First and Last

Seorang gadis dengan rambut panjang grey ash dengan ombre pink lurus tengah membendung airmatanya, kekasihnya jauh disebrang sana tengah berciuman dengan seorang wanita yang kerap ia kenal beberapa kali.



Choi Hyerin benar-benar kecewa setelah Yoochun menariknya dari sekolah untuk mengetahui hal busuk yang dilakukan keduanya.



Hyerin adalah tunangan Jaejoong, tahun depan bahkan mereka menikah tapi Jaejoong mengkhianatinya dengan berbohong alasan proyek padahal bukan.



"Kau tidak percaya lagi?" Tanya Yoochun, Hyerin diam.



"Jika ia tidak menyukai Clara, ia akan menolak ciuman itu, ia juga- YA CHOI HYERIN!"



Yoochun terkejut saat tahu Hyerin menyebrang jalan tanpa peduli mobil-mobil yang berhenti mendadak karenanya, Hyerin tanpa peduli mati berjalan terus dan terus lalu berhenti pada sepasang insan tersebut lalu menamparnya keduanya bergantian.



"KIM JAEJOONG! KITA PUTUS!"



Kata-kata yang Clara dan Yoochun tunggu namun dihindari Jaejoong dan ibunya bahkan adiknya, Junsu. Clara memang jahat tapi tidak dengan Yoochun. Clara ingin memiliki Jaejoong karena Jaejoong designer terkenal juga anggota band rock disebuah klub. Lain hal dengan Yoochun yang menginginkan kebahagiaan untuk cinta sebelah tangannya yaitu Hyerin.



Bahkan Yoochun sudah mengintai Jaejoong selama beberapa bulan ini karenaa Hyerin kerap ditemukan menangis walaupun anak itu suka menangis karena sikap kekanakkannya.



"Tapi Hyerin-ah, dengarkan ak-"



"Ini sudah menjelaskan semuanya!"



Jaejoong hendak menjelaskan apa yang terjadi namun Hyerin benar-benar marah. Amukan anak kecil memang selalu membuat orang dewasa pusing, mereka akan benar-benar kecewa atau benci sesuatu yang mereka tidak suka, termasuk kejadian yang Jaejoong lakukan, oh bukan, tepatnya Clara lakukan.



Yoochun menyebrang setelah lampu hijau bagi pejalan kaki berwarna hijau dan menulikan pendengarannya pada pengemudi yang masih berteriak kesal pada Hyerin.



"Oppa kau bilang mau traktir aku makan?" Tanya Clara dengan nada manjanya, Hyerin menamparnya sekali lagi.



"Oh! Jaejoong lebih memilih gadis manja seperti kau huh?! Geurae! Aku akan membatalkan semuanya!" Seru Hyerin dengan menenggakkan kepalanya karena perbedaan tinggi Hyerin dan Clara jauh.



"Hyerin hentikan" ujar Jaejoong, ia merasa bersalah.



"Hyerin-ah kkaja kita pulang" ajak Yoochun dengan menahan tangan Hyerin yang hendak menampar Clara lagi.



"Mwo? Mwohae? Silahkan lanjutkan ciuman kalian! Cih menjijikkan!" Teriak Hyerin lalu meninggalkan Yoochun dan Jaejoong yang hendak mengejarnya namun Yoochun terlanjur memukul wajah Jaejoong.



"Saekki-ya! Bisa-bisanya kau menyakiti dia! Ini perbuatanmu selama ini huh?" Geram Yoochun lalu meninggalkan Jaejoong yang terluka dibagian sudut bibir dan mengejar Hyerin.



"Oppa-ya gwaencha-"



"JANGAN SENTUH AKU!"



Jaejoong membentak Clara sampai gadis itu terjungkit, Jaejoong benar-benar terjebak.



Hyerin melarikan diri ke taman kota yang sangat sepi karena saat itu sudah sangat larut.



"Hiks Junchan hiks" isak Hyerin saat menelpon Junsu yang merupakan sahabat yang ia cintai, adik dari Jaejoong.



"Hyerin-ah? Ada apa? Katakan padaku! Kau ada dimana? Kenapa kau menangis?"



Sederet pertanyaan tak lepas dari mulut Junsu, sudah beribu kali Hyerin menangis dan mengadu padanya dan juga Yoochun bahwa Jaejoong menyakitinya. Entah itu dengan mengingkar janji, menolak bertemu, tertangkap basah sedang jalan bersama Clara dan sebagainya.



"Hiks Junchan~ Hyerin gaseumi neomu aphayo~" isak Hyerin tersendat-sendat, Yoochun yang berada tak jauh dari Hyerin menghembuskan nafasnya berat.



Ia tahu jika ini akan menyakitkan Hyerin tapi bagaimanapun Hyerin harus tahu calon suaminya brengsek, Hyerin kerap tak peduli dengan fakta Jaejoong berkencan dengan wanita lain karena Hyerin tidak pernah mau mendengar. Ia tak ingin Hyerin disakiti secara berkepanjangan maka dari itu lebih baik mereka pisah. Ia kejam tapi ini demi Hyerin, cinta pertamanya.



"Apakah Yoochun ada disana? Katakan padanya bahwa antarkan kau ke rumah. Seunghyun hyung mengkhawatirkanmu, ini sudah jam setengah satu malam sejak kau hilang dari sekolah Hyerin-ah" ujar Junsu, Hyerin berhenti menangis dan sedikit terisak.



Pikirannya teralihkan dengan bayangan Seunghyun akan memeluk mengkhawatirkan dirinya.



"Aku kehilangan Chunnie hik" jawab Hyerin, Yoochun mendekat dan mengambil ponsel Hyerin dari genggamannya.



"Yoochunie wasseo, museun soriya?" Tanya Yoochun, Hyerin memandangnya seolah ingin tahu Junsu bicara apa disana.



"Tolong antarkan Hyerin ke rumahnya, Yoona ajumma sudah sangat khawatir" ujar Junsu dibalik sana, Yoochun menatap Hyerin balik dan mengelus kepalanya.



"Mullonijyo, aku akan mengantarkannya. Kabarkan Yoona Ajumma" jawab Yoochun lalu memutuskan sambungan telponnya dengan Junsu.



"Uljima? Aku akan ada disini"



Yoochun terlihat player dari tampang dan perangainya tapi percayalah bagaimanapun Yoochun sangat romantis dan setia tentunya pada gadis beruntung dihadapannya yang matanya tengah membengkak.



"Hik- kkaja pulang hik- aku mau bicara dengan appa" pinta Hyerin dengan menarik-narik baju Yoochun, Yoochun mengulum senyum.



"Kkaja"



Yoochun membawa Hyerin ke mobilnya dan mengantarkannya sampai masuk ke rumah.



"YA! KAU DARIMANA SAJA HAH!"



Suara bass yang sangat rendah terdengar menggelegar di rumah besar milik keluarga Choi.



"Hiks hiks mianhaee hiks aku putus dengan Jaejoong oppa hiks" jawab Hyerin ketakutan beringsut memeluk Yoochun, Seunghyun membuang nafas kasar.



"Ya! Imma! Kau yang membawa adikku kabur!" Bentak Seunghyun pada Yoochun, Yoochun membungkuk hormat tiba-tiba karena Siwon ada disana tanpa ia sadari.



"Hyerin harus tahu kebenaran hyung" jawab Yoochun, Siwon berdiri dan beralih memeluk anaknya.



"Kebenaran apa?" Tanya Siwon menatap Hyerin sekilas.



"Jae hyung punya selingkuhan karena ia berciuman didekat cojje kafe bersama wanita yang sering diajaknya berjalan bersama daripada menemani Hyerin minum ice chocolate double whipe cream-nya" jelas Yoochun, Seunghyun terbalak.



"Putus?" Tanya Seunghyun sekali lagi.



"Ne oppa hik- aku mau semua pernikahan dibatalkan! Appa batalkan semuanya! Batalkan hik- aku benci pernikahan hik-" isak Hyerin dengan menggoyang-goyangkan tubuh Siwon, Yoona hanya terkejut.



"Jaejoong melakukan itu?" Tanya Yoona, Yoochun mengangguk yang diiringi oleh Hyerin.



"NE EOMMA!" Teriak Hyerin, ia berlari ke kamarnya berpapasan dengan Hana yang baru keluar dari kamar Minho karena Minho sakit.



"Ada apa?" Tanya Hana, Seunghyun menggeleng dan kembali ke kamar sementara Junsu, Siwon dan Yoona menatap kearah kamar Hyerin.



"Hatinya pasti sakit sekali" gumam Siwon, Yoona menitikkan airmatanya.



"Kenapa Jaejoong tega melakukannya?" Gumam Yoona yang sudah dirangkul Siwon.



"Ajumma~ ajussi~ aku minta maaf selaku yang memberitahu, apapun itu aku akan menjaganya, geureom aku permisi" ujar Yoochun sopan lalu pulang.



"Eomma~ ada apa?" Tanya Hana pada Yoona yang sudah ia anggap ibu sendiri.



"Yoochun atau Hyerin akan menjelaskannya nanti padamu, jangan beritahu Minho" ujar Siwon lalu dianggukkan oleh Hana.



Siwon dan Yoona meninggalkan Hana yang kebingungan atas semua yang terjadi.



Jaejoong dan Hyerin berpacaran sudah menginjak lima tahun lamanya namun kisah mereka berakhir begitu saja. Sering kali Hyerin meminta putus karena Jaejoong menahannya mereka kembali berbalikan tapi semuanya sudah tak dapat ditahan, Hyerin benar-benar sedih dan sakit hati.



Hyerin mengantarkan bubur untuk kakak kembarnya karena ia sedang terserang flu, buruk untuk seorang calon pemain sepak bola remaja nasional.



"Oppa-ya, aku bawakan bubur untukmu" ujar Hyerin, Minho mendudukkan dirinya dan memandang aneh wajah adiknya.



"Ada apa?"



Minho tak dapat dibohongi karena insting kembaran selalu terikat kuat.



"Tidak ada hehe, hanya pertengkaran kecil antara aku dan Jaejoong" jawab Hyerin dengan wajah sengaja di sumringah-kan, muka dusta.



"Kau tidak baik saja, tidak perlu tertawa Hyerin-ah" tegas Minho, Hyerin menyirnakan senyumnya dan membendung airmata.



"Aku sedih oppa sakit, bagaimana jika oppa tidak dapat masuk seleksi? Aku tidak mau kau sedih" sangkal Hyerin, Hyerin akan menutupinya.



"Ah~ tidak perlu khawatir anak nakal" ujar Minho lega, ia berfikir Hyerin terlalu memikirkannya.



Hyerin menaruh nampannya dan mengambil mangkuk berisi bubur, ia menyendokkannya dan menyuap Minho.



"Aahh~ aku akan merawatmu" ujar Hyerin, Minho membuka mulutnya dan menerima suapan Hyerin.



"Jangan menangis lagi, kau tahu 'kan aku benci melihatmu menangis?"



Setelah menyuapi Minho selesai ia menaruh cucian kotor lalu berpapasan dengan Hana.



"Hyerin-ah kau bisa membaginya denganku" ujar Hana, Hyerin menoleh dan menggeleng.



"Tidak ada yang perlu dibagikan"



Hyerin berubah selama seminggu, kabar ia putus dengan Jaejoong terdengar sampai ketelinga Hana saat beberapa pekan melihat Hyerin menangis dipelukan Yoochun dan membawanya ke kafe untuk menceritakan apa yang terjadi.



"Kau hutang penjelasan padaku Park Yoochun" ujar Hana datar, Yoochun menyesap Cappucino-nya dan menatap Hyerin.



"Aku memang menyukainya tapi bukan berarti ingin menghancurkannya" jawab Yoochun dengan suara huskynya.



"Lalu apa yang terjadi?" Tanya Hana yang mengelus kepala Hyerin, nafasnya beraturan tandanya ia tertidur.



"Ia tertidur" alih Yoochun, Hana membanting sendoknya kasar.



"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Bentak Hana.



Siapa yang tidak geram sahabat terdekatmu yang memang menyusahkan menangis karena pengkhianatan? Hana tentu geram. Apalagi Hyerin adalah adik kekasihnya.



"Hah~ kau galak sekali" protes Yoochun mendesah asal.



"Katakan sebelum 'adik kecilmu' ku kebiri Park Yoochun" ancam Hana dengan suasana gelap.



"Kau... Astaga" kaget Yoochun dengan nafas tercekat. "Baiklah. Aku hanya ingin memberikan kebenaran bahwa calon suaminya berselingkuh bahkan waktu pernikahannya bisa dihitung dengan jari" jelas Yoochun dengan nada berhati-hati pada gadis dihadapannya.



"Lalu?"



"Aku sudah mengintainya sejak kalian di Jeju. Aku menyusul kalian malam sebelum kalian berlabuh ke Seoul" lanjutnya kemudian ia menatap Hyerin dengan sayang.



"Kau kira aku tega memberikannya pada laki-laki sialan seperti itu? Apa kau tega Lee Hana?" Tanya Yoochun dengan nada tersakiti.



Hana mengangguk. Ia tahu Yoochun sangat menyayangi Hyerin dan hatinya sangat lembut, sifat player dan tebar pesona-nya lah yang membuat diri yang sebenarnya tertutupi.



"Ia menjalin hubungan dengan Clara, dia kakaknya temanku di Virginia. Clara sangat terkenal populer di universitas Jae hyung. Jae hyung selalu mengelak banyak proyek 'kan? Padahal dia mengajak Clara atau entah sebaliknya jalan-jalan. Aku tahu itu karena aku memantau Jae hyung" lanjut Yoochun, Hana mengepalkan tangannya geram.



Bagaimana bisa seorang Kim Jaejoong yang ia kenal menggilai apa yang dimiliki Hyerin kini menjadi seperti itu? Apakah ada kesalahpahaman?



"Apa kelebihan Clara huh?" Tanya Hana geram, paling ia terlihat dewasa dan seksi.



"Seksi" jawab Yoochun, Hana memutar matanya malas, tentu saja Jaejoong memilih wanita yang mengandalkan tubuhnya untuk hubungan, mata keranjang, pikir Hana. "Sebagai laki-laki aku mengakui dia seksi tapi aku merasa jijik karena ia menarik pesona orang lain dengan tubuhnya. Sementara Hyerin? Kau tahu apa yang unik didirinya" jelas Yoochun, Hana menoleh ke Hyerin yang sudah tidur memeluknya padahal mereka masih dikafe.



Hanya pria berhati lembut yang dapat menggilai dan mencari gadis seperti Hyerin karena ia tipe gadis yang jarang ditemukan tidak seperti Clara yang bisa ditemukan di tempat prostitusi, mungkin.



"Lalu bagaimana?" Tanya Hana mulai tenang, ia harus berkepala dingin.



"Aku memberitahu Junsu bahwa Jaejoong berkencan dengan Clara di Jeju, Junsu menarik Hyerin dan menyuruh Hyerin melihat itu kemudian dia lari, aku memantaunya" cerita Yoochun, Hana menunjukkan wajah sedihnya, cinta polos adik menyusahkan ini dinodai.



"Kemarin ia melihat Clara mencium Jae hyung tepat dibibirnya juga salah Jae hyung, sudah tahu ditempat umum kenapa tidak menolaknya? Hyerin yang saat itu bersamaku segera menghampirinya dan menampar Clara" lanjut Yoochun, Hana terkejut.



"Apa? Hyerin bisa menampar?" Tanya Hana, Yoochun.



"Aku tidak tahu, pipi Clara bercetak tangan kecil Hyerin jelasnya" jawab Yoochun, Hana berdeham.



"Lanjutkan"



"Jae hyung mengelak bahwa Clara yang memaksanya terlihat sekali dia diam dan Clara tidak memaksanya, Hyerin membentak Jae hyung dengan kata putus lalu ia menelpon ayahnya untuk membatalkan pernikahannya" lanjut Yoochun, Hana mengangguk.



"Aku mengerti, aku percaya padamu" jawab Hana, Yoochun tersenyum lega.



"Aku yang antarkan gadis kecil ini pulang, kudengar Minho sedang mempersiapkan sesuatu" ujar Yoochun lalu menggendong Hyerin dengan gaya bridal style keluar dari kafe dan memasuki mobil mewahnya.



Sebenarnya Hyerin tidak benar-benar tidur, ia hanya pura-pura tertidur untuk mendengar semuanya. Ia menyayangi Yoochun karena Yoochun memanjakannya sama seperti Junsu dan Minho lakukan.



Junsu sering mengatakan bahwa Yoochun hanyalah perusak hubungannya dengan Jaejoong. Junsu berkomentar sementara ia yang mencari kebenarannya.



Yoochun membaringkannya di kursi penumpang disebelah kursi pengemudi lalu duduk disebelahnya kemudian memakaikan seat belt, wajahnya begitu dekat sekarang.



"Apakah kau benar-benar mencintaiku oppa?"



Yoochun terkejut, Hyerin tiba-tiba berbicara dengan mata yang tertutup.



"Jayo?" Tanya Yoochun tepat didepan wajahnya, Hyerin membuka matanya.



"Aniya, aku tahu semuanya"



Jawaban Hyerin membuatnya tersekat, gadis ini menipunya dengan cara yang lucu.



"Kau tahu? Kau ini ringan sekali" gerutu Yoochun dengan mencubit hidungnya, Hyerin menarik tengkuk Yoochun dan menciumnya tepat dibibir Yoochun.



Yoochun membelakkan matanya, ini terlalu cepat, ia tidak dapat menolaknya karena ia juga menginginkannya.



Hyerin melepaskan tautannya.



"Mianhae, tujuh tahun aku hidup bersama Jae oppa, jika aku sedih berkepanjangan dan bahagia ia akan menciumku" lirihnya, Yoochun mengerti.



"Lalu kenapa kau menciumku?" Tanya Yoochun, Hyerin menatapnya dan airmata mengalir. "Jangan menangis lagi Hyerin-ah"



"Karena Jae oppa sudah tidak mencintaiku lagi juga kau yang mencintaiku sekarang, ah ani aku terlalu percaya diri" jawab Hyerin lalu mendorong Yoochun kembali ke kursinya, Hyerin mencondongkan tubuh mungilnya untuk membantu Yoochun memasang seat belt.



"Tidak, kau benar aku mencintamu" jujur Yoochun, Hyerin selesai memakaikannya dan duduk seperti semula.



"Kau mau menemaniku untuk kerumah Junsu? Aku mau membicarakan tentang pembatalan pernikahan"



Yoochun tampak berfikir, ia tidak mau Namgil ataupun Hyojoo berfikiran tidak baik tentangnya.



"Aku akan mengantarkanmu, aku akan menunggu dirumahmu" jawab Yoochun, Hyerin mengangguk yakin.



"Gomawo!"



Lalu Yoochun mengantarkan Hyerin kerumah Junsu sementara ia memarkirkan mobilnya dirumah Hyerin yang rumahnya bertepatan sebelah dengan Junsu.



"Hyerin-ah! Kau datang!" Seru Hyojoo, Hyerin tersenyum manis dan memeluk Hyojoo yang menyambutnya di ruang keluarga.



"Apa kabar eomma? Ada hal yang ingin kusampaikan"



Hyojoo terkekeh dan membawanya duduk disebelahnya.



"Katakanlah" ujarnya, Hyerin mengambil nafas berat.



Hyojoo sudah seperti Yoona, ibu kandungnya namun anaknya sudah mengecewakannya sangat jauh. Hyojoo sendiri memiliki harapan untuk menjadikan Hyerin menantunya entah itu dari Jaejoong atau Junsu.



"Aku putus dengan Jaejoong oppa"



Hyojoo membulatkan matanya, ia terkejut.



"Apa? Lalu- pernikahan kalian- anak itu!"



Hyojoo sudah mengiranya pasti Clara yang akhir-akhir ini datang kerumahnya telah menghancurkan segalanya.



"Aku sudah meminta pada appa untuk membatalkan pernikahanku dengannya, aku minta maaf eomma, aku tidak bisa seperti ini"



Airmata Hyerin turun kembali, Hyojoo sangat terluka melihat airmata cinta tulus itu turun, airmata kecewa.



"Geurae, lakukanlah. Eomma tidak akan marah, eomma kecewa dengan Jaejoong. Karena Clara kalian berpisah dan memutuskan hal ini"



Hyojoo memeluk Hyerin yang sangat dekat dengan Junsu, ia tidak memiliki anak perempuan wajar jika ia menyayangi Hyerin sebagaimana Yoona menyayanginya.



"Hiks, kumohon jangan salahkan Yoochun. Ia hanya ingin membuatku melihat semua yang kubenarkan padahal memang salah hiks eomma"



Isakan demi isakan lolos membuat Namgil penasaran kenapa anak perempuan-nya bersama Hyojoo yang juga ikut menangis.



"Mwohae?" Tanya Namgil berada didepan keduanya, Hyerin berdiri dan beralih memeluk Namgil.



"Jebal abeoji~ batalkan pernikahanku dengan Jaejoong! Hiks~"



Pengutaraan Hyerin membuat Namgil terkejut, ada apa sebenarnya yang terjadi.



"Aku akan menjelaskannya nanti yeobo" ujar Hyojoo, Namgil mengangguk dan memeluk Hyerin balik.



"Lakukan apa yang kau mau, abeoji tidak akan melarang. Pasti anak itu sudah kurang ajar"



Junsu datang saat Hyerin bersama kedua orangtuanya sedang berbicara, ia mendengarnya.



"Jaejoong oppa mencium Clara dipublik umum hiks beruntung Yoochun memberitahuku hiks oppa huks juga tidak menolak dan melepaskan ciumannya sebelum aku nekat hiks menyebrang dan menampar keduanya"



Cerita Hyerin terseok-seok, sangat terluka mengingat itu kembali.



"Kau menyebrang? Menampar mereka? Dimana Yoochun saat itu huh?!" Bentak Junsu, semua tidak menyadari Junsu sudah berdiri tak jauh dari mereka.



"Jangan membentaknya Junchan, kau melukainya jika seperti itu" omel Namgil, Junsu mendesah kasar.



Pasalnya Hyerin tidak dapat menyebrang dan tidak pernah main tangan seperti memukul orang. Tapi ia melakukannya saat itu.



"Yoochun sudah menarikku tapi aku berlari untuk melepaskan mereka berdua, rasanya sakit melihat adegan itu huks eomma huks Junchan mengerikan hueeee"



Tangisnya pecah, Junsu pusing mendengarnya. Hyerin takut padanya kali ini.



"Uljima" tenangkan Hyojoo yang ikut berdiri dan mengelus kepala Hyerin yang masih didekapan sang suami. "Minta maaf" perintah Namgil.



Junsu mendekat lalu Namgil memberikan Hyerin kepelukan Junsu yang selalu membuat Hyerin tenang.



"Jangan huks memarahiku" cicit Hyerin, Junsu menghela nafasnya, ia tidak bisa keras pada gadis lemah sepertinya.



"Uljima, aku tidak suka kau menangis" ujarnya lalu ia dekap Hyerin dan mencium pucuk kepalanya, Hyerin memeluknya dengan erat.



"Saranghae Junchan, eomma, abeoji~" ujar Hyerin saat tenang, semuanya tersenyum.



"Nado" koor semuanya.



"Aku pulang"



Deg



Suara yang membuat Hyerin sangat kecewa kini melewati pendengarannya.



"Jangan takut" bisik Junsu dengan mendekap Hyerin semakin erat. "Jangan lihat dan dengar" lanjutnya lalu Hyerin bersembunyi di dada bidangnya dan telinganya ditutup oleh tangan Junsu.



"Hyerin-ah..." Gumam Jaejoong.



Belum sempat ia mendatangi Hyerin sebuah tamparan terkontrin di pipi Jaejoong, ia tahu ini akan terjadi.



"ANAK KURANG AJAR! AKU TIDAK PERNAH MENGAJARKANMU UNTUK MENGKHIANATINYA! AKU JUGA TIDAK PERNAH MENGAJARKANMU BERSELINGKUH!"



Bentakan Namgil menggetarkan rumah, walaupun telinga Hyerin tertutup, ia masih dapat mendengarnya.



"Abeoji dengarkan-"



"AKU SUDAH MENDENGARNYA DARI HYERIN, TIDAK ADA PENOLAKAN CIUMAN DARI WANITA ITU, KAU GILA KIM JAEJOONG?!"



Junsu memejamkan matanya dan mendekatkan Hyojoo sang ibu kepelukannya karena Hyojoo tidak pernah mendengar Namgil semarah ini.



"Aku- aku bisa jelaskan" ujar Jaejoong dengan menatap punggung Hyerin.



"Kau menyakiti Hyerin yang sudah kuanggap anak perempuanku sendiri, aku sudah menyetujui prihal pembatalan pernikahanmu dengannya. Tidak ada lagi Kim Hyerin diotakmu Jaejoong! Hyerin milik keluarga Choi, ia tidak akan pernah menjadi Kim"



Penuturan tegas sang ayah membuat Jaejoong jatuh terduduk, Hyerin serius membatalkan pernikahannya.



"Andwae, Hyerin kau tidak bisa membatalkan begitu saja!" teriak Jaejoong frustasi, ia tahu ia salah.



Ia telah menghancurkan kepercayaan Hyerin, seringkali Yoochun meyakinkan Hyerin bahwa Jaejoong berselingkuh namun dihiraukannya karena ia percaya Jaejoong tidak akan mengecewakannya selama tujuh tahun ini, tapi Jaejoong melakukannya.



Jaejoong bangkit, berlalu didepan ayahnya dan menarik Hyerin kedekapannya, tentu menjadi suatu kejutan untuk Hyerin. Kejutan yang pahit.



"KAU TIDAK BOLEH MELAKUKANNYA! TIDAK!" Teriak Jaejoong sembari memeluk erat Hyerin, Hyerin menggelengkan kepalanya dan berontak.



"Lepaskan~! Lepas! Eomma appoyo!" Ringis Hyerin, Jaejoong memeluknya terlalu erat.



"HYUNG!" Bentak Junsu, ia berusaha melepaskan pelukan Hyungnya.



"Tidak, kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini. Kau tidak boleh meninggalkanku!" Gumam Jaejoong seperti kesetanan karena ia terus mencium Hyerin.



"Huks abeoji ummhh!"



Jaejoong benar-benar diluar batas, ia mencium Hyerin secara kasar dibibirnya didepan orangtuanya sendiri.



"KIM JAEJOONG!"



Namgil melepaskan mereka dengan tautannya dan menyuruh Hyerin pulang, Jaejoong berontak ingin mengejar Hyerin.



"Kau tidak boleh mencintainya lagi, sudah cukup kau kecewakan dirinya sekali"



Penuturan Namgil membuat dampak besar bagi Jaejoong. Ia berhenti menjadi designer dan memecat Clara sebagai sekretarisnya di toko bajunya yang bermerek Moldir. Ia hanya menjual barang yang sisa produksi sampai habis karena tak ada inspirasi, Hyerin inspirasinya.




*****





Hyerin dan Yoochun akhirnya memulai hubungan walaupun Hyerin tidak yakin akan mencintai Yoochun dengan cepat.



"Siapa yang tidak akan jatuh cinta padaku? Semua gadis melakukannya" ujarnya percaya diri saat berkencan di tahun baru.



"Aku, aku tidak" jawab Hyerin polos, Yoochun tidak marah karena ia tahu Hyerin seperti ini.



"Kenapa kau mau berpacaran denganku huh? Anak nakal" gerutu Yoochun sembari mencubit hidungnya, Hyerin mendengus kesal.



"Yah!" Teriaknya, ia tidak suka diperlakukan seperti itu. "Karena aku akan belajar mencintaimu, arra? Dasar jidat"



Jawaban yang selalu membuat Yoochun tidak pernah menyesalkan segala yang dilakukannya agar Hyerin menjadi miliknya.



"Hyerin-ah..."



Yoochun memanggil Hyerin yang tengah memandang pemandangan sungai Han dimalam hari ini, Yoochun tersenyum.



"Humm?"



"Aku boleh bertanya?"



Hyerin menoleh dan bertemu pandang dengan Yoochun yang memiliki mata tulus itu.



"Tentu saja, kau juga sedang bertanya sekarang"



Jawaban yang lucu bagi Yoochun.



"Kenapa kau takut jika aku menikahkanmu?"



Pertanyaan yang Hyerin hindari, Yoochun tidak tahu bahwa penikungan yang Jaejoong lakukan mengalami dampak besar untuk respon di mentalnya. Ia merasa trauma dengan pernikahan. Pucat memenuhi wajah Hyerin.



"Hyerin-ah gwaenchana?"



Hyerin menggeleng sementara Yoochun mengkhawatirkannya.



"Aku tidak akan mengatakannya lagi, aku mencintaimu"



Hubungan mereka berjalan baik, ada kala Hyerin sangat cemburu dengan sifat ramah dan sikap suka seenaknya Yoochun.



Pernah mereka putus sekali karena sifat Yoochun yang menyebalkan. Yoochun sangat kalang kabut karena Hyerin mengadu pada Junsu tapi Yoochun juga senang karena Hyerin menumbuhkan sifat cemburu setelah putus dengan Jaejoong beberapa tahun lalu.



"Kau tidak bisa seenaknya memutuskanku" tegas Yoochun dengan menarik lengan Hyerin.



Kini mereka sedang berada didalam mobil, diluar hujan deras. Sangat deras sampai pohon bergoyang kesana-kesini.



"Aku bisa! Jika kau bisa melakukan itu padaku, maka aku juga bisa!" Jawab Hyerin, airmatanya menggenang dipelupuk matanya.



Oh tidak, Yoochun dalam masalah.



"Aku melakukan apa?" Tanya Yoochun lembut, Hyerin menepis tangan Yoochun.



"Berbicara dengan YEOJA LAIN!" Teriak Hyerin, Yoochun terkejut ternyata kekasihnya juga bisa cemburu.



BRAK



Yoochun masih terkesiap dan keluar juga dari mobil karena Hyerin keluar dari mobil, ia meraih tangan Hyerin dan menciumnya dengan segera.



Hyerin kaget dengan apa yang dilakukan Yoochun, mereka jarang berciuman didepan publik karena Hyerin malu dan Yoochun juga tidak mau dilihat yang lain.



Kini mereka melakukannya didepan umum.



Ciuman Yoochun begitu bergairah sehingga membuat Hyerin membuka sebagian besar mulutnya kemudian Yoochun mencumbunya dengan sangat panas, ia menyukai Hyerin yang pencemburu seperti saat ini.



Hyerin memukul dada Yoochun untuk menandai bahwa ia kekurangan asupan oksigen, Yoochun melepaskannya.



Ciuman panas ditengah hujan deras ditambah tontonan gratis tak dihiraukan Hyerin yang terbakar rasa cemburu dan Yoochun yang senang karena posesif Hyerin.



"KAU GILA PARK YOOCHUN? KAU MENCIUMKU DIDEPAN UMUM!" Teriak Hyerin, Yoochun tersenyum lembut dan memeluk Hyerin.



"Katakanlah kalau kau cemburu, aku senang kau cemburu padaku"



Hyerin gelagapan karena itu memang benar semenjak kejadiannya bersama sang mantan kekasih Kim Jaejoong, ia berusaha untuk tidak kehilangan orang yang ia cintai dan mencintai ia saat ini, Park Yoochun.



"Ayo kita pulang, keringkan tubuhmu" ujar Yoochun yang tahu Hyerin kehabisan kata-kata, ia membawa Hyerin pulang dan dapat omelan dari ibu sang kekasih.



Yoona, pasalnya menyayangi Hyerin sepenuhnya, bahkan ia sangat kecewa dengan Jaejoong yang membuat Hyerin kurus turun sepuluh kilogram karena tidak bernafsu makan selama dua minggu, beruntung Yoochun selalu disisinya. Bagaimanapun juga.



"YAH! Anak nakal! Kenapa Hyerin basah eoh?!" Teriak Yoona, Yoochun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menatap Hyerin mencari pertolongan.



"Geu... Hyerin cemburu dan marah saat tahu aku berbicara dengan teman lamaku, ia menerobos hujan" jelasnya.



Hyerin sudah naik ke kamarnya dan berganti baju sama halnya dengan Yoochun yang meminjam baju Minho.



"Hyerin cemburu? Cih" decih Seunghyun yang sedang membaca koran.



"Memang kenapa kalau adikmu cemburu? Bagus bukan? Kejadian yang dulu tidak akan terulang lagi" bela Yoona, Seunghyun hanya berdeham tanda mengalah.



Drap



Drap



Bruak



Hyerin turun dengan cepat dan jatuh telungkup, kebiasaan.



"Baby~!"



Yoochun memekik karena terkejut kekasihnya jatuh, walaupun sudah biasa tetap tidak baik untuk kesehatan tulangnya.



"Bisakah suruh mereka naik keatas? Aku muak melihat orang berpacaran" gerutu Seunghyun, Hyerin menghampirinya dan mencium pipi kakak pertamanya itu.



"KAU! Aish~ selalu saja! Sudah sana" kalah Seunghyun lalu akhirnya Hyerin membawa Yoochun ke kamarnya.



Tak masalah karena keduanya sudah bertunangan.



Kini mereka berbaring dengan posisi Hyerin memunggungi Yoochun yang memeluknya dari belakang.



"Hyerin baby" panggil Yoochun, Hyerin menoleh sedikit.



"Ne Chunnie baby?" Sahut Hyerin, Yoochun mencium pipi Hyerin.



"Jika ada seorang pria mendekatimu hanya perlihatkan saja cincin pertunangan kita" ujar Yoochun dengan mengelus tangan kiri Hyerin.



"Eum~ aku sudah memamerkannya keseluruh orang" jawab Hyerin, Yoochun senang mendengarnya. "Itu juga berlaku padamu" lanjut Hyerin.



Hyerin bernada lebih dewasa, Yoochun gemas.



"Dulu Jae oppa hanya mengatakan ingatlah kita akan menikah dan tidak melakukan apapun bahwa ia seorang yang ingin menikah tapi sekarang jika kau ingin menduaiku tolong lihat cincin pertunangan yang kau pakai ini Chun-ah. Aku susah payah meyakinkan diriku padamu agar tidak terjatuh lagi. Ingatlah bahwa aku tunanganmu" jelasnya, Yoochun terkekeh pelan.



"Kau juga, calon istriku" timpalnya, Hyerin memutar matanya dan memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Yoochun.



"Siapa yang bilang?"



"Aku"



"Cih, mau sekali eoh?"



"Tentu sajaa~"



"Mimpi saja sana!"



"Eii sayang~ kau bukan mimpi tapi kau nyata"



Hyerin menatapnya kalah, Yoochun mencium bibir Hyerin dengan lembut dan melumatnya pelan. Tidak, Yoochun sama sekali tidak nafsu dengan gadis bodoh didepannya yang masih mau menerimanya apa adanya.



Sejauh yang Hyerin tahu, Yoochun mempunyai sedikit gangguan mental dimana ia akan terpaku pada sebuah obsesinya, objek obsesinya saat ini adalah Hyerin. Objek utama obsesinya selama sepuluh tahun ini.



Yoochun melepas tautannya dan menempelkan dahinya di dahi Hyerin, nafas mereka bersatu.



"Gomawo sudah mau menerimaku dan berusaha bersamaku"



"Gomawo sudah membuatku yakin akan perasaanku padamu"




'andai saja aku mencarimu



kamu pasti masih berada disisiku.



Jika saja aku mempunyai satu kesempatan,



akan ku katakan padamu sekali lagi



bahwa aku mencintaimu.



Tapi kata-kata yang merupakan luapan perasaanku



tidak dapat menjangkau dirimu lagi'


(TVXQ - Stand By You)



Hyerin sebenarnya tidak terlalu marah dengan Jaejoong karena Jaejoong juga secara tak langsung sudah mempertemukannya dengan Yoochun tapi Yoochun lah yang tidak suka dengan Jaejoong dikerenakan sudah pernah membuat gadis yang ia cintai menangis, ia membenci Hyerin saat menangis.



Cojje kafe berjalan mulus lagi, Jaejoong mulai mendesain beberapa barang untuk toko merek Moldir miliknya sementara Junsu sedang membuat investasi dengan membangun hotel Toscana di Jeju.



Setelah tahu kematian tentang Yoonmi kekasih Junsu, Junsu berusaha mendekati kembaran Yoonmi yang juga menyukainya, perlahan meninggalkan Yoonmi yang sudah tidak dalam satu alam yang sama.



Changmin yang sudah menemukan kekasihnya yang hilang bersama Yoonmi.



Minho dan Hana membuat klinik dan menanam saham di sejumlah rumah sakit.



Sementara Yoochun meneruskan perusahaan orangtuanya untuk menunjang hidup kedepan yang ia susun bersama Hyerin.



Saat Hyerin menginjak dua puluh tahun dan sudah wisuda sarjana, Yoochun merayakannya di kafe milik Jaejoong, Cojje kafe.



"Hyerin-ah! Chukhae!" Teriak semuanya, Cojje kafe disewa Yoochun untuk kekasihnya ini.



"Uwaah gomawo~" jawab Hyerin senang dengan menerima hadiah dari masing-masing temannya.



"Bukalaahh!" Teriak semuanya, Hyerin mengangguk mantap.



Hyerin membuka satu persatu hadiah yang dipersembahkan untuknya dari sahabat dan kakaknya. Terdapat keluarga Choi dan Kim beserta teman-teman Hyerin.



"Bukalah milik kami anakku" ujar Siwon dengan merangkul Yoona menatap anaknya dengan sangat bahagia.



"Arraaseeoo!!" Jawab Hyerin semangat.



Hyerin membuka kado persegi empat yang lumayan besar itu dengan perlahan, setelah melihat isinya matanya sangat berbinar.



"Woah! Album foto diriku sejak kecil sampai kemarin wisuda?" Senangnya, kedua orangtua yang sangat menyayanginya mengangguk.



"Geuraeyo~ kenang-kenangan dimana kau sangat ceroboh dan manja, tidak berubah" ujar Yoona, Hyerin terkekeh.



"Sekarang bukalah milikku adik jelek" ujar Seunghyun, Hyerin melotot tidak percaya. Masih sempatnya sang kakak sulung mengatainya.



"Sudahlah~" tengah Junsu, Hyerin memeluk Junsu. Selalu ada Junsu disana.



Hyerin membuka kotak kado yang sama besarnya dengan yang sebelumnya. Membukanya dengan perlahan dan menatap tak percaya dengan apa yang ada didalamnya.



"Kau tahu aku sangat tidak suka menunjukkan ekspesiku 'kan?" Ujar Seunghyun tiba-tiba, semua menatapnya demi mendengar alasannya.



"Aku tahu, sangat tahu" jawab Hyerin, Seunghyun menatapnya dan senyum.



"Inilah saatnya aku menunjukkan ekspresiku, kau harus menerimanya"



Hyerin mendapatkan banyaknya pakaian bagus dan buku panduan untuk memasak karena Hyerin juga kurang pandai melakukannya. Seunghyun sangat memperhatikannya namun tak pernah ditunjukkannya.



"Gomawo" ujar Hyerin, Seunghyun mengangguk.



"Bukalah milik kami Hyerinnie" ujar Hyojoo dengan Namgil yang berdiri disampingnya, Hyerin mengangguk mantap. Ia membukanya dan menatap keduanya dengan heran.



"Ini..."



"Baju pernikahan yang Jaejoong kami buat untukmu dulu saat kecil, tubuhmu terlalu kecil untuk menjadi modelnya ternyata namun dipikir juga kau sudah muat memakainya sekarang" potong Namgil, Hyerin menatap keduanya juga Jaejoong yang menatapnya lembut.



"Bagaimanapun... Gomapseumnida" ujar Hyerin, ketiganya mengangguk.



"Bukalah dari Shim Changmin dan Jung Yoonso! Palli!" Seru Changmin kemudian Hyerin membukanya.



"Astaga ini memalukan" protes Minho, Changmin menatapnya jengah.



Kemudian Hyerin membuka kado yang isinya lebih berat dari yang lainnya, pemberian dari Changmin. Sahabatnya.



"Kau harus belajar bermain PSP dan permainan XBOX! Jadi kalau kau kalah bermain tidak perlu mencium si jidat 'kan!" Bela Changmin, Yoonso menjitak kepalanya yang kepalang jenius tersebut.



"Lihatlah dibawah tumpukkan mainan itu, aku membelikanmu beberapa buku psikologis untuk yeah kau bisa menjawabnya sendiri" lanjut Yoonso, Hyerin mengangguk.



Buku tentang bagaimana menghilangkan trauma, Hyerin tahu arah pembicaraan ini kemana dan suasana mulai tidak enak masalahnya Changmin sedikit tidak suka dengan Jaejoong.



"Oh ya mana hadiah Minho oppa, Hana eonni dan Yunho oppa?" Tanya Hyerin memecah keheningan, Minho memberikan kado persegi kecil dan Hana persegi panjang kecil.



"Apakah aku boleh membukanya sekarang?" Tanya Hyerin, Hana mengangguk tapi Minho menggeleng.



"Kau membukanya saat sudah menikah" jawab Minho, Hyerin merenggut.



"Aish itu lagi huh" gerutu Hyerin, lalu menatap Hana. "Aku buka ne"



Ia membuka kertas kadonya dan menemukan perlengkapan merias wajah, ini memalukan.



"Yoochun kau keberatan dengan ini?" Tanya Hana, ia menggeleng dan menepuk kepala Hyerin.



"YAH!" Pekiknya lalu semua tertawa kemudian Yunho memberikannya sebuah kunci.



"Tebak aku membelikan apa untuk adik kecil ini..." Ujar Yunho yang membuat semuanya berfikir.



Yunho bisa membeli segalanya namun mereka berfikir, apa yang telah dibeli oleh Yunho untuk Hyerin.



"Mobil?" Tanya Namgil, Yunho menggeleng.



"Gembok?" Tanya Changmin yang kemudian dipukul Yunho.



"Yang benar saja" gerutu Yoochun, Hyerin berfikir.



"Sepeda? Kau selalu mendorongku untuk belajar naik sepeda 'kan?" Yakin Hyerin, semua tertawa mentertawakan Hyerin. Ini konyol.



"Kau fikir sepeda menggunakan kunci? Haah ada-ada saja kau ini" gerutu Seunghyun kemudian Hyerin menatap Yunho penuh dengan perasaan penasaran.



"Tidak Hyerin-ah, coba pikirkan lagi" jawab Yunho, Hyerin merenggut karena menyerah.



"Sebuah rumah?" Tebak Siwon, Yunho mengangguk.



"Disana ada tiga kunci" lanjut Yunho, Hyerin melebarkan matanya.



"Astaga?! Rumah?!" Kagetnya, Yunho mengangguk.



"Katakan saja hyung, kau membuatku tidak sabar" ujar Yoochun, Yunho tertawa khas dan mengangguk mengerti.



"Aku membelikannya rumah cluster minimalis untuknya, satu kuncinya kubelikan sebuah tempat kursus untuk menyanyi dan satunya lagi kunci kapal ferry" jawabnya, Hyerin melongo.



"Apapun itu, terima kasih ini menakjubkan" ujarnya dengan nada shock, semua juga ikut shock.



"Junsu-ya, berikan kadomu" ujar Jaejoong kali ini, Hyerin menatap Junsu.



Junsu memberikan surat undangan, ini mengejutkan.



"Kau..."



"Bukan pabbo! Aku debut menjadi pemain drama musikal dan itu tiket kursi paling depan untukmu" potong Junsu yang kemudian tersenyum manis, Yoonmi yang bernama asli Yoonae terkekeh.



"Kami sama sekali belum memulainya Hyerin-chan" lanjut Yoonae, Hyerin terkekeh.



"Kukira hehehe" kekeh Hyerin, kemudian Yoonae memberikan Hyerin surat pindah.



"Ini... Apa?" Tanya Hyerin agak bingung, Yoonae terkekeh.



"Mianhae kukira kau mengerti katakana..." Sesalnya, Hyerin mengangguk dan tersenyum tulus. "Sebuah toko kecil yang berada di Saipan berisi barang-barang manis atas nama Choi Hyerin, bagaimana? Kau senang?" lanjutnya, Hyerin berbinar.



"Woah! Benarkah? Aigo!! Arigatou Gozaimasu Yoonae-chan!! Aku suka!"Seru Hyerin, Yoonae tersenyum puas.



Hyerin kemudian menatap Jaejoong dan Yoochun bergantian.



"Kalian berdua belum memberikanku apapun, apakah tidak ada? Harus kulewatkan bagian ini?" Ujar Hyerin, keduanya salah tingkah, sangat grogi.



"Kau duluan"



Jaejoong dan Yoochun mengatakannya serempak, itu aneh.



"Baiklah, gunting batu kertas yang kalah mengatakannya duluan, ini permainan yang mudah!" Potong Changmin, keduanya melakukan gunting batu kertas.



Batu milik Jaejoong dan kertas milik Yoochun.



"Astaga, payah sekali" protes Junsu, Jaejoong menatapnya jengah.



"Hyerin-ah" panggil Jaejoong, Hyerin menatapnya.



"Ne?"



"Don't go"



Semua bingung dengan arah pembicaraan Jaejoong, Hyerin-pun sama.



"Aku tidak pergi 'kan?" Tanya Hyerin pada Siwon, Siwon menggeleng.



"Kumohon jangan pergi" ulangnya lagi.



"Pergi kemana Kim Jaejoong?" Tanya Namgil, Jaejoong menatap Hyerin.



"Kembalilah padaku jika kau berikanku kesempatan lagi"



Yoochun terkejut, bisa-bisanya Jaejoong mengatakannya didepan tunangan yang merupakan mantan tunangan Jaejoong. Hyerin tetap adiknya, selamanya. Itulah pikiran Yoochun. Hyerin tersenyum kemudian menatap Yoochun seolah mengatakan ia bisa mengatasinya dan Yoochun menatapnya dengan harapan besar.



"I let you go" ujarnya, semua dalam hening mendengarkan setiap kata perdesibel pada percakapan keduanya.



"Apakah tidak ada kesempatan kedua?" Tanya Jaejoong, Hyerin mengangguk membuat semua tercengang.



"Untuk menjadi kakak-ku seperti Junsu, aku sudah melakukannya dengan baik selama ini" jawabnya.



Hyerin sulit ditebak sama halnya dengan Jaejoong, semua sangat penasaran.



"I will stand here, don't let him hurt you" ujar Yoochun merengkuh pinggang ramping Hyerin.



"Kau menyebabkan trauma yang mendalam untukku, tapi itu tidak masalah. Ada Yoochun yang setia menunggu dan terus bersabar menghadapiku. Kau tidak tahu bagian baiknya" jawab Hyerin, Jaejoong mendekatkan diri dan menatap Yoochun.



"Izinkan hyungku memeluk Hyerin, Chun-ah" ujar Junsu mewakilkan Jaejoong, Yoochun mengangguk.



"Tentu saja, kalian kakak beradik aku tidak melarang kalian berpelukan karena aku tidak ingin egois untuk Hyerin" jawab Yoochun kemudian Jaejoong merengkuhnya erat.



"Oppa, dengarkan aku. Aku baik-baik saja, kau harus bahagia karena aku juga sudah bahagia berkat insiden oppa" ujar Hyerin, Jaejoong benar-benar rindu aroma vanilla milik Hyerin yang menyeruak kedalam indera penciumannya.



"Hyerin akan sesak nafas" protes Seunghyun, Jaejoong menghiraukannya, ia sangat merindukan momen ini.



"Hyung..." Tegur Junsu dan Yunho bersamaan, Jaejoong terisak.



"Aku bersalah!" Isaknya, Hyerin kaget Jaejoong menangis dipelukannya.



"Apa?" Tanya Hyerin bingung.



"Sudah melakukan hal yang buruk padamu sehingga membuatmu terguncang, ingatlah setelah ini Hyerin-ah! Aku akan menyayangimu dan tak ada yang bisa menggantikanmu"



Jawaban Jaejoong tidak membuat Yoochun marah, itu bagus.



"Kau tidak boleh menderita sendirian, setidaknya kau masih memiliki aku dan Yoochun juga Junsu dan semuanya" ujar Hyerin, masih tetap berpelukan.



"Kau harus bahagia Hyung" tengah Yoochun, Jaejoong melepaskan pelukannya dan mengangguk.



"Berjanjilah kau harus membuatnya selalu bahagia! Jika ia bahagia, itu sudah lebih dari cukup untukku" ucap Jaejoong, Yoochun mengangguk.



"Tentu saja" jawab Yoochun.



Semua menghembuskan nafas lega, Jaejoong menghadiahkan Hyerin sebuah permintaan maaf yang tulus.



Hyerin memang marah dulu dengan Jaejoong tapi ia tidak bisa membencinya, Jaejoong bukan pacarnya lagi tapi Jaejoong tetap oppanya. Ia hidup selama dua puluh tahun bersama terus menerus dengan Junsu dan Jaejoong, ia tidak bisa membenci orang yang adalah keluarganya sendiri walaupun kecewa menyeruak kesanubari terdalamnya.



"Yoochun, jangan membuang waktu. Aku tidak sabar" ujar Seunghyun memecah keheningan diantara semuanya, Yoochun terkekeh.



"Baiklah, jangan terkejut" jawab Yoochun.



Semua mundur karena rencananya sudah dimulai, semuanya sudah tahu prihal hadiah Yoochun termasuk Jaejoong terkecuali dengan Hana.



"Ini akan sangat mengejutkan uri Hyerin" bisik Minho pada Hana.



"Apa yang terjadi?" Tanya Hana dengan nada berbisik.



"Kau pun tidak akan menduganya, kondisi uri Hyerin juga masih belum stabil" lanjut Junsu, Jaejoong menghela nafas berat.



"Apakah ia akan pergi ke Amerika lagi?" Terka Hana menengok ke Jaejoong.



"Lebih buruk lagi" jawab Jaejoong dengan wajah tersenyum miris.



"Mengingatnya bahkan bisa membuatnya gila" ujar Changmin, Yoonso mengangguk.



"Ia dalam kondisi yang baik, percayalah ia akan menerima keputusan Yoochun" jawab Yoonso menanggapi bisikan tiap bisikan yang terdengar.



"Yoochun memang tidak normal secara rohaninya tapi ada sisi paling normal, ia memutuskan ini untuk uri Hyerin juga" bela Junsu, Yoonso menoleh dan tersenyum.



"Terlihat sekali" gumam Yoonae, Junsu merengkuhnya.



"Jika Hyerin mencintainya ia akan melepaskan hal yang disampaikan Yoochun, percayalah" yakinkan Junsu.



Sementara mereka berbisik-bisik Yoochun terus menerus menatap mata Hyerin yang membuat sang kekasih salah tingkah.



"Ekhem" deham Yoochun, semua terdiam karena Yoochun ingin mengumumkan sesuatu.



"Kenapa hening?" Tanya Hyerin penasaran, semua terkekeh.



"Kami hanya menghargai kekasihmu sayang" jawab Siwon, Yoona mengangguk setuju.



"Katakanlah" tengah Hyojoo mewakilkan Namgil, Yoochun mengangguk.



"Aku tahu ini mendadak" mulai Yoochun, Hyerin menatapnya serius.



"Lalu?"



"Aku ingin menanyakan ini"



"Tanyakan padaku kalau begitu"



"Kau siap kutinggalkan?"




Nyut




Selintas tentang prihal kenangan kelamnya dulu terputar kembali. Mungkin Yoochun akan meninggalkan dirinya baik-baik bukan seperti yang Jaejoong lakukan dahulu, Hyerin terlihat kosong kemudian bernafas berat dan menatap Jaejoong, ia tidak bereaksi apapun tentang kalimat ganjal Yoochun.



"Jika kau meninggalkanku, aku siap" jawab Hyerin yang membuat semuanya tercengang, Hyerin benar-benar serius.



"Chun-ah ini akan sulit" ujar Junsu pada Yoochun, Yoochun memang terkejut tapi juga senang, Hyerin-nya mulai dewasa.



"Bagaimana bisa?" Tanya Yoochun, semua bersabar menunggu jawaban Hyerin.



"Tentu saja aku siap! Disana ada Jae oppa!" Jawab Hyerin merajuk, semuanya tertawa. Hyerin tidak siap tandanya.



"Yah bocah, jangan mengatakan omong kosong. Ia akan serius melakukannya asal kau tahu" protes Jaejoong yang tidak sabar, Hyerin sudah membelakangi semuanya. Marah. Merajuk. Seperti yang mereka kenal.



"Hyerin-ah, aku tidak akan meninggalkanmu" ujar Yoochun, Hyerin membalikkan tubuhnya dengan linangan airmata.



"Ia akan meledak" bisik Junsu pada Yoonae, Yoonae terkekeh.



"LALU MAKSUDMU APA MENGATAKAN ITU PARK YOOCHUN?"



Memutar tubuhnya lalu berteriakan dengan nada meledak itu membuat semua menutup telinganya kecuali Junsu, Jaejoong dan Yoochun karena mereka terlalu biasa dengan hal itu.



"Dia berisik sekali" gerutu Seunghyun pada Hana, Hana mengangguk.



"Lalu, jawab aku yang sebenarnya yang akan kau rasakan nantinya" ujar Yoochun, Hyerin memukulnya asal. Ia membenci menjawab hal konyol didepan banyak orang seperti ini.



"Tentu saja aku tidak siap! Huuaaa~ aku sudah mulai menyayangimu tapi... Hueeeee~"



Tangisan dipelukan Yoochun yang terlihat sekarang, Hyerin benar-benar sudah tidak dapat di pisahkan oleh Yoochun.



"Kalau begitu kau harus sepakat atas satu hal Hyerin-ah" ujar Minho lembut, Hyerin melepas pelukan lalu menghapus airmatanya.



"Sepakat apa? Hiks" isaknya, Siwon mendekat pada keduanya.



"Turuti saja dia nantinya" ujar Siwon pada Yoochun, Yoochun mengangguk.



"Kau harus sepakat hidup bersamaku selamanya, agar kau tidak perlu lagi takut akan kutingggal pergi" ujar Yoochun, Hyerin menatap Yoochun mencari kebohongan dimatanya. Tak ditemukan, Yoochun benar-benar tampan saat ini, wajah seriusnya tidak pernah setampan ini.



"Hidup bersama? Kita sudah hidup bersama bahkan hampir satu umm dua tahun 'kan?" Jawab Hyerin, ini sulit bagi Hyerin.



Seunghyun mendekatkan diri pada Hyerin, merengkuhnya dihadapan Yoochun.



"Seperti yang kulakukan pada Honey, mengikatkan hubungan suci dihadapan Tuhan. Hidup bersama dan melakukan segalanya bersama tanpa takut kehilangan karena sudah terjaga dengan ikatan suci yang kami buat" ujar Seunghyun menjelaskan, Hyerin yang semula menatap Seunghyun kini menatap Yoochun.



"Kau tahu? Aku tidak suka saat kau sendirian karena kau akan menangis. Aku tidak suka saat kau kesusahan karena kau akan menangis lagi. Aku juga benci saat kau disakiti orang lain karena kau pasti akan menangis dan mencari orang tempat berlindung, aku hanya ingin ada diriku disaat kau butuh"



Penuturan Yoochun benar-benar lebih dewasa daripada Jaejoong, menggetarkan hati Hyerin disana. Sikap player yang sering dikeluarkan Yoochun kini tak nampak, hanya ada sikap penuh cinta darinya untuk orang yang dicintainya.



Siwon dan Seunghyun mundur perlahan, Hyerin sudah percaya sekali pada Yoochun.



"Lalu kau ingin apa? Aku tidak mau kau pergi ke Amerika menjalankan pengobatan sialan itu Chunnie! Bukankah kau yang bilang jika bersamaku, kau akan baik-baik saja?"



"Maka dari itu jangan pergi dariku, aku bisa mati tanpamu"



"Bukannya kau yang mengatakan ingin pergi huh? Aku memang tidak segera mati, mungkin aku akan gila terlebih dulu seperti dirimu lalu mati kemudian"



"Aku tidak pernah berniat meninggalkanmu nona Choi"



"Apa? Tidak pernah berniat? Kau saja baru mengatakannya tadi! Kau bertanya padaku apakah aku siap kau tinggalkan? Itu sudah ada lintasan niat lewat di otak tidak warasmu itu tuan Park!"



Adu argumen diantaranya menghasilkan kesunyian, ini pertengkaran yang sulit. Antara seorang Hyerin yang terlalu kekanak-kanakan dan seorang Yoochun yang terlalu gila.



Yoochun mempunyai kelainan jiwa sejak kecil saat orangtuanya berpisah, ia tidak akan melepaskan orang yang ia benci atau ia cintai. Ia akan membuat orang yang ia benci jera dan akan membuat orang yang ia cintai hidup bersamanya, apapun caranya.



Saat kelas satu sekolah menengah ia hampir membunuh orang yang sempat mencaci maki ibunya dan memukuli lima belas preman yang dikirim oleh sekolah tetangga sendirian dengan tangan kosong karena mereka berniat mencelakakan Hyerin, gadis yang mencuri perhatian dan hatinya.



Deru nafas diantaranya terdengar jelas, emosi cinta yang terlalu pekat terlihat.



"Hyerin dengarkan aku sekarang"



"Aku mendengarkanmu sejak tadi Yoochun"



Suasana tidak seperti yang direncanakan, Yoochun menutup matanya guna mengontrol emosinya. Ia takut melukai kekasih hatinya saat bahagia baginya ini.



"Kita pernah membahasnya" ujar Yoochun lembut, Hyerin mengangguk.



"Banyak hal yang pernah kita bahas berulang kali Yoochun-ah" jawab Hyerin yakin dengan menganggukkan kepalanya.



"Aku tidak ingat banyaknya hal yang kita bahas Hyerin-ah" ujar Yoochun, Yoochun terus menahan tatapan lembutnya.



Jika itu Hana atau Yoonso atau juga Yoonmi mereka bisa saja luluh dengan tatapan tulus nan lembut dari pria seperti Yoochun.



"Tentang biaya apartemen, pembagian tugas merapikan apartemen, tentang siapa yang memasak hari ini, tentang jadwal kerjamu dan-"



"Itu semua tidak terlalu penting bagiku Hyerin baby" potong Yoochun, Hyerin mengernyit heran dan berpikir. Hal apa yang ia lewatkan.



"Lalu apa?"



"Kau akan membencinya"



"Tentang kau pergi? Sebaiknya kau cepat mati saja Chunnie baby"



"Kau tega sekali eoh?"



"Lebih baik kau mati lalu aku sendirian, lalu juga kau hanya milikku sampai kau mati"



"Hyerin baby, jangan membahas kematian"



"Katakan intinya! Kau ini takut sekali, sih!"



"Berjanji padaku kau tidak akan marah"



"Hmm aku janji Chunnie baby"



"Aku mau menikahimu"



"Menikah? Yang benar sa- Apa? Menikah?"



Hyerin sejenak tidak menyadari kata-kata Yoochun karena sibuk berargumen dengan Yoochun.



Yoochun berlutut dihadapan Hyerin lalu mengeluarkan surat dan kotak persegi berlapiskan beludru merah yang terdapat cincin cartier didalamnya.



"Mau kah kau menjadi istriku?" Tanya Yoochun, Hyerin masih terpaku.



Entah apa yang dipikirannya. Wajah shock, terkejut, tidak mengerti dan tidak mendengarnya itu sama dengan wajah yang ia tunjukkan saat ini.



"Hyerin-ah" tegur Yoona menyadarkan anaknya dari dunia bergelut dipikirannya, saat ini Hyerin mirip sekali dengan Yoonso si gadis wajah kosong atau Bonyari.



"Eh? Chunnie baby?"



Yoochun tidak melepaskan tatapan matanya sedaritadi, ia memandang Hyerin diatasnya yang memandangnya penuh teka-teki, gadisnya ini sulit diterka.



"Ya Hyerin baby?"



Jaejoong merasa tidak kuat akhirnya ia meninggalkan semuanya perlahan dari sana yang fokus pada Yoochun dan Hyerin, ini terlalu mendramatisir keadaan, Yoochun yang romantis membuatnya kesal.



"Kau yakin?" Tanya Hyerin, Yoochun tersenyum lebih lembut lagi.



Jika gadis dewasa mana saja yang melihatnya harusnya sudah luluh tapi Hyerin hanyalah anak-anak, susah membuatnya luluh hanya dengan penampilan saja.



"Sangat yakin" jawab Yoochun.



"Kau yakin menikahi anak kecil?" Tanya Hyerin lagi.



"Tentu" jawab Yoochun lagi.



"Kalau kau yakin dan serius dengan keputusanmu, ayo kita menikah"



1



2



3



Semua belum menyadari



4



5



Semenjak kejadian empat tahun lalu tak ada yang membahas tentang pernikahan atau mengajaknya menikah, sekalipun pernah Hyerin kembali depresi karena trauma terhadap masa lalunya.



6



7



Semua memandang satu sama lain kecuali Yoochun dan Hyerin yang berpandangan penuh cinta dan kelembutan, keduanya tersenyum.



8



9



Semua meyakinkan dirinya masing-masing bahwa tadi adalah suara Hyerin atau ilusi.



10



"Hyerin-ah? Kau ingin menikah?" Tanya Junsu hati-hati, Hyerin tersenyum ke Yoochun untuk izin melepaskan pandangannya ke Junsu, Yoochun tersenyum tanda mengizinkannya lalu pandangan mereka terlepas.



"Aku yakin ingin menikahinya Junchan" jawab Hyerin, Junsu tersenyum lega.



"Kau sehat Hye?" Tanya Minho, Hyerin terkekeh.



"Sangat sehat" jawab Hyerin.



"Kau yakin? Kau tidak akan membuat tubuh kurusmu menurun seperti tulang kering 'kan?" Tanya Hana memastikan, Hyerin menatap Hana dan terkekeh.



"Geureohjyo" jawabnya lagi.



"Apakah ini adalah bagian dari skript drama musikal Junsu?" Tanya Changmin tak percaya, Junsu menatapnya kesal.



"Dia sedang serius Chwang!" Tegur Yoonso, Changmin menatap Hyerin tak percaya.



"Dia tumbuh perlahan bersama psycho itu" kekeh Seunghyun, Yoochun menoleh sedikit dan tertawa.



"Yoochun-sshi memang psycho bagi kalian tapi jiwanya yang psycho sementara hatinya tidak" tutur Yoonae, Junsu menatapnya, ia membenarkan kata-kata Yoonae. Yoochun senyum.



"Namgil abeoji... Hyojoo eommeoni..." Panggil Hyerin, keduanya tersenyum menanggapi panggilan anak sahabat mereka yang sudah mereka anggap seperti putri sendiri.



"Ada apa Hyerin-ku?" Tanya Hyojoo.



"Kau tidak akan kecewa dengan keputusanku?" Tanya Hyerin hati-hati, ia sangat menyayangi keluarga Kim.



"Tentu kami akan bahagia melihat putri kami juga bahagia, kami bahkan kecewa putra kami pernah mengecewakanmu" ujar Namgil menggantikan Hyojoo, Hyerin tersenyum lebar.



"Izinkan aku menerima Yoochun menjadi suamiku semuanya"



Ucapan Hyerin seperti sebuah penerimaan dan awal yang tak terduga bagi Yoochun, Hyerin bersimpuh didepan kekasihnya yang tengah berlutut dihadapannya.



"Bagaimanapun kau sudah berusaha menyembuhkan luka lamaku" ujar Hyerin lembut mengelus pipinya dengan tangan mungilnya.



"Kau adalah morfin bagiku" tutur Yoochun yang tengah memejamkan matanya, sentuhan yang ia sukai.



"Apakah ada alasan untuk menolakmu?" Tanya Hyerin yang mengambil surat dan kotak yang berisi cincin untuk dirinya.



"Aku yang mempunyai kelainan jiwa bahkan merasa tak pantas di sampingmu tapi kau terus meyakinkan diriku bahwa siapapun bisa pantas berada didekatmu, sekalipun aku adalah pembunuh"



Yoochun memang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dimata yang lainnya. Orangtua Hyerin, orangtua Junsu, sahabatnya pun bahkan Orangtuanya sendiri memandangnya seperti itu tapi bagi Hyerin ia sering menunjukkan bahwa ia tidak percaya diri.



"Jika kau pembunuh aku hanya harus membenci kesalahanmu bukan dirimu Chunnie baby" tutur Hyerin "Kau mau 'kan memakaikanku cincin ini?" Tanyanya kemudian.



"Tentu Hyerin baby" jawab Yoochun lalu mengambil kotak ditangan Hyerin kemudian membuka kotaknya dan memakaikan cincin itu di jari manis kanan Hyerin.



"Jari manisku penuh dengan pemberianmu Chunnie baby" ujar Hyerin, Yoochun memandangnya dengan sangat bahagia.



Ia tidak percaya bisa sedekat ini dengan pencuri hatinya. Biasanya ia akan menaruh dendam pada siapapun yang mencuri hal berharga darinya tapi Hyerin dikecualikan selamanya. Ia mencuri hal yang tak terduga, hal yang tak dapat diraih dengan tangan tapi dengan kelembutan dan ketulusan anak kecil didepannya.



Hyerin bukanlah gadis beruntung kekasih dari Park Yoochun yang mereka puja sebagai pria sempurna karena setiap manusia memiliki kekurangan dari kelebihannya.



"Aku merasa sangat tenang dan bahagia saat ini Hyerin baby" timpal Yoochun dengan mencium cincin yang baru saja ia pakaikan.



"Seperti orang yang mau mati saja ucapanmu hyung" sela Changmin, semua menatapnya kesal.



"Min..." Tegur Yoonso, Changmin mengangguk lalu menghiraukan tatapan dari yang lainnya.



"Kenapa berkata seperti itu? Apakah selama ini kau belum sebahagia ini?" Tanya Hyerin, semua tercengang.



"Kukira dia akan mengatakan 'apakah selama ini kau tidak bahagia denganku?' Tapi... Astaga" potong Seunghyun, Yoochun membuat tangan kiri Hyerin memegang pipi kanannya.



"Sulit dipercaya" sela Minho.



"Akhirnya aku bisa memilikimu" lanjut Yoochun. "Aku bahagia bisa memilikimu secara resmi, secara legal dan suci dihadapan Tuhan"



Semua kelembutan Yoochun yang tak pernah dilihat yang lainnya terlihat jelas.



"Lalu ini apa Chunnie baby?" Tanya Hyerin sembari membuka surat yang terlipat itu.



"Sebuah undangan yang akan ku cetak banyak, aku akan menikahimu dan membesarkan acaranya. Teman ayahku, ibuku, temanku, temanmu, teman ayahmu, ibumu lalu alumni dari universitas dan teman-teman sekolah menengah kita dulu. Aku baru membawa contohnya. Tepat saat perayaan ulangtahun-ku" ujar Yoochun dengan semangat. "Yoonso yang mendesignnya" lanjutnya.



"Kau sudah merencanakannya?" Tanya Hyerin kaget, Yoochun mengangguk.



"Sudah, sejak lama" jawab Hana yang membocorkannya.



"Jika kau menolak seperti tiga tahun silam, ia akan terus menunggumu" lanjut Minho, semuanya tahu itu.



"Kalian merencanakannya bukan hanya Chunnie baby sendiri" tutur Hyerin.



Lalu Hyerin membaca isi dari undangan tersebut.




'Resepsi pernikahan : 4 Juni 2015


Acara pernikahan : 4-7 Juni 2015




Park Yoochun & Choi Hyerin wedding'




"Minggu depan?! Chunnie baby kau sudah gila?!" Pekik Hyerin, Jaejoong yang mendengarnya dari balik counter tempat ia menjadi barista hanya tersenyum.



"Aku memang gila baby" timpal Yoochun.



Hyerin memang sering bicara terlalu terbuka dan mengatainya yang benar-benar kekanakan.



"Bukankah sebuah pernikahan dipersiapkan empat perangkat?" Tanya Junsu pada Yoochun, Yoochun tersenyum.



"Baju pengantin, catering, tema pernikahan dan Tuhan" jawab Hana dan Minho bersamaan.



Tentu mereka tahu karena mereka lebih pengalaman.



"Jaejoong hyung memberikan data ukuran tubuh Hyerin dan mendesain gaun untuk Hyerin juga ia sudah selesai membuatnya" jawab Yoochun, Jaejoong tersenyum.



Hyerin bisa memakai baju pengantin tapi mempelai prianya bukanlah Jaejoong .



"Makanan? Itu mudah, aku sudah memperhatikan dirinya delapan tahun" lanjutnya.



"Memang kau tahu apa?" Tanya Yoona buka suara.



"Aku tahu ia hanya suka makanan manis dan tteokkpokki" jawab Yoochun, ia benar.



"Tema pernikahan dipilih langsung oleh Namgil ahjussi, gomawo" ujar Yoochun, Namgil tersenyum. "Tema pernikahan kapal ferry" lanjutnya.



"Dulu aku menyukai dirinya menyatu dengan bunga-bunga tapi ia terlihat lebih manis jika keindahan laut beserta alamnya menyatu secara alami pada dirinya" jawab Namgil, Hyojoo terkekeh.



"Walaupun kau tidak jadi calon menantuku setidaknya kau masih anakku" ujar Hyojoo.



"Tentu eomma, tidak ada istilah mantan ibu atau ayah 'kan?" Jawab Hyerin. Keduanya mengangguk, setuju dengan statement si bocah kecil yang akan segera menikah ini.



"Jadi, kau mau menikah dengan Yoochun?" Tanya Jaejoong, semua menoleh kearahnya.



"Tentu saja"



Semua sangat bahagia walaupun sedikitnya ada yang cukup kecewa.



Keluarga Kim contohnya, karena Hyojoo menginginkan anak angkatnya menyandang menjadi menantu tersayangnya, kemudian Namgil yang cukup tidak rela anaknya menikah dengan orang gangguan jiwa seperti Yoochun namun tetapi akhirnya ia melepaskan anak itu karena Hyerin tampak bahagia dengan Yoochun sementara Junsu kecewa, ia tidak bisa mendapatkan keponakan lucu bermarga Kim yang berasal dari rahim temannya.



"Hadiahku kau buka setelah dua bulan pernikahan saja ne" ujar Minho, Hyerin mengangguk.




1 weeks later



Gadis yang terlihat manis dan cantik merangkap jadi satu itu menatap dirinya kedepan cermin. Dulu saat ia fitting baju untuk mantan tunangannya, ia bergemetar dan sangat cemas tapi beda kali ini. Ia merasa bahagia. Gaun yang indah membuat dirinya terlihat dewasa dan tenang. Balutan gaun putih dengan rambut yang sudah disemir hitam dengan potongan rata, baik kerataan poni ataupun bagian lainnya. Make up natural yang membuat dirinya masih tidak percaya bahwa pantulan yang ada dicermin adalah dirinya, Choi Hyerin.



Cklek



Seorang pria tampan dengan balutan jas armani dan celana kainnya muncul tapi Hyerin tidak menoleh juga.



"Hyerin-ah" panggilnya, Hyerin tidak menyadarinya.



Pria itu berjalan pelan menuju Hyerin yang sedang terduduk dengan tatapan masih kearah cermin.


"Halo Park Hyerin" panggil pria itu kemudian Hyerin baru tersadar dari lamunannya.



"Oh, Jaejoong oppa..."



Jaejoong datang karena khawatir. Ia tahu trauma mendalam mantan kekasihnya tersebut maka ia datang tanpa orang tahu. Hyerin diberi waktu untuk sendiri dan kini Jaejoong datang.



"Kau gugup, ya?" tanya Jaejoong, Hyerin menatap Jaejoong yang berada dibelakangnya dengan senyuman.



"Tentu, rasanya ingin teriak" jawab Hyerin.



Jaejoong memegang kedua bahu Hyerin yang terekspos dengan indah seolah memberi kekuatan. Bagaimanapun ialah orang yang membuat Hyerin lemah selama beberapa tahun ini. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Hyerin dengan caranya.



"Sayangnya bukan aku yang menunggumu didepan altar" ujar Jaejoong dengan senyumnya. Ia mencubit pipi Hyerin.



"Aish, oppa" rengeknya, Jaejoong tertawa.



Ia senang Hyerin masih tertawa tandanya ia tidak begitu khawatir atas semuanya.



"Saat berjalan didepan sana bersama Siwon abeoji kau hanya harus berpegangan erat padanya selama melangkah. Ialah yang menguatkanmu, menginginkanmu lebih dari apapun. Saat sampai depan altar sana hatinya bercampur aduk" ujar Jaejoong memberi Hyerin sebuah pencerahan agar kuat.



"Kenapa bercampur aduk?" tanya Hyerin. Jaejoong tersenyum. Masih saja seperti ini, polos dan berfikir lamban.



"Karena saat didepan altar sana ia akan melepaskan genggaman erat tanganmu yang dulu berpegangan penuh padanya untuk belajar berjalan. Melepaskan genggamanmu yang selalu ia tolong saat kau jatuh. Melepaskanmu pada pria sesuai pilihanmu dan berharap pria itu akan menggantikan peran Siwon abeoji, algettji?" lanjut Jaejoong.



Respon Hyerin membuat Jaejoong rapuh. Hyerin meneteskan airmatanya, betapa sedihnya membuat Jaejoong meremas erat namun tak menyakiti bahu Hyerin.



"Aku meninggalkan abeoji, geuchi?" tanya Hyerin dengan airmatanya yang menetes, ia menatap Jaejoong dari pantulan cermin.



"Kini Park Yoochun yang akan menggengammu erat dan melindungimu dengan kedua tangannya seperti apa yang Siwon abeoji lakukan padamu sampai sekarang" jawab Jaejoong.



Hyerin memegang tangan kanan Jaejoong yang berada dibahu kanannya.



"Aku yakin... Park Yoochun tidak akan mengecewakan appa" ujarnya dengan menatap Jaejoong mantap.



"Akupun berdoa seperti itu untukmu Hyerin sayang" jawab Jaejoong dengan mengecup pucuk kepalanya dengan penuh penghayatan.



Ia menyesap bau harum shampoo Hyerin yang tidak berubah sejak dulu. Ia tidak akan pernah bisa melakukan ini dimasa mendatang karena gadis kecilnya bukanlah miliknya lagi, tapi milik Park Yoochun sepenuhnya.



Cklek



Seorang pria datang dengan balutan jas armani dengan tatanan rambutnya yang high class. Sebutlah itu Jung Yunho. Penggemar fanatik gadis kecil yang sifatnya empat dimensi ini, pemandangan didepannya bukanlah hal baru lagi karena ia tahu apa yang dilakukan Jaejoong kali ini.



"Hyerin sayang, 10 menit lagi. Kau sudah siap?" tanya Yunho yang masih didepan pintu. Hyerin menoleh sementara Jaejoong sudah berdiri tegak saat Yunho terlihat pantulan cermin.



"Kau bisa memberinya saran sekarang Yunho. Esok dia milik Park Yoochun si psycho gila itu" ujar Jaejoong dengan santai, ia tidak tahu Hyerin sudah marah dengan kalimatnya itu.



Tangan Jaejoong masih tersampir dibahunya dan ia membalas perkataan itu dengan satu tindakan namun pasti berbekas untuk tiga hari kedepannya.



KRAUK!



"AW! APPOYO! HYERIN-AH! LEPASKAAANNN" teriak Jaejoong kesakitan saat tahu punggung tangan kanannya digigit Hyerin dengan beringas.



"Kau tunggulah petir baru si kelinci gila itu akan melepaskan gigitannya" ujar Yunho dengan tawanya yang khas.



Kini Junsu dan Changmin datang melihat situasi. Setelah mereka datang Hyerin baru melepas gigitannya yang menjiplak giginya disana.



"Tiga hari hyung" ujar Junsu dengan menahan tawanya.



"Kkaja Hyerin. Siwon abeoji sudah menunggumu jangan mengulur waktu lebih lama lagi dengan si Jaejoong wajah manga ini" ajak Changmin dengan menatap Jaejoong tidak suka.



"Wajah manga? Asal kau tahu Shim. Aku ini tampan dan kau kalah tampan dariku" jawabnya, Changmin memutar matanya malas.



"Kutunggu kau sehabis acara sakral, arraseo?" ujar Changmin.



"Chwang mau kugigit?" tawar Hyerin yang kini mendekati Yunho, Junsu dan Changmin sementara Jaejoong mengikutinya dari belakang.



"Tidak. Terima kasih" jawab Changmin cepat.





Sekarang Hyerin sudah bersama Siwon, sang ayah dimana akan mengantar anaknya ke calon suaminya didepan altar. Semua hadirin sudah berdiri dan menatap Hyerin dan Siwon sementara sang mempelai prianya sudah menunggu didepan bersama pendeta dengan senyum cerah.



Yang Hyerin tahu saat ini adalah memegang tangan ayahnya dengan erat, berjalan kearah mempelai prianya dan mengucapkan janji setia dihadapan Tuhan, keluarga dan sanak saudara.



"Siap sayang? Appa akan memegangmu dengan erat jika sewaktu-waktu kau terjatuh" tanya Siwon, Hyerin menoleh kearahnya dan tersenyum.



"Aku sangat siap appa, tolong terus genggam tanganku"



Setelahnya keduanya berjalan dengan diiringi dentingan piano yang dimainkan oleh Jaejoong.



Minho meneteskan airmatanya seolah akan melepas adiknya pergi, entah kenapa ia sulit bernafas tapi beruntungnya ia memiliki istri yang tahu apa yang ia rasakan maka sang istri, Lee Hana memberinya kekuatan dengan mencium pipinya walaupun airmata itu terus mengalir.



Junsu menatap Hyerin sang mempelai wanita dalam pernikahan hari ini dengan senyum bahagia. Hyerin sudah mengabdi pada dirinya selama 20 tahun. Mungkin setelah ini Hyerin akan jarang muncul untuk dirinya karena Hyerin sudah memiliki kewajiban yang lain.



Kedua orang ini merasakan kehilangan yang sangat kentara setelah Jaejoong, kedua orangtua Hyerin, orangtua Jaejoong dan keluarga Yoochun.



Kini lagu pengiring sudah berhenti dan Hyerin sudah berada dihadapan Yoochun. Siwon memberikan tangan gadis kecilnya kepada Yoochun.



"Jaga putri kecilku baik-baik, kupercayakan Hyerin padamu Park Yoochun" ujar Siwon.



Ternyata ada yang tidak senang.



"Humph appa! Aku putri besar bukan kecil" protes sang putri.



Semua hadirin terkekeh dengan sikap imut tak disengaja tersebut. Pendeta ikut tertawa melihat sang mempelai wanita tenang dan begitu lucu.



"Tentu abeoji, aku akan menjaganya dan anda tak akan kecewa jika mempercayakan gadis kesayanganmu padaku" jawab Yoochun kemudian menggengam tangan Hyerin.



Siwon duduk dikursi paling depan bersama sang istri, Im Yoona, Junsu, Kim Namgil, Han Hyojoo, Minho dan Hana.



Semua hadirin sudah duduk dan kini pasangan itu menghadap kearah pendeta.



Pendeta membacakan ayat-ayat suci dalam alkitab kemudian kalimat sakral itupun diucapkan oleh sang bapa.



"Park Yoochun, Apakah anda menerima Choi Hyerin sebagai istrimu untuk terus mengasihinya dan melayani dia dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat ataupun sakit dan akan memelihara dia dengan setia. Berjanji akan menuntut hidup suci dengan Choi Hyerin?" tanya sang pendeta pada Yoochun yang memandang Hyerin lurus dimatanya, yang kini merona malu.



"Saya bersedia bapa atas nama Tuhan"



"Choi Hyerin, Apakah anda menerima Park Yoochun sebagai suamimu untuk terus mengasihinya dan melayani dia dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat ataupun sakit dan akan memelihara dia dengan setia. Berjanji akan menuntut hidup suci dengan Park Yoochun?" tanya sang pendeta bergantian pada Hyerin.



"Sampai maut memisahkan?" teriak Jaejoong dari kursi pianonya, sang pendeta tersenyum.



Pendeta tahu bahwa Jaejoong dan Hyerin-lah yang terdaftar dahulu tapi kini yang tercantum adalah Yoochun dan Hyerin.



"Saya bersedia"



Kemudian semuanya bertepuk tangan dengan meriah.



"Maka dengan ini ku sah-kan kalian menjadi suami istri dengan pengikatan janji suci dihadapan Tuhan. Mempelai pria boleh mencium mempelai wanita-nya"



Keduanya tersenyum bahagia dan Yoochun membuka sesuatu yang menutupi wajah Hyerin yang merupakan bagian dari gaun. Hyerin terlihat ragu.



"Bukankah ini didepan umum Yoochun-ah?" tanya Hyerin meyakinkan Yoochun bahwa Yoochun tidak terlalu suka dengan hal seperti ini.



"Ini peresmian pernikahan kita Hyerin sayang, bolehkah?" ujarnya seraya meminta izin, Hyerin yang mendapat jawaban kepastian dari Yoochun mengangguk.



"Tenang nyonya Park, kalian sudah resmi menjadi suami-istri jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan sejak detik ini" ujar sang pendeta, Hyerin menoleh kearah pendeta itu dan membungkuk hormat kemudian menatap suaminya lagi.



Yoochun memegang wajah bagian kanan Hyerin dengan tangan kirinya dan mendekatkan wajahnya. Ini mendebarkan bagi Hyerin. Kepala Yoochun miring kekiri dan mencium Hyerin dengan penuh cinta



Adegan ini mendatangkan tepuk tangan meriah. Seolah dunia milik mereka berdua jika pendeta tidak menepuk bahu Yoochun ciuman tidak akan selesai.



"CHUKKHAEYO!" teriak semuanya




******




Waktu terus berjalan tak terasa hari ini adalah bulan ketiga mereka menjadi suami-istri yang penuh pertengkaran kecil setiap harinya. Kini Hyerin sedang di trainee disalah satu agensi besar atas suaranya yang memukau pemilik perusahaan yang datang saat pentas seni universitasnya setahun lalu.



"Sayang, siapa laki-laki itu?" tanya Yoochun saat Hyerin sedang membuka kado yang rupanya hampir mencapai angka seribu itu.



"Yang mana?" tanya Hyerin masih dengan kotak kado pernikahannya.



"Yang mengantarmu pulang" jawab Yoochun sedikit datar. Ia merasa diacuhkan.



Ia sangat tahu kalau istrinya menyukai hadiah dan agak autis dengan dunianya jika sudah seperti ini.



"Oh dia, kenapa?" tanya Hyerin yang kini mendapatkan isi kadonya yang isinya adalah baju pasangan. "Baby! Lucu ya bajunya? Besok dipakai okay???"



"Aku tidak suka kau dekat dengannya Park Hyerin" ujar Yoochun yang mengacuhkan ajakan Hyerin itu.



"Dengarkan aku ya tuan Park"



"Aku mendengarkan"



"Dia itu managerku! Kenapa kau tidak hafal sih?"



Yoochun mengusap wajahnya kasar, bagaimana ia lupa kalau itu adalah managernya Hyerin? Tapi ia agak kesal kenapa harus laki-laki?



"Salahkan managermu yang sok kaya itu. Setiap mengantarmu pulang selalu menggunakan mobil yang berbeda! Kukira ia adalah pria yang berbeda" sangkal Yoochun, Hyerin mendekatinya dan tersenyum aneh.



"Cemburu eoh? Hahaha Park Yoochun cemburuuuu lalalaaaa"



Yoochun tersenyum dan menarik tubuh Hyerin kedalam pelukannya sampai ia terjatuh kebelakang yang untungnya adalah karpet tebal sembari memeluk Hyerin.



"Tentu saja istriku sayang, aku sangat cemburu eoh" ujar Yoochun agak manja dan Hyerin mencium bibirnya sebentar.



"Teruslah cemburu hihi" timpal Hyerin.



Pluk



"Apa ini?" tanya Yoochun pada Hyerin.



Sebuah kotak persegi panjang jatuh dari kantung kemeja Hyerin dan itu membuat Yoochun penasaran.



"Minho oppa bilang jangan beritahu kau apa isinya, jadi kau tidak boleh tahu" jawab Hyerin yang kini duduk diperut Yoochun.



"Kenapa?" tanya Yoochun, Hyerin menyimpannya.



"Kalau sudah kupakai baru kutunjukkan padamu katanya" jawab Hyerin yang merendahkan posisinya.


"Apa yang kau lakukan?"



Hyerin menatapnya lurus.



"Kenapa kau jelek sekali sih?"



Kemudian Hyerin bangun dan melangkah ke kamar mandi.



"Ya tuhan kukira ia akan.... Tidak mungkin ya kalau istriku melakukan itu hhhh~" molog Yoochun saat Hyerin menutup pintu kamar mandi.



Dikamar mandi Hyerin membuka kotak dari kakaknya dan membaca intruksi yang ada kemudian mempraktekannya. Beberapa menit ia tak sabar ternyata ada yang lebih tak sabar.



"Ya! Kau sedang apa sih dikamar mandi? Tidak biasanya kau mengunci pintu huh?



Suaminya tidak tenang saat Hyerin mengunci kamar mandi.



"Sebentar lagi!"



Dan hasilnya keluar beberapa saat kemudian, ia mengambilnya dan membuka pintu kamar mandi.



"Chunniiiieeeeee!" teriak Hyerin melengking, Yoochun yang duduk menunggu di tepi tempat tidur kini berjalan menuju istrinya yang berada didepan pintu kamar mandi.



"Astaga sayang aku tidak tuli. Tidak perlu teriak kan?" komentarnya tapi Hyerin menghiraukan komentar basi suaminya itu.



"Ini. Ini yang diberikan oleh Minho oppa dan aku beritahu kau karena kau ini cerewet selalu bertanya apa isinya" ujar Hyerin memberikan sesuatu pada Yoochun.



"Astaga Hyerin, kau tahu ini apa?" tanya Yoochun saat menerima itu, Hyerin tidak menjawabnya melainkan membawa kotak dan lembar intruksi yang ia baca tadi.



"Ini"



Yoochun membacanya dan melebarkan kelopak matanya.



"Tanda positif Hyerin...." ujar Yoochun menatap Hyerin serius.



"Positif apa sih?" tanya Hyerin penasaran.



Tiba-tiba Yoochun memeluknya dengan erat.



"Baby, mulai sekarang kau harus hati-hati dan kurangi jadwal latihan dance mu, arratji?" ujar Yoochun dengan masih memeluk istrinya, Hyerin memeluk Yoochun balik.



"Keundaeyo, wae?" tanya Hyerin agak bingung, Hyerin adalah gadis yang memiliki kadar mesum yang rendah jadi untuk hal seperti ini, ia masih bingung.



Yoochun mengecup bibirnya sekilas.



"Annyeong Hyerin eomma, aegi yeogisseo!"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top