Lesson #1
Love is sweet as a parfait. Sediakan mangkuk bening, isi mochi, marshmellow, chocochips, biskuit oreo, potongan buah lalu siram sirup dan lelehan cokelat tumpuk dua scoop es krim vanila dan stroberi. Yummy!!
--Arsee yang single selama 23 tahun karena sibuk bikin resep parfait.
ⓜⓘⓢⓢ▂ⓕⓛⓘⓡⓣⓨ
Jam pelajaran sudah berakhir dan tubuhku rasanya pegal. Seharian anak-anak bolak-balik membuat izin ke toilet. Dari yang pura-pura pipis sampai yang terang-terangan numpang bercermin.
Roly poly, murid-murid kelas ini baru tiga tahun dan sudah bernarsis ria di toilet. Apa kabar lima tahun lagi? Mereka mungkin datang membawa makeup kit, bukannya buku pelajaran.
"Kimmy mau kasih kita maksi," kata Kak Sandra tiba-tiba.
Dahiku mengerut. "Maksi jam segini?''
Plis ini sudah jam dua lebih. Memangnya kita tinggal di mana jam segini baru maksi.
"Taaau!'' Kak Sandra angkat bahu. Dia memang senior yang cuek mengalahkan bebek tapi pantatnya saingan bebek. Enak kali ya punya bumbum gede gitu, pake celana legging pasti kece.
"Buat siapa aja?''
"Tulisannya sih teachers.''
"Ada apa-apanya nih," kataku sambil tersenyum licik.
Kak Sandra beruntung banget dapat kenal papanya Kimkim. He's gorgeous person in the first sight, you'll think so if you stand on my shoes.
"Udah yuk balik ke kantor guru. Gue butuh kursi normal.''
Kak Sandra pergi tanpa menunggu tanggapanku. Kebiasaannya, cuek mengalahkan bebek. Oh ya soal Kak Sandra bilang dia butuh kursi normal, itu perkataan paling jujur dari sanubarinya. Kebayang dong pantat mirip Kylie Jenner duduk di kursi bocah. Nggak lega, friends!
Aku memilih sedikit bersantai di kelas. Malas rasanya masuk ruang guru. Apalagi sebagian besar guru di sini end of 20s and female, mulutnya sadis.
"Ar, lo masih di sini?''
Kak Elfin masuk ke ruangan tanpa ketuk pintu --nggak akan pernah kecuali jam pelajaran. Aku bangun mengikuti Kak Elfin yang memilih duduk berselonjor di atas karpet reading corner. Kaki Kak Elfin panjang, dia paling malas duduk di kursi bocah karena kakinya tertekuk. Kan duduk di kursi mana aja kakinya ditekuk, kaaaak, ya kali duduk tapi kakinya diangkat ke kepala.
"Gimana cowok di McD? Udah balas pesan lo?''
Cowok yang waktu itu aku minta nomor ponselnya di McD nggak pernah balas pesan yang diketik Kak Elfin menggunakan nomor ponselku. Seminggu aku nunggu balasannya but nihil. Ogah deh nunggu cowok somse gitu.
"Nggak balas. Bikin bete," jawabku.
Bantal berbentuk kepala monyet ditata di atas bantal polos oleh Kak Elfin. Dia merebahkan kepalanya di situ. Memang kami, para guru dan asisten guru, sering menggunakan waktu istirahat buat malas-malasan karena makan siang sudah dilakukan bersamaan schedule murid lunch. Bobok siang, ngerujak, bahkan ke mol dekat sini. Ada yang lebih dahsyat, Mbak Vel dan Kak Sherly sudah cabut dari setengah jam lalu untuk perawatan hair to the toes di salon. Memang deh gaji guru nggak boleh dianggap remeh.
Kak Elfin misalnya, dia lulusan Singapur. Gajinya nyaris tujuh nol berderet, padahal jam kerjanya sama kayak aku. From seven thirty to three thirty. Nggak pake lembur. Guru TK yang sering lembur patut dipertanyakan, ngapain aja kerjanya abis kelas. Kecuali mendekati school event dan Parents-Teachers Conference (PTC). Rempong deh pekerja sekolah beresin tetek-bengek.
Aku sih santai. Kalau ada yang nggak beres, Kak Sandra maju sebagai homeroom teacher yang tugasnya memang membawahi asisten guru kayak aku. Yang masih jadi bawahan atau cunguk-cunguk selevel aku, nikmati dan syukuri waktu kalian nggak dibebani tanggung jawab besar dan mesti direct report ke bos. Jadi mau nyanyi lagi D'Massive-Syukuri Apa yang Ada.
Back to Kak Elfin yang sekarang berstatus tutor spesialku. Mau tahu tutor apa? Hihi, agak malu sih. Mentor dapat pacar. Beneran. Aku mau melepas masa lajang sepanjang jalan eh itu lagu. Lajang seumur hidupku mau aku ubah dalam waktu dekat dibawah pengarahan the queen of flirting, Miss Elfin yang hobi maki dan aniaya kepala orang.
"Kakak nggak ada kenalan cowok buat aku?'' Tanyaku agak lirih biar hati nurani Kak Elfin tergugah dan muncul rencana memblokade jalan raya atas nama demo 'Nyari Jodoh Neng Arsee'. Alah, lebay gitu nggak mungkin diperbuat mbak ganas satu ini.
"Jalan ama gue ke mol.''
"Ngapain?''
"Beli BH ama kancut. Ya kagaklah, Anyet. Kita mau cuci mata. Empet gue liat bocah unyu-unyu, mau liat yang berotot.''
Anyet, singkatan Anak Monyet. Julukan yang diberikan Kak Sandra sewaktu melihatku bermain monkey bar bersama murid-murid di minggu pertama aku join sekolah ini. Awalnya kesal tapi lama-lama aku terbiasa. Jomblo gitu juga loh, awalnya bete liat temen-temen gandeng pasangan tapi lama-lama kok jadi ngenes sendiri. Analoginya nyampe nggak? Kalau nggak ya syukuri apa yang ada, otak adalah anugerah, tetap jalani nasib ini, jomblo bukanlah musibah. (Bacanya sambil nyanyi lagu D'Massive)
"Aku mau ke mol tapi jangan daerah sini. Yang jauhan dikit, kak.''
Badan Kak Elfin miring menghadapku. Kalau begini kami saling miring bisa saling tatap-tatap. Agak jijik sih kayak pasangan belok gitu. Amit-amit, jangan ampe. Masih demen lakik gue, friends!
"Ke Senayan gimana?"
Mataku membesar. Boleh juga tawaran Kak Elfin. Aku nggak pernah main ke daerah sana di sore hari pada working days. Boleh boleh boleh!
"Oke, ayo ke sana. Aku bawa mobil. Gampang kita mau pindah-pindah mol." Aku berkata bersemangat.
Telunjuk dan jari tengah Kak Elfin menoyor keningku. "Geblek, mau berapa mol lo sambangi, hah? Kayak kebanyakan duit aja buat bayar parkir.''
Eh, iya, parkir mol kan menguras iman umat beragama yang belajar sabar. Batal deh batal, dari pada mentok cuma keliling mol nggak bikin kenyang perut. Satu mol saja cukup.
"Oke, satu mol aja. Kakak yang pilih mau mol yang mana. Aku yang bertugas membawa dikau selamat sampai di tempat.''
"Good girl! Jangan karna kebelet punya pacar bikin pembukuan rekening gue paceklik ya," canda Kak Elfin.
"Siip!!''
Kak Elfin memandang langit-langit kelas yang digantungi hiasan buatan murid berbentuk rainbow cloud. Aku ikut memperhatikan apa yang menarik perhatian seniorku ini.
"Remember this when you have crush on boy. Make sure you know about three points of him; single, straight, and his job. Kalo tiga itu lolos, lo bisa lanjutin mupuk perasaan lo," kata Kak Elfin serius.
"Kenapa?''
"Mesti banget gue jawab?''
Cengiranku melebar melihat Kak Elfin melirik setajam silet. Memang begini khasnya guru-guru senior, mata mereka bisa menyuarakan kekesalan mereka sangat baik. Begitu di kelas beuuuh langsung jadi white angels tanpa dosa. Kak Sherly apalagi paling ganas matanya saat melotot tapi paling bisa bikin melting hati babies around one half year to two years. Dahsyat ya yang namanya cinta profesi, kepribadian di luar bisa berganti demi pekerjaan.
Dan aku lagi belajar sama pakarnya gebet cowok.
"Cewek pelakor tuh bahan bully terfavorit di sosmed, mau lo jadi korban aniaya netters gara-gara deketin cowok orang?''
Aku menggeleng. Tidak mau jadi orang yang tersakiti berarti pertama jangan nyakitin orang. Note for the first, single guy.
"Kalo cowoknya demen ama sejenis, jelas lo ditolak. Kalo dia bercabang dua, mau diselingkuhi ama pemilik burung? Pastiin dia emang doyan cewek SA-JA.''
Aku ber-oh ria.
"Kerjaannya mesti jelas buat masa depan lo. Nggak usah gue jelasin lah yang ini. Emang lu makan pake doa doang, butuh duit dong buat bayar makan dan kencan lo.''
Aku mengangguk berkali-kali menyetujui penjelasan Kak Elfin. Paham. Sangat paham. Aku mencatatnya dalam kepalaku.
・
・
Lesson of Today:
Necessary informations of your crush; single, straight, and his job.
▒▓█▇▅▂∩(・ω・)∩▂▅▇█▓▒
Peek a Boo
Jangan banyak berharap ama cerita ini. Cuma hasil pengalaman orang sekitar dan obrolan sesama teman aja. Just for fun!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top