I Hate Stars

Assassination Classroom © Yusei Matsui
Made by fachann_
Akabane Karma x Readers
Stars © PungudEvent
.
.
.
.
! 𝗪 𝗔 𝗥 𝗡 𝗜 𝗡 𝗚 !
•𝗧𝘆𝗽𝗼 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗲𝗯𝗮𝗿𝗮𝗻
•𝗢𝗢𝗖 4 𝗹𝗶𝗳𝗲
•𝗔𝗻𝗴𝘀𝘁(?)
•𝗣𝗹𝗼𝘁 𝗸𝗹𝗶𝘀𝗲
•𝗛𝘂𝗺𝗼𝗿 𝗴𝗮𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗸𝗿𝗲𝗻𝘆𝗲𝘀
•𝗕𝗮𝗰𝗮 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵, 𝗰𝗼𝗽𝗮𝘀 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝘂!
•𝗘𝗻𝗷𝗼𝘆♡

—8:25 p.m.

"Bintangnya bagus. Tapi di sisi lain, aku membenci bintang." Ujar kau yang setia menatap langit malam.

"Kuharap, sampai tua pun kita bisa melihatnya bersama." Karma beralih tatap, dari langit malam penuh bintang, ke wajah gadis di sebelahnya.

"Bodoh, kau mengatakan seperti itu seakan satu dari kita akan pergi. Bodoh. Benar-benar bodoh." Kesalmu. Kau menyikut pinggang Karma.

"Memang iya, 'kan?" Karma tersenyum. Bodoh, setelah mengatakan itu, bisa-bisanya lelaki ini tersenyum. Karma bodoh.

Kau menggenggam erat tangan Karma. Lihat, kau tersenyum. Tersenyum hanya karna melihat senyuman lelaki surai merah ini.

'Aku tau aku bodoh. Kuharap (name) masih bisa tersenyum. Masih bisa melihat sinar bintang. Bersamaku. Sampai akhir hayatnya.'

—8 a.m.

"Tak kusangka kita sudah lulus ya!"

"Iya, akhirnya kita bisa bebas dari neraka ini."

"Ingat kawan, nanti kita masih sekolah lagi."

Begitu lah obrolan Kayano, kau dan yang lainnya.

"Jadi– kau akan lanjut kem— EH?!"

Segerombol wartawan tiba-tiba datang untuk menanyakan perihal pembunuhan Koro-Sensei.

Kejam, membunuh guru yang sudah menaruh kenangan, menaruh nasihat, menaruh luka besar pada murid-muridnya. Kejam.Tapi mereka mau tak mau harus membunuhnya agar warga bumi terselamatkan.

Hei, lihat, ternyata anak-anak buangan Kunugigaoka telah menjadi superhero. Keren.

"Sebagai ketua osis, aku masih punya tanggung jawab untuk kalian–kelas E."

"Kalian, ayo cepat ikut kami sebelum mereka menyerbu." Asano dan kawan-kawannya datang menolong kelas E.

Akhirnya mereka keluar dari gedung dengan selamat. Tenang, ini hanya perang ocehan dari para wartawan.

—one year later at 11 p.m.

"Kau tak pulang? Sudah malam. Bisa-bisa nanti orangtuamu marah lagi padaku."

Hembusan angin malam sangat menyejukkan dan menenangkan. Lihatlah surai indahmu yang menari karena angin yang mengajaknya berdansa.

"Ahaha, mengapa kau berfikir orangtuaku akan marah? Ini hanya perjodohan biasa. Pasti hanya karna bisnis antara ayah Manami-chan dengan ayahku. Dan aku, hanya mencintaimu, walau menikah dengan Manami sekalipun. Aku tau aku bukan lelaki yang baik. Tapi– kumohon (name), berjanjilah padaku suatu saat nanti kau yang akan menggantikan posisi Manami."

Selalu saja.

"Kau selalu mengatakan itu setiap kali kita melihat bintang bersama. Aku tak bisa berjanji untuk itu. Kau ingat 'kan bahwa aku parasomnia, Karma?"

"Hah~ Ya sudahlah, aku tak akan pulang sebelum kau tidur."

"Bodoh Karma. Bodoh. Aku depresi, bodoh. Lebih baik melihat bintang begini saja."

Karma terkekeh pelan. Apa yang lucu?! Sungguh, depresinya ini bukanlah lelucon.

"Eh si bodoh malah tertawa." Kesal sekali rasanya jika dengan Karma. Tapi jika Karma di sisimu, maka semua keluh kesahmu akan didengarkan baik-baik oleh Karma. Loveable banget sih tapi ngeselin.

Karma tersenyum. Ia menempelkan dahinya pada dahimu. Guna memberikan rasa tenang agar kau dapat tidur. Sudahlah. Mau bagaimana pun caranya, parasomnia tetaplah parasomnia.

Kau menangis. Frustasi sekali rasanya. Kau bisa menangis, mengeluarkan segala yang kau rasa, hanya jika kau sedang sendiri atau sedang bersama Karma.

Lelaki ini. Sungguh, loveable sangat. Kak Rosa pun kalah loveable nya dengan Karma. Canda kak, ntar kubelikan se**ak amane dihari ultahmu.gg

"(Name)-chan, jika kau tak tidur, maka besok kau akan lelah."

Karma belum melepas dahinya dari dahimu. Kau juga tak kunjung membalas Karma. Jika bisa memilih, tidur atau pergi, lebih baik pergi saja. Sangat disayangkan jika ada waktu untuk pergi tapi kau malah memilih tidur.

Orangtua mu juga cemas tak bisa membuatmu tenang. Tapi dengan Karma, ah sudahlah, loveable menurut (name). Obatnya? Sudahlah, obat ini hanya menurunkan volume suara-suara 'itu'. Bukan melenyapkannya.

Karma setiap malam berkunjung kerumah mu hanya untuk menemani malammu. Dia terlihat biasa? Tentu. Karma sudah biasa dengan kau yang tak bisa tidur dengan tenang. Tapi, jika boleh jujur, Karma bisa merasakan frustasi nya orang yang mengidap penyakit yang sama seperti kau. Exploading Head Syndrome (EHS) namanya.

Jika insomnia membuatmu tak bisa tidur karena sudah menjadi kebiasaan. Maka yang ini namanya Parasomnia. Tak bisa tidur karena suara-suara aneh seperti ledakan bom, dobrakan pintu, suara pistol, atau semacamnya yang datang saat kau akan tertidur. Ditandai oleh beberapa detik sebelumnya yaitu munculnya kilatan cahaya dan kemudian, boom! Suara-suara ini seakan membuat kepalamu meledak. Bukan meledak secara fisik. Itulah penyakit EHS.

"....Aku lelah."

Tangan Karma beralih memelukmu. Kau tak akan menolak, karena kau memang membutuhkan dekapan. Hanya dekapan Karma, dimana kau mengeluarkan segala keluh kesahmu selama yang kau rasakan ini. Jika dengan dipeluk ayah atau ibu mu, kau hanya menahan tangis. Tak ingin membuat orangtua mu khawatir lebih jauh.

"Nee, Karma. Ini sudah tengah malam. Pulanglah."

Isakan mu sudah berhenti. Tapi,

"Tapi kau tak mau jika ditinggal olehku kan~? Ayolah, kau memelukku dengan erat sek–"

Ucapan Karma terpotong. Kau tiba-tiba terjengit. Hei, sudah malam, sudah waktunya tidur.

"Karma! Tasukete!"

Ah, Karma tau. Pasti (name) sedang dihantui oleh kilatan cahaya. Ini sudah waktunya untuk tidur. Kau juga sudah merasa ngantuk saat berada di dekapan Karma tadi. Tapi,

"Aku benci bintang!"

"(Name)-chan"

Karma tak bisa berbuat lebih. Ia bukanlah seorang dokter. Ia hanya bisa menenangkan (name). Beberapa detik kemudian pasti suara itu akan meledakkan kepalamu.

Karma segera menggendongmu untuk dibawa ke kamarnya. Harus. (Name) Harus istirahat. Walau dengan rasa gelisah.

—three years later at 7 a.m.

Karma meraih handuk. Lepas pamit dari bunga tidurnya, ia segera mandi. Sebenarnya kampus dimulai saat jam 9 nanti. Tapi ia akan mengunjungi seseorang.

Kutebak, pasti kalian mengira bahwa Karma akan mengunjungi (name) 'kan?

Ya, itu benar.

Selesai mandi dan sarapan, ia keluar dan berniat menemuimu. Tak lupa ia mampir ke toko bunga. Berkendara dengan mobil. Yah, tak bisa dipungkiri bahwa Karma adalah orang kaya. Ingat bukan bahwa orangtuanya bekerja sama oleh orangtua Okuda?

Setelah sampai, ia turun dari mobil dan membawa sebuket bunga ditangannya. Kakinya ia langkahkan sampai posisinya tepat berada dihadapanmu.

Dihadapan nisan kuburmu, lebih tepatnya.

"Ara, gomenne, (name)-chan~" Ia tersenyum memandangimu.

"Aku membawakan bunga lagi untukmu. Seperti biasa." Ia menaruh bunga itu disamping batu nisan bertuliskan nama lengkapmu.

Sekali lagi, ia tersenyum.

"Aku tau, seharusnya di malam itu, aku datang menjengukmu."

Malas sekali untuk mengingat kejadian itu.

Ingat saat itu kau ditemani Karma sampai tengah malam? Dan besok malamnya, Karma tak datang. Orangtua mu juga tak bisa memaksakan Karma agar terus datang menemani putri semata wayangnya ini.

Saat itu, jam menunjukkan pukul 9 malam tapi orang yang dapat membuatmu nyaman tak kunjung datang. Waktu bergulir dan tibalah saat pukul 11 malam. Kau mulai mengantuk. Tapi Karma belum datang.

Kemudian kau melihat kilatan cahaya. Sudah cukup. Selama ini yang dirasakan hanya depresi. Malah kau sudah frustasi.

Kau berlari menuju kamarmu. Mengunci pintu kamar agar orangtuamu tak melihatnya melakukan aksi bunuh diri.

Ya, lebih baik pergi daripada tidur.

Kau mengambil benda sakral dari laci lemarimu. Benda yang tajam yang siap menjemputmu ke tempat yang indah.

Pisau-kun.

Tak terlihat seperti pisau dapur yang besar. Tubuhnya kecil dan menawan. Ah, (name) benar-benar mencintainya. Segera ia menusukkan pisau itu ke dada kirinya. Tak mau berlama-lama agar suara itu tak datang lagi.

Sebelum nyawanya benar-benar dibawa oleh pisau-kun, memorimu bersama Karma, bersama teman-teman, bersama keluarga, bersama korosensei, semua memori itu baik pahit maupun manis, melintas di benakmu. Inikah yang dialami orang-orang saat ajalnya menjemput?

Karma merutuki dirinya. Di hari itu, Karma benar-benar mulai kehilangan kendali oleh dirinya.

"Ahaha, bodoh sekali aku ini. Lebih memilih mengikuti paksaan ayahku untuk acara lamaran dengan Manami ketimbang menjenguk orang yang paling membuatku bahagia."

Tangan Karma memegangi kepalanya. Pusing.

"Setidaknya, aku bukan anak yang durhaka kepada orangtua."

—five years later at 6 p.m.

Sore menjelang malam. Jam segini belum pulang? Kemana dia? Akabane Manami sangat mengkhawatirkan suaminya.

Ya, Manami telah berganti marga.

Wahai kalian yang ngeship KarManami, apakah kalian senang? Haha, bro, akan kubuat nasib Manami tak seindah yang kau pikirkan.

Manami hanya bisa menurut oleh perintah suaminya. "Tetaplah dirumah, jangan coba-coba mencariku." Begitu lah yang Karma perintahkan. Istri harus menuruti perintah suami bukan?

Sementara itu, Karma sedang asik mengobrol dengan Nagisa di dalam kamar hotel. Ya, dirinya menyewa kamar hotel demi bisa melancarkan aksinya.

"Dengar ya Nagisa, setelah kau melihatku bunuh diri, kau harus kabur agar kau tak dituduh sebagai pembunuh."

"C-chotto Karma—"

Cres!

'Sekarang, bukan hanya kau saja yang tak dapat melihat bintang, namun aku juga.'  ,batin Karma.

Karma sudah lelah. Untuk apa menikah dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Terlebih lagi, orang itu adalah orang yang telah membuat (name)—orang yang sangat ia cintai melakukan aksi bunuh diri.

"Karma-kun.." gumam Nagisa.

"...aku akan membalaskan dendammu."

Nagisa segera keluar. Ia ingin menemui istrinya Karma. Nyonya Akabane. Akabane Manami.

Knock knock knock!

Nagisa mengetuk pintu rumah Karma dan Manami.

Manami, yang mengira itu adalah Karma, langsung membukakan pintunya.

"Are? Nagisa-kun?"

"Yo, Okuda— ah, Akabane-san~!"

"Ah, ayo masuk dulu. Apa kau mencari Karma-kun?"

Setelah dipersilahkan duduk oleh Manami, Nagisa pun melepas masker dimulutnya.

"Ah, corona membuatku tak nyaman dengan memakai masker ini. Ah iya, aku kesini bukan untuk menemui Karma-kun karena barusan aku bertemu dengannya."

"Haa yokatta~ Bagaimana Karma? Apakah dia sedang sibuk?"

"Akabane-san, aku kesini bukan untuk basa-basi. Aku kesini untuk,"

Nagisa berdiri. Tangannya merogoh sakunya. Cutter. Ia mengeluarkan cutter itu.

"Aku kesini untuk membuatmu membalas dosa atas apa yang telah kau lakukan oleh sahabatku, dan juga temanku."

Tak ada waktu bagi Manami untuk bicara. Nagisa langsung menusuk-nusuk cutter itu pada leher Manami. Setelah yakin terbunuh, ia membuat goresan indah pada wajah imut Manami. Ah, wajahnya tak lagi imut melainkan menjijikkan.

"Bagus."

Nagisa sudah puas. Ia segera ke dapur, mengambil pisau dapur milik keluarga Akabane ini. Menancapkan pisau itu ke dada kirinya. Dan tewas. Jadi Nagisa lebih memilih bunuh diri daripada ditangkap polisi? Haha, mengapa husbumu bodoh sekali, Naila Ayala.gg

'aku benci bintang. karna saat
kilatan cahaya itu muncul, yang
aku lihat adalah bintang jatuh.'

≡E N D≡

.........................................................

Yahhuu~!
Helo, mina~!
Apa kabar? Puasanya kuat kan?
Kuat lah masa engga.

Jadi aku mau kasih tau. Exploading Head Syndrome (EHS) adalah penyakit yang sejenis dengan insomnia. Gejalanya adalah kilatan cahaya yang muncul dan beberapa detik kemudian suara² seperti ledakan bom terngiang pada indra pendengaran. Ini membuat pengidapnya merasakan seakan kepalanya meledak. Hal ini terjadi saat jam tidur dan saat jam bangun tiba. Penyakit ini tak memiliki efek sakit pada fisik. Namun hal ini membuat pengidapnya depresi dan merasa frustasi. Penyebabnya belum diketahui tapi ada suatu teori (bukan teori jshk:v) yang mengatakan bahwa penyebabnya bisa saja terjadi karena sering mengalami depresi dan kekurangan jam tidur. Upaya untuk mencegahnya yaitu tidur dengan cukup dan pastikan saat tidur tempat nyaman, sepi, dan gelap agar tenang, dan juga jangan lupa untuk memperbanyak aktifitas yang positif².

Uhuk. Buat shipper KarManami jangan marah ya~

Sekian, arigatou jika sudah berkenan untuk membaca dan vote. Jangan lupa komen~♡

Salam manis,
—fachan♡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top