♥ 3. Reuni Adalah Suatu Tempat Di Mana .......♥

By the way! Kalian sombong, mau baca, taruh di library tapi ogah ngefollow. Apa karena Cici bukan penulis femes, ya? Sedih Cici.

❤STAR LOVER 3 - REUNI ADALAH SUATU TEMPAT DI MANA... ❤

*** Harap mengisi titik-titik dari pernyataan di sub bab di komen setelah membaca part ini.

Tristan Benedict Lie : Selamat pagi, Kakak yang cantik. Sudah bangun?

Elsa membaca ulang chat yang baru masuk di aplikasi BBM. Ia seolah susah mempercayai kalau yang mengiriminya chat sepagi itu adalah pria muda yang baru dikenalnya kemarin di reuni akbar sekolahnya.

Elsa menarik nafas panjang, ia tidak berniat membalas apa pun di aplikasi smartphonenya. Ia menyesali mengapa Tristan akhirnya bisa mendapatkan kontak BBMnya melalui cara yang busuk.

Pikirannya mundur pada kejadian beberapa jam lalu, di reuni itu.

"Kabar baiknya, aku dan Lily tidak pacaran," tukas Tristan setengah berbisik. Suaranya rendah dan dalam. Hembusan nafasnya mengenai wajah Elsa. (Dan Elsa tahu kalau ia perokok sebab ia dapat merasakan bau nikotin dalam hembusan nafas pria itu.)

Elsa menggeser kepalanya, berusaha menjaga jarak dengan Tristan. Ia tak ingin menjadi tontonan dan menjadi gunjingan semua orang. Megan pasti akan mengatainya, janda yang tidak tahu malu.

"Aku merasa ada kabar buruknya," duga Elsa. Tangannya meraih gelas berisi sirop Tristan memamerkan senyum khasnya, bibirnya tertarik, matanya juga tertarik, senyumnya hanya berbentuk segaris.

"Tidak ada kabar buruk, Kak. Ini adalah takdir kita," jawab Tristan nakal. Elsa tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya bisa menatap wajah pria muda itu dengan segala kepercayaan diri yang melekat dalam dirinya.

"Uhuk! Datang tanpaku ternyata membuatmu mendapatkan gebetan baru, Missy!"

Sontak Elsa terkejut dan tanpa sengaja menumpahkan isi gelas ke kemeja berwarna merah muda yang dikenakan Tristan. Dinginnya sirop membuat Tristan memekik.

"Ouch!"

"Ah, maaf!"

Elsa mengambil tisu dari dalam tas mungilnya dan mencoba menbantu Tristan mengeringkan pakaiannya. Sementara pria yang menyebabkan Elsa menumpahkan isi gelasnya itu juga tampak merasa bersalah dan berusaha membantu Elsa mengatasi kehebohan itu.

"It's okay," tukas Tristan tak merasa harus menyalahkan siapa pun. Hal seperti ini biasa terjadi dalam pesta. Tapi ia sama sekali tak berusaha mencegah Elsa membantunya mengeringkan pakaiannya.

"Sorry. Aku tak bermaksud mengejutkanmu, Honey," tukas pria itu.

Honey?

Tristan mengerutkan keningnya sambil melirik pria itu dengan ujung mata pisaunya. Pria itu seperti aktor sinetron, tampan, tinggi, dan berkulit cokelat. Mungkin juga memiliki perut kotak-kotak. Saat itu ia mengenakan sweater warna putih yang pas di tubuhnya.

"Hai, aku Donny. Maaf aku merusak kemeja Hugo keluaran terbarumu itu," tukas pria bermata sayu itu. Tristan meninggikan alisnya menatap pria yang memiliki brewok tipis di hadapannya. Ia makin penasaran siapa pria ini. Kalau Tristan jujur, Elsa cocok berpasangan dengan si brewok ini yang bila dipandang lama-lama mirip pemain sepak bola Neymar.

"Aku punya baju ganti di mobilku. Kau ingin pakai bajuku?" tanyanya.

Tidak sudi!

Tristan mungkin bisa memakai baju Si Neymar jadi-jadian tapi bagaimana dengan celananya. Celana Si Neymar ini akan jadi celana ¾ di tubuhnya. Seumur hidup ia tidak pernah memakai celana seperti itu.

Tapi akhirnya karena bujukan Neymar, Tristan setuju mengganti pakaiannya dengan pakaian Donny tapi tidak celananya. Tristan tetap bersikeras untuk tetap memakai celananya sendiri. Sekeluarnya dari toilet pria yang terdapat di sisi kanan hall di mana reuni itu diselenggarakan, Donny dan Tristan menjadi akrab. Tristan tahu kalau Donny adalah teman seangkatan Elsa dan hubungan mereka tidaklah seperti Tristan bayangkan dan sekarang Donny tinggal serumah Elsa. Ia juga bekerja sebagai manajer seorang penyanyi yang lagunya ditulis oleh Elsa.

"Kau yakin kau straight karena ......"

Donny tak melanjutkan kata-katanya, matanya menatap tubuh Tristan dengan penuh minat dari kaki panjangnya hingga ke perut ratanya sampai Tristan bergidik ngeri lalu buru-buru kabur ke luar toilet sampai si Neymar, eh, Donny memaki dirinya.

Kesalahan Donny yang membuat insiden kecil itu malah menguntungkan Tristan karena sebelum Elsa meninggalkan pesta reuni bersama Donny setelah Elsa merengek minta pulang selama sejam sedangkan Donny mengemukakan kalau ia baru saja tiba, Donny sempat mengatakan kepada Tristan betapa menyesalnya ia telah membuat baju Tristan basah. Tristan pura-pura bersin dan makin membuat Donny merasa bersalah.

"Bagaimana aku bisa mengembalikan bajumu ini? Hatsyiii!"

Elsa masuk ke samping kemudi sebelum meninggalkan Donny yang masih berbincang dengan Tristan.

"Ah, akan kuambil sendiri. Berikan nomormu padaku," tukasnya. Lagi-lagi Tristan bersin.

"Tak perlu. Kau pasti cukup sibuk mengurus seorang penyanyi. Kukembalikan saja lewat Elsa. Berikan nomor Elsa padaku," pinta Tristan sambil menyodorkan ponsel iphone putihnya.

Donny meringis dan mengerti maksud permintaan Tristan. Elsa melotot menatap Tristan yang pura-pura tidak berdosa lalu berniat memprotes Donny. Tapi Donny langsung memasukkan nomor ponsel Elsa ke dalam memori ponsel Tristan. Bukan itu saja, Donny juga mengambil ponsel Elsa dari dalam tas cewek itu dan mengundang kontak BBM cowok itu melalui ponselnya itu.

"Thanks!" ucap Tristan sebelum Donny masuk ke dalam mobil Innova silvernya.

"Ur Welcome, Honey!"

Tristan tidak lagi bergidik dengan panggilan itu. Ia menunduk, mata tajamnya menatap Elsa karena kaca jendela mobil diturunkan oleh Donny.

"Sampai nanti, Kak Elsa."

Bagi Elsa itu seperti janji. Sebuah janji kalau mereka pasti akan bertemu lagi.

♥ Star Lover ♥

Tristan menatap ponsel di atas meja nakas dekat tempat tidur king sizenya sambil tersenyum. Ia yakin Elsa sudah membaca chat darinya karena chatnya sudah ditandai read. Ia masih mengantuk tapi ia sengaja bangun pagi untuk mengirim Elsa pesan. Semalaman ia meladeni keusilan Donny yang langsung bertanya kepada apakah ia punya maksud tertentu dengan temannya. Ia tidak tahu harus merasa beruntung atau buntung karena kekepoan Neymar jadi-jadian ini.

Menjelang jam 2, Tristan baru bisa tidur setelah menset alarmnya berbunyi di jam 6 pagi. Menurut Neymar jadi-jadian, Elsa bangun jam 6 pagi di saat dia masih enak-enak tidur. Cewek itu sering menimbulkan kegaduhan di dapur meskipun dirinya merasa bersyukur karena selalu bisa sarapan dengan menu lengkap buatan Elsa di tengah kesibukannya menjadi manajer seorang penyanyi bernama Ayla.

Tristan memeluk bantalnya sambil memejamkan matanya, berusaha mengingat wajah Elsa ketika ia mengatakan janji sampai ketemu. Ia tahu Elsa merengut kesal. Ia juga tahu kalau sebenarnya merengut sama sekali tak cocok dengan sosok Elsa dalam bayangannya. Tapi membuat Elsa kesal seperti itu membuat Elsa lebih manuawi dan nyata.

Pada umumnya cewek tigapuluhan lebih menggiurkan daripada cewek-cewek yang berusia dua puluhan karena mereka telah mengenal diri mereka sendiri dan tidak dalam proses mencari jati diri. Mereka akan menjadi partner dan kekasih yang baik di tempat tidur dan tidak menuntut untuk diperlakukan bak putri raja.

Pacar-pacar Tristan terdahulu memang kebanyakan usianya lebih dewasa darinya termasuk seorang pramugari bernama Numilia yang bekerja pada maskapai penerbangan milik negara tetangga. Ia dan Numilia putus karena cewek itu tidak tahan hubungan jarak jauh dan ia mengaku punya selingkuhan seorang pilot yang sudah berkeluarga.

Terakhir yang Tristan dengar dari teman-temannya yang juga bekerja di maskapai yang sama, istri pilot itu memergoki suaminya selingkuh dengan Numilia. Si Pilot mengundurkan diri dari maskapai itu, begitu juga Numilia. Numilia sendiri pasca kejadian itu pernah menghubungi Tristan dan berniat berbaikan tapi Tristan sudah punya pacar baru lagi. Numilia pun pergi ke Eropa lalu tak lama kemudian Tristan putus dengan pacarnya.

Tristan sendiri heran mengapa dirinya tak pernah memiliki hubungan yang bisa bertahan lama dengan pacar-pacarnya terdahulu. Yang paling lama hanya dengan pramugari itu, dua tahun. Setelah itu para perempuan muncul dan pergi begitu saja seperti kalender harian yang selalu dirobek ibunya di pagi hari seiring terbitnya Matahari.

Kakaknya, kakak iparnya, ibunya, ayahnya, oh, bahkan keponakannya sudah lelah menghitung jumlah pacar-pacarnya. Mereka bahkan tidak mau mengingat nama pacarnya karena akan berganti lagi seperti semudah bunglon mengubah warna kulitnya.

Bahkan ibunya pernah mengatakan kalau sampai usia 28 tahun, Tristan belum punya calon istri (harap dicatat, CALON ISTRI, bukan pacar) ia akan menjodohkan Tristan dengan anak kenalannya.

Tristan hanya bisa menyatakan protesnya dengan berkata, tidak ada yang salah dengan dirinya.

Keponakan perempuannya yang baru memasuki usia remaja mengatakan kalau harusnya ia menyalahkan wajahnya yang terlalu tampan sampai membuat para cewek keder dan memilih untuk menjadi pacar pria lain yang tampannya tidak terlalu. Tristan protes pada ibunya apakah salah dirinya kalau terlalu tampan? Ibunya mengatakan tentu saja tidak. Sang keponakan berkata harusnya omanya lebih adil sewaktu membagi kadar menarik antara ibunya dan pamannya. Lalu keponakan Tristan dijewer ibunya sendiri karena dengan tidak langsung mengatakan ibunya tidak menarik.

"Uncle Ben! Bangun!"

Ahk, Tristan benci suara cempreng itu mengganggunya di hari Minggu. Ia masih ingin memimpikan Elsa dengan senyum menawannya dan bibir tipisnya yang sepertinya enak dicicipi.

Pintu kamar Tristan masih juga digedor meskipun Tristan sengaja mengeluarkan suara dengkuran.

"Uncle Ben! Buka pintunya! Aku tahu kau tidak tidur."

"Aku tidur! Pergi sana!"

"Uncle tolong dong. Masa tega sama keponakan sendiri?"

Tristan mendengus kesal. Ia pernah ingin pindah rumah. Move out dari rumah orang tuanya. Ia merasa sudah saatnya ia hidup mandiri, maksudnya tidak lagi direcoki oleh keponya Kakaknya, Vega beserta keponakannya yang tinggal bersebelahan dengan orang tua Tristan. Suami Vega membeli rumah di sebelah rumah orang tua Tristan setelah ia menikahi kakak Tristan. Semula ia mengira keadaan itu pasti sangatlah menyenangkan karena Vega masih bisa dekat ibunya meskipun telah menikah. Namun keadaan berbalik ketika Vega mulai mengintervensi kehidupan percintaan Tristan. Sampai menjadi kebiasaan hingga anak perempuannya juga ikut-ikutan.

Ia ingin punya rumah sendiri, privacy sendiri. Tapi.... tidak bisa. Ia satu-satunya anak laki-laki, ia memiliki kewajiban untuk menjaga orang tuanya. Jadi keinginan itu harus ditelannya lagi daripada ia dicap anak durhaka oleh kenalan-kenalan orang tuanya yang masih kental memegang adat ketimuran.

"Uncle Ben tolong buka pintunya, dong!" pinta Bintang dengan nada minta dikasihani.

Tristan menggulingkan badannya ke samping lalu bangkit sambil menyambar kaus lusuhnya yang terletak di lantai. Ia membuka kunci pintu kamar namun belum memakai pakaiannya.

Bintang yang berdiri tepat di pintu menganga melihat pamannya masih setengah telanjang. Gadis itu memekik lalu menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Uncle! Aku baru memasuki usia puber!" protesnya.

Tristan mencibir sampai alisnya menyatu dan membentuk satu garis lurus membuat tulang pipinya makin menonjol.

"Ada apa? Cepat katakan! Aku masih ngantuk," tukas Tristan dengan malas sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Pinjam lappy!"

"Kau kan punya sendiri," balas Tristan menghalangi langkah Bintang untuk masuk ke kamarnya.

"Plis Uncle Ben. Aku punya tugas yang harus kuselesaikan dengan googling tapi lappyku ngadat. Plis my beloved samchon[1]," rayu Bintang sambil mengedip-kedipkan mata besarnya. Tristan mengakui kalau gadis dalam masa puber ini sama cantiknya dengan ibunya di masa muda. Kak Vega akan mencekiknya kalau Tristan mengatakan ini secara langsung sebab ia takut punya saingan putrinya sendiri. Dan Tristan mulai paranoid kalau keluarganya memang keluarga aneh. Mulai dari ibunya sendiri yang terlalu bangga memiliki dua orang anak cantik (Ya, ibunda Tristan selalu beranggapan kalau Tristan lebih cocok dikatakan cantik daripada tampan) lalu kakaknya, Vega yang selalu mau tahu urusan orang dan betapa tidak beruntungnya Tristan karena Vega mendapatkan suami yang setali tiga uang dengan dirinya jadilah hasil kawin silang dari keduanya, Bintang, spesies paling kepo di dalam keluarga Lie.

Satu-satunya yang waras adalah Bryan Lie, ayahnya. Seorang pria berusia enam puluh tahun, seorang pekerja keras yang masih juga belum ingin pensiun dari pekerjaannya meskipun sudah beberapa kali Tristan menanyakan kepadanya kapan ayahnya akan pensiun. Dengan penghasilannya sebagai engineer sekarang, Tristan bisa menghidupi kedua orang tuanya.

"Samchon, jebal juseyo[2]. Aku akan membersihkan kamarmu selama seminggu jika Samchon membiarkanku memakai lappy."

Masih dengan mata besar yang dikedip-kedipkan hingga membuat Tristan mengalah, ia melangkah ke samping dan memberikan Bintang akses masuk ke dalam kamarnya.

Kamar Tristan berukuran 4x4 meter, sebenarnya tidak berantakan sebab Tristan bukan tipe yang sesuka gue. Di dalam kamar ada tempat tidur king size, sebuah meja tempat meletakkan laptop dan sebuah lemari buku yang isinya tentang mesin. Yang sangat tidak enak dipandang adalah mainan lego yang berantakan di meja di sebelah meja laptop. Berusia dua puluh tujuh tahun tidak membuat Tristan membuang hobinya menyusun lego. Waktu kecil Bintang pernah ditegur karena menyentuh susunan legonya.

"Uncle Ben punya pacar baru?" tanya Bintang sambil duduk di depan laptop. Tristan mendelik, menatap remaja putri itu dengan tatapan horor. Bintang terkikik lalu menunjuk susunan lego di sampingnya.

"Jika Uncle punya pacar baru, Uncle pasti mengubah seluruh susunannya."

"Shut up!" raung Tristan.

Tit tit.

Tristan mencari smartphonenya namun Bintang lebih cepat meraih benda itu karena berada di meja laptop. Gadis itu langsung membuka chat di aplikasi BBM sebelum Tristan sempat mencegahnya.

Bintang tertawa cekikikan. Tristan merebut ponsel itu dari tangannya. Di layar ponsel muncul foto Elsa dengan Tristan. Keduanya sedang berbincang. Foto itu mungkin diambil diam-diam oleh Donny sebelum insiden sirop itu sebab di foto ini, Tristan masih mengenakan bajunya sendiri.

Donny : Hadiah buatmu, Honey.

"My beloved samchon, jadi nama pacar barumu sekarang adalah Donny, ya?"

"Get out!"

Tristan tahu beberapa saat lagi, anggota keluarga yang lain akan heboh menanggapi ini semua.

♥ Star Lover ♥

"Pagi Missy. Hoammm. Kau masak apa?" tanya Donny masih menahan kantuk berjalan mengitari Elsa yang sedang berlatih yoga.

"Tidak masak!" jawab Elsa ketus.

Mendengar jawaban seketus itu di saat Donny baru mau mengawali hari membuatnya tersadar dari rasa kantuknya.

Dammit! Ini gara-gara Titan yang terus menerus ngajak chat. Emangnya aku ini mucikari?

Tapi Donny mengakui kalau ia menyukai Tristan. Pria itu lebih muda darinya, yang pasti lebih muda dari Elsa tapi pria itu tidak malu-malu menunjukkan sikap kalau ia tertarik pada Elsa. Tapi memang sih masih terlalu jauh untuk menilai dirinya cocok atau tidak dengan Elsa. Seperti mantan suami Elsa. Si Bangsat David. Donny tidak pernah menyukai David. Menurutnya David jelek, busuk, dan sebagainya, dan sebagainya. Yang dia miliki mungkin hanya pandangan-pandangan tentang idealisme politik negeri ini (politikus toh), Elsa jatuh cinta padanya sewaktu melihat David berorasi di depan gedung DPRD, waktu itu David mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas tenar. Bapaknya seorang tokoh reformis. Mereka menikah setelah David lulus, Elsa berusia 20 tahun saat itu.

Awal bahagia, tengah mulai deh siksaan batin. Ujung-ujungnya si ibu mertua terlalu ikut campur, endingnya ya, Elsa terpaksa bercerai dengan David. David menikah lagi dengan penyanyi dangdut. Donny sering bertemu dengannya jika satu panggung dengan Ayla dan menurutnya muka si penyanyi dangdut itu kebanyakan plastisin. Suaranya jelek kalau tak diedit dan dia sering lipsing. Ayla saja benci pada si plastisin apalagi Donny yang kenal baik dengan Elsa. Ia bahkan pernah berpikir untuk memasukkan obat pencahar ke dalam minuman si plastisin supaya ia batal tampil sepanggung dengan Ayla kalau saja Ayla tak mencegahnya.

Ayla bilang Elsa akan ngamuk jika Donny melakukan itu.

"Perlu dibantu, Missy?" tanya Donny ketika Elsa melakukan posisi yang agak sulit.

"Nope!" jawab Elsa masih ketus.

"Are you mad?" tanya Donny. Ia melangkah mendekati Elsa dan duduk di sisinya. Elsa menarik nafas panjang lalu menghentikan gerakannya. Sekarang ia duduk sambil menekuk kedua lututnya.

"I miss my kids. Besok hari ulang tahun ibuku tapi ayahnya tidak mengijinkan Double J menginap di sini," tukas Elsa. Donny merangkul bahu Elsa berusaha menenangkannya. Elsa menyandarkan kepalanya ke dada Donny. Donny ikut menarik nafas panjang. Ia tahu bagaimana perasaan Elsa, bertahun-tahun lalu ketika putusan cerai mereka disahkan, Elsa tak menitikkan air mata. Yang membuatnya menangis saat itu adalah ia kehilangan hak asuh atas kedua anaknya, Jordy dan Jasper. Alasan hakim, Elsa tidak memiliki penghasilan. Dan bagi Donny itu hanyalah bullshit!

Perlu diketahui di mana posisi David saat itu. David adalah anggota legislatif dari sebuah partai besar. Ia kenal dengan orang-orang di departemen kehakiman dan Donny yakin meki Elsa punya penghasilan semilyar pun ia tak akan mendapatkan hak asuh atas anak-anaknya.

"Kau sudah tanyakan itu pada Bang... ehm Davi?" tanya Donny. Hampir saja ia mengucapkan kata bangsat itu. Bagaimana pun ia harus menghormati Elsa dan double J.

Elsa mengangguk.

Donny menghela nafas.

"Tapi ia mengijinkan Double J ke rumah orang tuamu kan? Hanya sekedar mengucapkan selamat ulang tahun?" tanyanya lembut. Elsa mengangguk lagi.

Tak ada yang bisa dilakukan Donny selain membesarkan hati Elsa saat ini. Tak ada gunanya memaki-maki di Davy Jones itu.

"Kalau begitu ya tidak apa-apa, Els. Kita akan antar Double J pulang tepat jam 10 malam. Besok kita pesta di rumah orang tuamu," tukas Donny. Elsa menangis dalam diam ketika jemari Donny membelai rambut halusnya.

"Ehm, kapan si muka vampir akan mengembalikan baju kesayanganku?" tanya Donny berusaha mengalihkan pembicaraan. Elsa mengangkat kepalanya. Matanya menatap Donny heran.

"Muka vampir?" tanyanya bingung. Donny meringis.

"Titan Lie! Kau tahu itu baju kesayanganku, YSL. Aku ingin memakainya kemarin malam tapi urung karena warna celana yang kupakai tidak cocok. Dia sudah sms kapan akan mengembalikannya?" tanya Donny seolah-olah ia tak pernah ngobrol dengan Tristan via chat. Elsa menghapus air matanya.

"Harusnya kau ambil sendiri. Ini salahmu. Mengapa kau harus menugaskan aku mengambil bajumu sendiri?" protes Elsa sambil mendorong dada Donny.

"Oh aku sebal. Kemarin malam aku sangat sebal. Sebenarnya aku tidak punya kesempatan untuk menghadiri pesta reuni karena diva kita, Ayla harus muncul siaran tapi siapa sangka, Ayla rindu sama Rafael. Jadi ia kembali ke sini dan aku bisa pergi ke reuni. Siapa sangka kulihat Missyku sedang flirting dengan cowok muda. Ckckckck!"

"Aku tidak flirting, Donny!"

Donny tersenyum penuh arti. Matanya melebar. Andai saja dia straight pasti banyak gadis-gadis terbius oleh mata itu.

"Aku tahu bahasa tubuhmu, Missy. Stop acting like you never interested to him!"

"Donny, I don't!!!"

Donny terkekeh.

"May I invite him into your parents party?" tanya Donny lancang.

"No, please. If you do that, I will never forgive you!" ancam Elsa.

Donny tersenyum-senyum. Elsa mungkin akan mengabaikan pria ini seperti ia pernah mengabaikan pria-pria lain semasa mudanya dulu, dan juga pria-pria yang pernah datang setelah perceraiannya tapi yang satu ini, entah mengapa Donny memiliki keyakinan sendiri kalau Elsa mungkin akan kesulitan mengatasinya.

"Namanya Tristan bukan Titan," ralat Elsa.

Donny tersenyum dalam hati dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya.

I knew it.

Cowok yang satu ini akan menjadi Titan buatmu.

[1] Paman, bahasa Korea

[2] Kumohon, bahasa Korea

Notes : * Jangan lupa untuk mengisi titik-titik. Reuni adalah suatu tempat di mana ......

♥ Kalau suka Tristan bisa vote di http://gwp.co.id/star-lover-edit/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top