S.S - 17
Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca 🐼
.
.
.
.
"Ahhmm,, nyam,,, nyam,, nyam,,, ini enak sekali, Phi" Ucap Mew dengan riang karena seumur hidupnya baru mencoba makanan seenak ini.
"Kamu suka?" Tanya Win sambil mengusap rambut Mew yang duduk di sampingnya. Tangannya sibuk menyuap sepotong daging ke mulut Mew.
"Hmmm"
"Bagus. Habiskan, na. Phi sengaja belikan semua makanan enak dan mahal ini khusus untukmu" Mew mengangguk karena mulutnya mulai penuh dengan makanan pemberian Win dan Kriss yang terus bersaing sejak tadi untuk menyuapi Mew.
"Win. Bagaimana kabar pacarmu?" Tanya Kriss tiba-tiba.
"Sudah putus"
"Uhukk,,,huk,,,uhukkkk,,,uhuk!"
"Minum, Phi" Menyodorkan gelas yang belum diminum pada Kriss.
"Makasih, sayang" Menerima lalu meneguknya dengan cepat.
Win tetap makan dengan tenang. "Gitu aja kaget. Lemah"
Menatap tajam. "Pantesan kau tidak pernah membahasnya lagi. Kenapa kau tidak bilang kalau sudah putus? Kan aku jadi merasa berdosa karena sudah bertanya"
"Masih ingat dosa?"
"Sialan!"
"Lagi pula tidak ada gunanya juga aku cerita padamu karena orang itu sudah tidak penting bagiku. Aku masih muda! Tidak seperti kau yang sudah mau setengah abad. Aku bisa dapat yang lebih baik dengan mudah. Benar kan, Nong?" Melirik Mew.
"Benar!!" Jawab Mew dengan semangat walau ia tidak mengerti.
Memeluk Mew erat-erat dari samping. "Gemesin banget sih kamu, Nong. Ayo ikut Phi pulang kerumah dan tinggal disana. Jadi adik Phi seutuhnya"
CUP
Mengecup pipi tembem Mew dan anehnya Mew tidak merasakan apa-apa. Berbeda saat Gulf yang menciumnya seperti itu, pasti ia akan langsung merasakan jantungnya berdebar kencang dan mendadak gugup.
"Heh, enak saja! Nanti Gulf marah baru tahu rasa"
Tertawa kencang, merasa apa yang dikatakan Kriss sangatlah lucu. "Bilang saja kalau kau yang tidak mau aku bawa Mew pergi, cih" Menyeringai. "Kalau Gulf, aku yakin dia tidak masalah. Dia lagi sibuk PDKT dengan wanita yang bernama May itu"
Deg
Mendengar perkataan Win, membuat hati Mew sesak dan sakit seperti tertusuk ribuan paku secara bersamaan. Sebisa mungkin ia tahan di hadapan Win dan Kriss. Mew tidak sadar bahwa tangannya sudah terkepal dan menggigit bibir bawahnya.
"Hah? May? Baru dengar. Siapa itu dan tahu dari mana, kau?"
"Iseng aja waktu aku menyelidiki Bright. Kan mereka satu tempat kerja. Kebetulan May adalah model terkenal dan janda anak 2 di agensi itu. Kata anak buahku sih, Gulf selalu dekat dengan wanita yang bernama May itu selama ditempat kerjanya" Meneguk jus jeruk.
*May,,,?* Menunduk lemah. Nafsu makannya pun langsung hilang begitu saja.
Melihat Mew menunduk lemah dan tidak memakan makanannya lagi. "Nong? Kamu kenapa, hmm?"
Mengangkat wajahnya. "Phi. Aku izin tidur dulu, ya. Tiba-tiba aku tidak enak badan. Terima kasih atas makanannya" Memaksakan senyum.
"Loh, tapi makanannya masih banyak yang belum kamu coba, sayang"
"Tapi perutku sudah tidak muat lagi, Phi" Mempoutkan bibir sambil mengusap perutnya yang membesar untuk meyakinkan Win bahwa dia benar-benar tidak sanggup makan lagi.
Menghela nafas. Win sedikit bingung dan khawatir dengan sikap Mew yang tiba-tiba berubah."Baiklah. Ayo Phi gendong ke ranjang" Menggendong Mew ala koala dan berjalan menuju kamar lalu mendudukkan Mew dengan lembut ke ranjang.
"Terima kasih, Phi"
Tersenyum. "Sama-sama" Menyelimuti Mew yang sudah berbaring. "Mau minum obat dulu?"
"Tidak perlu, Phi. Aku baik-baik saja dan nanti juga sembuh sendiri. Hehehe,,,"
"Baiklah kalau begitu" Melirik jam tangan. "Sudah malam juga. Phi pamit pulang, ya. Selamat malam, Nong manisnya Phi"
CUP
Mengecup kening Mew. "Selamat malam juga, Phi Win. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk mengunjungiku" Tersenyum.
Ikut tersenyum. "Hmmm,,, istirahatlah" Win pun pulang, diikuti Kriss yang juga pamit untuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat kemudian ruangan pun hening. Hanya ada suara tangis samar-samar Mew dari balik selimut tebalnya.
Jujur saja, ia pikir Gulf perhatian padanya karena suka. Benar dugaannya dari awal kalau Gulf hanya menyayanginya sebagai adik dan tidak lebih. Entah kenapa Mew dengan mudah dan bodohnya mengharapkan hal yang lebih dari pada itu. "Hikkss,, hikss,,," Memegang dadanya yang sakit. "Apa kubilang, Mew. Phi Gulf hanya melihatmu sebagai adik,, hikss,,, hik,,, Phi Gulf menyukai wanita normal, na. Bukan menyukai pria cacat dan lemah sepertimu,, hikss,,, hikkk,, hikssss,,, hiksssss,,,," Sesekali memukul dadanya yang semakin sesak.
¶¶¶¶¶
"Hoooaaammm,,," Gulf terus menguap di sepanjang jalan. Sesekali merenggangkan tubuhnya ke kanan kiri. Karena event besar di tempatnya bekerja, membuat Gulf mau tidak mau harus ambil lembur. Padahal, di pikirannya sudah khawatir dengan keadaan Mew yang ia tinggal hampir seharian.
"Permisi"
Berhenti lalu melirik ke arah suara. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah anda pernah lihat anak ini?" Menunjukkan foto Mew pada Gulf.
Gulf sungguh shock saat tahu orang yang dicari adalah adik manisnya sendiri. "Itu,,, anak anda?" Mencoba untuk memastikan sesuatu.
"Ya! Dan saya Ayah kandungnya. Dia kabur dari rumah sebulan yang lalu. Apakah anda pernah melihatnya?" Gulf menatap pria didepannya dari bawah keatas yang tampak seperti preman sambil menaikkan sebelah alis. *Sepertinya orang ini tahu sesuatu* Menatap curiga pada Gulf.
Tatapan matanya berhenti pada wajah pria tersebut. *Bohong! Mew pernah bilang kalau Ayah kandungnya sudah tiada. Hanya tersisa Ayah tirinya yang kejam. Jadi, ini kah Ayah tirinya?* Menatap tajam. "Maaf, saya tidak pernah lihat anak ini"
"Benarkah?" Menatap mata Gulf untuk memastikan.
Menegakkan tubuh kekarnya, sedikit memberi gerakan peringatan. "Apa jawaban saya kurang jelas?" Ucapnya dengan nada datar dan sedikit penekanan. Tangannya sudah terkepal mantap, menunggu kesabarannya habis untuk melayangkan tinju. Pria itu pun melenggang pergi begitu saja dengan tidak sopannya. Gulf menatap punggung pria itu sampai tidak terlihat lagi dengan tatapan tajam.
.
Setelah sampai di kos, yang pertama kali ia lihat adalah makanan yang masih banyak dan berantakan diatas meja. Melihat merek restaurant terpampang dengan sombong di packaging, membuat Gulf langsung tahu siapa tersangka utamanya. "Win!!" Mengusap wajahnya kasar. "Sudah kubilang beli makanan secukupnya saja. Aku tahu dia sayang sama Mew, tapi kalau tidak dihabiskan seperti ini, mubazir namanya" Bergumam sambil merapikan plastik dan sampah yang berantakan. Sementara makanan yang masih utuh dan layak dimakan, dipinggirkan dulu olehnya.
Setelah semua beres, Gulf memakan makanan yang ia pinggirkan tadi. Kebetulan perutnya sudah keroncongan karena tidak menemukan penjual makanan apapun di jam 11 malam saat ia dalam perjalanan pulang. Makan dengan lahap dan menyimpan beberapa makanan lagi di kulkas untuk dipanaskan keesokkan harinya. Sebelum membersihkan diri, ia lebih dulu menghampiri Nong manisnya yang sudah tidur lelap lalu tersenyum. "Good Night, Sweety"
CUP
Mengecup kening Mew dan berlalu untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian, terdengar gayungan air dan Mew membuka mata, menatap langit kamar. *Phi. Kalau Phi bertindak lembut padaku seperti ini terus, bagaimana aku bisa melenyapkan perasaanku pada Phi?* Setetes air mata menetes dari sudut.
.
CEKLEKK
.
Suara pintu kamar mandi dibuka, sedikit mengejutkan Mew dan langsung menutup matanya kembali. Gulf berjalan ke arah lemari plastiknya, memakai baju santai kemudian naik ke atas ranjang dengan posisi telentang. 8 menit kemudian, Mew dapat mendengar dengkuran halus dari Gulf. Perlahan membuka matanya kembali lalu menyampingkan tubuhnya menatap wajah Gulf yang sangat rupawan itu dari samping. Air mata mulai mengalir dari sudut tanpa melepas tatapannya.
Kalau boleh egois, Mew ingin sekali Gulf hanya melihat ke arahnya, menyukainya, bahkan membalas perasaannya. Tangannya perlahan terangkat lalu mengusap hidung dan pipi Gulf dengan sangat lembut. "Aku penasaran dengan reaksi Phi setelah tahu kalau aku menyukai Phi lebih dari hubungan Phinong. Apakah Phi akan bahagia? Senang? Dan mau menerimaku?" Terdiam lalu menarik tangannya kembali. "Atau Phi malah jijik, marah, menolakku mentah-mentah, dan bahkan menjauhiku?" Senyum kecut. Sungguh, ia tidak berharap mendapat pilihan yang kedua, tapi, ia yakin pasti pilihan kedua lah yang akan ia dapatkan nantinya.
Menghapus air mata yang jatuh dengan punggung tangan beberapa kali. "Baik. Aku mengalah. Aku terus merenung dan akhirnya sadar bahwa aku tidak bisa bersama selamanya dengan Phi sebagai pasangan. Masa depan untuk memiliki keluarga kecil yang Phi inginkan sejak lama sudah didepan mata dan aku tidak mungkin menghancurkan itu. Biarlah perasaan ini aku pendam sendiri karena biar bagaimanapun juga, aku yang salah karena berani mencintai Phi,,hikss--hmpp!" Langsung menutup mulut erat-erat saat isakkan lolos dari bibir manisnya lalu dibuka kembali karena tidak ada pergerakan dari Gulf. Hening beberapa saat, "Aku harap hubungan Phi dengan wanita itu lancar sampai ke jenjang pernikahan. Aku,,,,,aku,,,,,,," Air mata mengalir tambah deras. Mew yang tak kuasa langsung membelakangi Gulf.
"Nnggh,,,," Memeluk pinggang ramping Mew dari belakang, membuat jantungnya hampir melompat keluar dan reflek beku ditempat sambil terus menahan isakkan karena Gulf terus melenguh tak nyaman dalam tidurnya sambil mengeratkan pelukannya pada Mew.
Beberapa saat kemudian, Gulf kembali nyenyak. Melirik tangan berurat Gulf yang melingkar di pinggang rampingnya dalam diam. Menaruh tangannya diatas tangan berurat Gulf lalu mengusapnya kecil. "Maaf, Phi. Tolong biarkan aku seperti ini. Aku janji, untuk yang pertama dan terakhir kalinya" Menutup mata dan menyusul Gulf ke alam mimpi
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top