S.S - 24 🔞
Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca🐼
.
.
.
.
CKITTTTTTTT
BRRRRUUUMMMMMM
BUGHHH
.
Bram langsung menancap pedal gas, membuat John yang tadinya akan mengukung tubuh Mew, terpelanting dan mengenai pintu belakang van tersebut, sedangkan Mew, terpental ke sisi kiri mobil. "AAAKHHH!!!" Merintih lalu mengusap punggung belakangnya yang terbentur pintu. "SIALAN! BISA NYETIR TIDAK, BRENGSEKKK?!" Kesalnya.
"Kejar waktu, bodoh! Kita harus datang lebih dulu sebelum mereka" Melirik kesal sekilas ke arah John lalu fokus ke jalan kembali.
"Kalaupun mereka sampai lebih dulu, mereka bisa menunggu sebentar" Menggelengkan kepala lalu melirik Mew yang sedang berusaha membalikkan tubuh ke posisi merangkak menuju ke kaca mobil untuk meminta pertolongan. John segera meraih lengan tangan kanan Mew lalu menariknya dengan kasar ke bawah kungkungannya. "Mau kemana, hmm?" Telunjuknya mengusap pipi Mew dengan lembut, membuat Mew seketika merinding hebat.
Menepis tangan John di pipinya dengan kasar. "ANDA MAU APA?? HIKSSS,,,, MENJAUH DARI SAYA!!!!" Menatap tajam lalu mendorong-dorong dada bidang John yang berada diatasnya. "HIKSSS,,,, TOLOOOONGGGGGG!!!!! PHI GULF, TOLONG AKU,, HIKSSSS,,,,, HIK,,,,, PHO,,,, TOLONG AKU,,, HIKSSSS,,,, PHOOOOO!!!!!!!" Memekik saat John menundukkan sedikit tubuhnya, menuju ke dada montok Mew untuk menyesap seluruh kulit mulusnya disana.
"BERISIKKKKKKKKK!!!!" Teriak Bram. Meraba sesuatu di kursi sampingnya lalu melempar lakban hitam pada John di belakang. "BUNGKAM MULUTNYA DENGAN ITU! SUARANYA BUAT TELINGAKU SAKIT SAJA, BRENGSEK" Mengorek telinganya dengan kelingking. "KALAU DIA MEMBUATMU KESULITAN, IKAT SAJA TANGANNYA. SUSAH AMAT, SIH? JANGAN SAMPAI NANTI SUDAH SAMPAI TUJUAN DAN KAU BELUM MENIKMATI TUBUHNYA SEDIKIT PUN"
Mendengar penuturan Bram yang ada benarnya itu, John langsung meraih lakban hitam yang dilemparkan padanya lalu membungkam mulut Mew hingga tidak terdengar teriakkan lagi dan setelahnya, mengikat kedua tangan Mew kebelakang memakai ikat pinggangnya yang sudah dilepas, mengurangi akses Mew untuk semakin memberontak. "MMMMMMMMMMM,,,,!!!!!! HMMMMMM,,,,, MMMHHHHHHH!!!!!!!" Mew berteriak sekuat tenaga yang bisa ia lakukan sambil terus histeris. Semua rasa panik dan takut berkumpul jadi satu, tepat ketika tangan kiri John mulai meraba pentil dan tangan kanan John meraba area selangkangan hingga ke penis imut Mew dengan sangat kasar.
Menatap kedua manik indah Mew yang sudah penuh dengan air mata. "Cengeng" Menyeringai. "Sebentar lagi saya akan membuatmu merasakan kenikmatan kok, Manis" Menjilat bawah bibir dan bergerak cepat menuju area ceruk leher Mew dan menikmati aroma vanilla yang keluar dari sana dengan terus menjilat dan menggigit kecil lehernya. Setelah puas, John menurunkan celana dan boxernya hingga sebatas lutut lalu memamerkan penisnya yang hitam legam dan besar ke depan wajah Mew. "Lihat!" Menjambak kuat rambut Mew lalu menempelkan wajah Mew dengan paksa ke penisnya. "Penis ini akan segera masuk dan memuaskan lubangmu HA--HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!" Tertawa puas.
"MMMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!!!!!! MMMHHHHHHHMMMMMMMMM,,,,,, MHM,, MHM!!!" Berusaha menjauhkan wajahnya dari penis menyeramkan itu.
.
BRAKKK
.
TIN,,,, TIN,,, TIN,,,,
.
"BRENGSEKKKK!! APA LAGI SEKARANG, SIALAN??" Mengusap kepalanya yang menghantam sisi mobil saat Bram tiba-tiba banting stir ke kanan, membuat beberapa mobil didekatnya mengklakson van yang dikendarai Bram secara brutal.
"BRENGSEK!!!! Kacau,, kacau,,, kacau!!" Kesal Bram sambil sesekali melirik ke arah spion.
Bingung. "Meracau apa kau, hah?"
"Lihat saja sendiri di belakangmu, Sialan" Karena penasaran, John langsung melirik ke arah belakang dan shock.
"SSSHHIIIIIIAAAAAAAA?????!!! KENAPA BISA ADA POLISI?? S--SEJAK KAPAN POLISI MENGEJAR KITA, HAH?" Bram tidak menjawab. Matanya fokus melirik kanan kiri dan tangannya sibuk banting stir sana sini, mencari jalan tikus yang tetap bisa dilalui mobil hingga melawan arus di jalan raya yang besar dan tentunya sangat berbahaya bagi siapapun yang melakukannya.
Tak ingin mengulur banyak waktu, dengan cepat John melepas celana tidur Mew secara paksa sebatas lutut, menampilkan penis imut Mew yang masih tidur lelap. *Setidaknya kalau aku di penjara, aku tidak menyesal karena sudah menyicipi tubuh anak ini* Menyeringai dan kini tangannya sibuk menyiapkan penisnya untuk memasuki lobang berkedut Mew, walau digoncang kanan kiri oleh Bram untuk menghindari kejaran polisi.
*PHI GULF!!!! HIKKK,,,,,,,TOLONG AKU,,,, HIKKSSSS,,,,TIDAAKKK,,,,, KUMOHONNNN JANGAN MEMASUKIKU,,, HIKKSSS,,, AKU MOHONNN,, SIAPAPUN TOLONG AKU,, HIKKSSSSS,,,,KENAPA AKU HARUS MENDAPAT SEMUA INI, TUHAN?? HIKSSSS,,,, APAKAH INI AKHIR YANG TELAH DITULISKAN DI AKHIR HIDUPKU? KENAPAA,,, HIKSSSS,,, KENAPA ENGKAU TIDAK PERNAH MEMBIARKANKU BAHAGIA UNTUK WAKTU YANG LAMA? HIKSSS,,,, KENAPA,, HIKSSSS,,,,??????*
Dirasa persiapan John pada penisnya telah cukup, ia membalik tubuh Mew ke posisi telentang lalu membuka lebar kedua paha Mew ke samping, memperlihatkan lubang pinknya yang kecil dan tampak menggoda itu. John segera menindihkan tubuhnya pada Mew dibawahnya agar Mew tidak dapat banyak bergerak lagi. "Selamat makan" Menjilat bawah bibirnya sekali lagi lalu hendak memasukkan penisnya ke dalam lubang Mew tanpa mempersiapkan lubang Mew lebih dulu.
Mew semakin memberontak saat ia merasakan kepala penis John menyentuh pintu lubangnya. "MMMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!!!!!! MHMMMMMMM!!!!!!! MMHMMMMM" Menggelengkan kepalanya ribut ke kanan kiri sambil menutup matanya erat-erat. *Tuhan. Lebih baik aku mati daripada disetubuhi oleh pria mesum ini hikkkssssss,,,, Tuhannn!!! Cabut saja nyawaku,,, hiksssss,,,, aku pasrah pada-Mu* Pemberontakan Mew melemah. Tubuhnya telah mencapai batas karena mengeluarkan darah sedari tadi di bagian kepala dan hidung akibat pendarahan yang disebabkan oleh Bram beberapa saat yang lalu, membuat John menatapnya senang.
Mengusap pipi Mew dengan sedikit penekanan. "Seharusnya dari tadi saja kau tidak banyak memberontak seperti ini" Kembali menyeringai dan saat sudah menemukan titik yang tepat untuk memasukkan penisnya ke dalam lubang Mew, tiba-tiba saja mobil yang dikendarai Bram oleng ke kanan karena jalan yang licin akibat hujan deras yang turun secara tiba-tiba dan menabrak pembatas, membuat Mew dan John yang tidak memakai sabuk pengaman di belakang terpelanting hebat, menabrak sisi kanan dan kiri mobil dengan kuat.
.
BRUKKKK
BUGGGHHHHHH
CKKKIIIIIIIIIITTTTTT
PPPRRAAAAAANNKKKK
.
Semua berlalu sangat cepat.
Mew yang sudah sekarat dengan darah dan pecahan kaca menusuk sisi kiri matanya, sempat sadar dan membuka sisi kanan matanya lalu terdiam. Tubuhnya bergetar seiring darah keluar dari sisi kepala dan area pinggang karena sempat menyenggol bagian pinggir dashboard dengan kuat hingga terluka dan membuat darah ikut mengalir keluar disana. *Phi Gulf* Air mata terus mengalir tiada henti. Menggigit bawah bibir, menahan hatinya yang ikut terluka. Jujur, Mew tidak mau meninggalkan orang yang sangat dicintainya. Tapi, bila memang ini sudah takdir, Mew tidak bisa menghindarinya. Pandangan mulai buram. *P-Phi,,, T--Terim--a,,, Kas-----iiihhhhhhhh--------------------*
🍃🍃🍃🍃🍃
Deg
Gulf yang tadinya hendak minum, merasakan jantungnya sakit secara tiba-tiba hingga berdebar begitu cepat. Pikirannya langsung melayang pada kekasihnya seorang. "Mew?" Sekujur tubuhnya langsung keluar keringat dingin.
"Gulf, ada apa? Kau kenapa? Sakit?" Tanya Jenie bertubi-tubi saat melihat Gulf mematung namun dengan pandangan khawatir terpancar dari matanya.
Menatap Jenie dengan tatapan yang sulit diartikan. "K--Khun,, saya-----"
.
Ddddrrrrrrttttt
Dddddrrrrrtttt
.
Reflek meraih ponsel di saku celana lalu menatap nama Kriss yang tertera disana. "Khun Jenie. Saya permisi sebentar" Mencoba untuk tersenyum sopan.
Ikut tersenyum. "Silahkan"
Mendengar itu, Gulf langsung berlalu menuju balkon agensi di lantai 10 dan menjawab panggilan dari Kriss. "Ada apa?"
"GULLFFFFFFFFFFFFF!!!!! HIIIIKKKKSSSSSSSSSSS,,,, HIKSSSSSS,, MAAF"
Tidak paham. "Kriss, bicara yang benar! Dan kenapa kau minta maaf? Ada apa, Kriss? Apa yang telah terjadi disana? Dan Mew!! Mana Mew????!!!"
",,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,," Kriss terus terisak, membuat Gulf semakin tidak tenang dan geram.
"KRISSSS!!! JANGAN BERCANDA! APA YANG SUDAH TERJADI??? MANA MEW???? KENAPA KAU NANGIS DISANA, HAH??! JAWAAAAAAAABBBBBBBBB!!!!!"
"Mew,,,,, hikkkkkkkssssssss,,,, Mew diculik. Mobil penculik itu kecelakaan dan sekarang Mew masuk UGD, Gulff!!!!! Hikkkkkssssss,,,,, dia kritis sekarang,,, hikkksssss,,,"
Hancur sudah hati Gulf. Air mata langsung mengalir deras, tak terbendung lagi. Tangan kanan yang bebas, ia kepal kuat-kuat hingga berdarah karena kuku menancap daging jarinya terlalu dalam. "Rumah sakit m--mana, Kriss? hik" Isakkan lolos dari bibir. Gulf sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di hati dan bersikap cuek saat orang-orang menatap bingung kearahnya yang mengeluarkan air mata dalam diam. "CEPAT KATAKAN!!!!" Berteriak lantang, membuat orang sekitar terkejut. Gulf benar-benar tidak peduli lagi. Semua pikirannya hanya tertuju pada Mew seorang.
"Rumah Sakit Waanjai, Gu------"
Tutttt tutttt tuttttttt
Gulf mematikan panggilan dan bergegas menuju tas di meja kerja lalu menyambarnya begitu saja hingga berlari keluar area agensi, mengabaikan panggilan Jenie dan rekan kerja lain. Gulf tidak peduli lagi bila dirinya dipecat. Yang terpenting saat ini melihat kekasihnya sesegera mungkin dengan memanggil taxi.
Gulf sama sekali tidak memperkirakan ini akan terjadi pada kekasihnya. Pikirannya kacau. Meraung-raung, merintih, hingga terus memanggil nama Mew berulang kali sampai supir taxi menatapnya horor.
*Aku tidak sedang bawa orang gila, kan?* Berusaha fokus pada jalan.
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top