangannya.
Gadis itu menjulurkan lidah ke arah Ziyan dan berlindung di belakang tubuh Mika.

Mika seperti orang bodoh saja. Dia bingung dengan situasi saat ini. Mika memutar tubuhnya sehingga menghadap gadis itu.

"Siapa kamu dan apa hubungannya dengan Ziyan?" tanya Mika pada gadis yang kini bergelayut manja pada lengannya.

"Aku Prinsa Salsabila, sepupunya Kak Ziyan yang paaaling cantik." Gadis itu tersenyum sangat lebar.

Mika melirik Ziyan yang masih memegangi bekas gigitan Prinsa.

"Dia anak Om Hari, adiknya Papa," jelas Ziyan.

"Benar sekali, dan aku akan tinggal di sini juga bersama Kak Ziyan," ucapnya mantap.

Mika tersenyum samar menanggapi gadis tersebut. Kemudian melirik tajam ke arah Ziyan.

Mati aku.

Ziyan menelan ludahnya sedikit susah payah. Tatapan Mika memberi tanda kalau pemuda itu sedikit tidak suka atau mungkin bukan sedikit lagi tapi benar-benar tidak suka.

"Dia tidak akan menginap atau tinggal di sini. Aku akan mengantarnya pulang sekarang." Ziyan menyunggingkan senyum aneh sambil menarik tangan Prinsa.

Namun, gadis terus saja menolak dan masih berpegangan pada lengan Mika dengan kuat.

"Ayo, Kakak antar pulang." Ziyan mencoba membujuk Prinsa. Tentu saja gadis itu menolak bahkan semakin mengeratkan pegangan tangannya. Dia tak tahu jika lengan Mika kini sedikit nyeri.

"Ayolah!" Ziyan menarik tubuh Prinsa dengan paksa membuat gadis itu memekik keras.

"Aku tidak mauuu...! Kak Ziyan jahat! Prinsa berteriak hingga membuat Mika dan Ziyan harus menutup telinga mereka.

Mika mendesah frustrasi. Pagi ini dia sudah banyak mendapatkan kejutan.

"Ayo... Anak baik. Kak Ziyan antar pulang."

Masih saja Ziyan merayu Prinsa dan tarik menarik pun masih terjadi. Mika sudah jengah. Mika ingat kalau hari ini, dia ada kuliah jam sebelas nanti, dan itu sebentar lagi.

"Maaf." Mika mencoba melepaskan pegangan tangan Prinsa tapi malah semakin erat saja.

Mika mendesah pelan. "Tolong, lepas!" Dua kata yang begitu tegas dan keras membuat Prinsa langsung melepaskan pegangan tangannya.

"Maaf, tapi aku ada kuliah sebentar lagi dan hampir terlambat. Jadi aku tidak ada waktu untuk melihat drama kalian." Mika menatap tajam Prinsa dan Ziyan bergantian.

Prinsa yang ditatap setajam itu pun langsung bergidik ngeri. Ziyan saja walaupun suka marah-marah padanya tapi tidak pernah menatapnya seperti itu. Prinsa beringsut ke arah Ziyan.

"Dan kau!" Mika menunjuk Ziyan.  "Kau utang penjelasan tentang semua ini. "

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Mika pergi meninggalkan  Kakak dan Adik sepupu tersebut. Ziyan menelan ludah. Baru saja beberapa saat yang lalu dia mendapatkan momen romantis tapi malah dirusak oleh kehadiran sepupu centilnya.

Ziyan mendelik ke arah Prinsa. Gadis itu pun hanya diam: takut-takut.

****

Ziyan sesekali menatap garang ke arah sepupunya yang sama sekali tidak merasa takut dengannya. Malah asik meminum  banana milkshake-nya.

Tangan Ziyan bersedekap di depan dada. Dia menarik napas dan mengembuskan kasar. Frustrasi.

Baru saja dia menelepon orang tua Prinsa tapi bukan kelegaan yang didapat malah bencana.

"Maafkan kami Ziyan, tapi titip Prinsa untuk sementara waktu. Jaga dia baik-baik. Kami percaya padamu."

Begitulah percakapan singkat antara dia dan ibu gadis itu. Orang tua Prinsa sedang berada di Kalimantan untuk beberapa hari dan sialnya dia yang harus menjaga adik sepupunya yang menyebalkan itu. Ziyan pasrah.

Sebenarnya, Prinsa adalah anak yang baik hanya saja dia sedikit cerewet dan suka berteriak histeris.

"Aku akan mencarikan hotel untukmu selama di Jakarta."

"Apa?" Prinsa berteriak hingga beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka berdua.

Ziyan dan Prinsa sedang berada di sebuah kafe setelah tadi pemuda itu menyeret adik sepupunya keluar dari rumah Mika. Dia berniat untuk mengantar Prinsa pulang tapi ternyata gadis itu malah menangis sambil berteriak.

Ziyan benar-benar frustrasi sehingga mengajaknya untuk makan di kafe.

"Kakak tega banget menyuruh aku tinggal di hotel. Bagaimana jika ada orang yang menculikku lalu mengambil organ tubuhku seperti yang Kakak katakan tadi pagi."

Sial

Ziyan termakan ucapannya sendiri tentang penculikan tadi pagi. Gadis di hadapannya memang menyebalkan.

"Tidak ada yang akan menculikmu. Berhenti bersikap menyebalkan." Ziyan mendengkus kemudian menyesap ice blend coffe miliknya. Dia membutuhkannya untuk mendinginkan kepala yang rasanya sudah seperti berasap.

Prinsa tersenyum. "Jadi, aku boleh kan tinggal bersama Kakak?" Gadis itu mulai merajuk.

"Tidak!"

Prinsa mulai cemberut kemudian terisak.

"Diam." Ziyan berbisik. Dia tidak ingin orang lain mengira terjadi sesuatu yang negatif antara mereka.

Namun, bukannya diam,  Prinsa malah menangis semakin keras. Sehingga membuat pengunjung sekali lagi menatap ke arah mereka berdua. Mungkin mereka berpikir Ziyan berbuat hal yang buruk hingga membuat gadis itu menangis.

"Baiklah, kau boleh ikut tinggal denganku." Ziyan mendesah. Dia benar-benar frustrasi.

"Benarkah?"  Prinsa langsung berhenti menangis. Matanya berbinar senang.

"Benar, tapi hanya sampai kedua orang tuamu kembali dan kau harus pulang saat itu juga," jelas Ziyan.

"Baiklah, tidak masalah."

Prinsa begitu senang. Namun, tidak bagi Ziyan. Dia harus memutar otak untuk menjelaskan semuanya pada Mika.

Ziyan mendesah panjang. Baru saja hubungannya dengan Mika membaik, datang seorang pengganggu.

*****

Ps; aku kok makin gemes sama Ziyan 😂 😂

Happy reading

Vea Aprilia
Ta, Minggu 21 May 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top