S.S - 13

Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca 🐢

.

.

.

.

Setelah selesai belanja, Mew memegang 1 kantong belanjaan yang ringan, sedangkan Gulf memegang 2 kantong belanjaan yang cukup berat di tangan kanan, tangan kirinya menggendong Mew ala koala. Sesekali Mew curi-curi pandang ke wajah Gulf yang tampak kelelahan sembari mengusap keringatnya yang terlihat oleh Mew. "Phi, ayo istirahat sebentar. Phi pasti lelah, kan?"

Menatap wajah manis Mew sambil tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak. Phi sudah biasa, Nong. Jangan khawatir"

Tidak percaya. "Phi. Kita duduk dulu ya disana. Mew mau lihat-lihat tamannya lebih lama" Bohong Mew sambil menunjuk ke bangku pinggir taman.

"Baiklah" Berjalan ke arah bangku yang kosong dari keramaian pengunjung. Mendudukkan Mew dengan lembut lalu duduk disebelahnya. "Hah,,," Helaan yang sengaja ditahan oleh Gulf, terdengar ditelinga Mew.

*Tuh kan, Phi Gulf kelelahan karenaku. Kenapa sih selalu bertindak kuat didepanku, Phi? Aku kan jadi tidak enak* Melirik ke sembarang arah.

Gulf mengadahkan wajahnya ke atas, memandangi kelap kelip bintang yang terus memancarkan cahayanya di sisi bulan. "Langitnya cerah ya"

.

JEDEEEEERRRRRR⚡⚡⚡

.

Suara petir yang begitu dahsyat seolah mematahkan ucapan Gulf. Mereka sontak terkejut dan saling berpelukan. "Hikss,,, Mew takut hikksss,,,," Memeluk Gulf sambil menutup matanya erat-erat. Melihat Nong nya ketakutan, langsung saja Gulf kembali menggendong Mew ala koala dan mempercepat langkahnya menuju kos.

Beruntung, mereka sampai di kos sebelum hujan deras, membuat mereka tetap kering. Menaruh belanjaan di lantai, membuka jaketnya dan Mew, menyisakan baju santai yang sejak dari tadi mereka pakai saat ke swalayan. Gulf naik ke ranjang dimana adik manisnya masih menutup erat telinga dan matanya karena petir terus saja memperdengarkan gemuruh dahsyatnya. Memeluk Mew, "Tenang. Ada Phi disini"

"Hiksss,,,, Phi,,, hikssss hikssss,,,,"

Mengusap punggung Mew dengan lembut dan terus menerus sampai Mew tertidur di pelukannya. Tersenyum melihat mulut Mew yang sedikit terbuka itu. Ibu jarinya bergerak ke pipi tembem Mew lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang. "Good night, sweety"

CUP

Mengecup kening Mew lalu membenarkan posisi tidurnya dengan sangat lembut agar adik manisnya tidak terbangun.

¶¶¶¶¶

Keesokkan Harinya,,,,

.

"Nong,, sudah siap?"

"Sudah, Phi" Memamerkan gummy smilenya.

"Imutnya adik manis, Phi" Mencubit gemas kedua pipi tembem Mew.

"Masasih?" Tanyanya sambil memajukan bibir yang tampak 2x lebih imut dari sebelumnya.

"Nong. Jangan seperti itu didepan orang lain ya" Ucapnya dengan nada peringatan.

Penasaran. "Memangnya kenapa, Phi?"

"Phi takut kamu diculik karena terlalu gemas"

CUP

Mengecup dalam-dalam pipi tembem Mew. "Phi!!" Menatap marah, berusaha menyembunyikan rasa malu sambil menetralkan jantungnya yang berdebar.

Tersenyum. "Yuk, kita berangkat sekarang" Mew mengangguk sebagai jawaban dan Gulf langsung menggendongnya ala koala yang disukai Gulf menuju ke tempat kerja barunya.

.

Hari ini, Gulf sengaja membawa Mew pergi karena Kriss harus menemui suaminya, Mild dipindahtugaskan sejak kemarin ke tempat yang lebih jauh dan Win berada diluar negri untuk mengurus perusahaan Ayahnya yang sudah diambang kebangkrutan, membuat Gulf tidak bisa menitipkan Mew pada siapa-siapa dan tidak mau meninggalkannya begitu saja sendirian karena takut terjadi apa-apa.

.

Sesampainya di GMMTV, Gulf langsung masuk ke ruangan bersama Mew yang telah ditentukan untuknya melalui email. Membuka pintu dan mendapati banyak artis papan atas disana sedang berfoto-foto termasuk Jenie, sang manajer yang akan mengarahkannya selama bekerja di agensi tersebut.

Melirik kanan kiri, mencari tempat kosong sembari menunggu Jenie selesai berfoto sambil memangku Mew.

Gulf melepas jas formalnya, "huh,, gerah" Mengibas-ngibas leher memakai tangan, dibantu oleh Mew. Maklum saja, Gulf dan Mew datang ke sana dengan menggunakan transportasi umum. Maka dari itu pula, mereka tidak luput dari tatapan orang-orang selama di perjalanan. Gulf tidak mempermasalahkannya asal mereka tidak mengganggu.

"Panas ya, Phi? Tenang saja, Mew bantu. Fuhh,, fuhh,,," Meniup angin dari mulut ke leher Gulf yang berkeringat.

"Hahahahaha,,, kamu lucu sekali, Nong. Heemm,, emessshhh,,," Geregetan dengan tingkah adik manisnya itu sambil memeluk erat-erat hingga Mew sulit bernafas.

"Ehm,, Phi,,, sesak"

Melonggarkan pelukannya. "Maaf. Habisnya kamu gemesin sekali sih" Menghirup aroma vanila pada ceruk leher Mew. "Hm,,, wangi sekali. Padahal kita memakai sabun yang sama loh" Heran. Sedangkan Mew hanya cengar-cengir. Gulf dan Mew asik bicara sampai tidak merasa kalau mereka dilihat banyak orang, termasuk Jenie dan 'orang itu'.

"Halo" Sapa Jenie.

Gulf dan Mew sama-sama terkejut lalu melirik ke arah suara. Setelah tahu siapa yang menyapanya, dengan perlahan Gulf menurunkan Mew dari pangkuannya lalu menyapa Jenie dengan sopan. "Sawadikhab, Khun Jenie" Mengatupkan kedua tangan sambil tersenyum tampan, membuat Jenie jatuh hati pada pandangan pertama.

"S--Sawadica, Khun Gulf Kanawut,,,?"

"Benar. Hari ini adalah hari pertama saya bergabung dengan agensi. Mohon bantuannya, Khun"

"Tentu! Aku akan membantumu selama disini, Khun Gulf" Matanya melirik pria manis yang sejak tadi bersembunyi dibalik tubuh kekar Gulf. "Au? Siapa Nong manis ini, hmm?" Gemasnya saat melihat wajah manis Mew untuk yang pertama kali.

"Dia adik saya, Khun. Ehm,, maaf kalau saya tidak izin sebelumnya pada anda kalau saya akan membawa adik saya kesini. Sebab, dirumah tidak ada yang bisa menjaganya. Jadi, saya khawatir dan mengajaknya kemari"

"Ohh,, tidak apa-apa, Khun Gulf. Agensi kami terbuka pada siapapun. Seperti yang Khun katakan, akan sangat mengkhawatirkan bila adik manis anda sendirian dirumah, jadi, bawa saja dan tidak jadi masalah untuk kami"

"Terima kasih, Khun Jenie"

Tersenyum. "Sama-sama. Oh ya, panggil saya Jenie saja. Saya masih muda, loh" Candanya.

Senyum canggung. "Ehm,, baik, Jenie. Kalau begitu, panggil saya juga dengan nama langsung"

"Oke, Gulf" Sama-sama tersenyum.

Mew menatap dan mendengar pembicaraan mereka dalam diam. *Phi Gulf sepertinya tertarik pada wanita didepannya* Menunduk sedih lalu menggelengkan kepala dengan cepat. *Mew. Jangan terlalu berharap banyak. Phi Gulf memang seharusnya bahagia bersama dengan wanita pilihannya. Phi Gulf tidak akan selamanya berada disampingmu, Mew. Ingat itu. Apalagi kamu hanya bisa menyusahkannya saja selama ini* Wajahnya mulai murung.

.

Mew sama sekali tidak menyadari jika seseorang memperhatikannya sejak awal. "Aw,, kasihan. Apa dia diabaikan oleh pria itu?" Terus menatap Mew dari kejauhan, menunggu moment yang pas untuk menghampirinya.

.

"Kemari, Gulf. Saya akan memperkenalkanmu pada rekan kerja yang lain"

"Baik, Jenie. Sebentar" Melirik ke arah Mew yang rupanya sudah  lebih dulu melayangkan senyum kepadanya. "Nong. Tunggu disini sebentar, ya. Phi mau melihat sekitar dulu" Tersenyum.

Menganggukkan kepala sambil ikut tersenyum. "Khab" Gulf pun berlalu bersama dengan Jenie. Mew hanya bisa menatap punggung Gulf hingga menghilang ditengah kerumunan orang asing yang tidak ia kenal. Menghela nafas. *Jangan egoiss,, jangan egois. Ini pekerjaan tetap Phi Gulf yang pertama, sudah pasti Phi Gulf sangat bersemangat dengan ini. Jangan sampai kamu menjadi penghalang karirnya, Mew* Kembali menundukkan kepala sembari memainkan jas yang Gulf tinggal layaknya anak hilang.

Tiba-tiba sepasang sepatu pantofel berhenti didepan Mew. Bingung lalu mengangkat wajahnya. Terlihat wajah tampan seseorang sedang melihat kearahnya sambil senyum-senyum, tampak sedikit menakutkan. Mew hanya diam menatapnya sambil menunggu orang itu yang bicara duluan. "Halo" Sapa pria itu dengan senyum yang terus terpatri di wajah tampannya.

"Siapa?" Menautkan kedua alis.

"Kau tidak mengingatku? Kita ketemu kemarin di swalayan"

"Hah?" Mencoba mengingat-ingat. "Ah!! Kau orang yang melakukan gaya aneh seperti ini kemarin, kan?" Memperagakan gaya pria itu memakai gerakan tangan.

Mendengar dirinya disebut aneh, pria itu menatapnya sedikit kesal lalu duduk tepat disamping Mew. "Itu styleku dan tidak ada yang aneh tahu. Kau saja yang aneh. Masa tidak mengingat pengikut Live Streamingmu sendiri? Aku yang sudah memberimu 5 stiker kemarin kalau kau lupa,,," Memajukan tubuhnya lalu berbisik di telinga Mew, ",,,,, Mewniebaby" Ucapnya sambil mendesah, membuat Mew merinding.

"Hentikan" Mendorong pria itu menjauh darinya. "I--itu bukan saya. Sepertinya anda salah orang. Saya tidak pernah melakukan Live Streaming atau semacamnya, kok"

"Bohong" Menyeringai. "Aku bukan orang yang mudah dibohongi, Mew Suppasit"

Deg

Menatap horor ke arah pria itu. "Siapa kau sebenarnya? K--Kenapa kau bisa tahu namaku?"

"Ya karena aku ini pengikutmu. Bukannya tadi sudah kukatakan?"

Mulai ketakutan. Mew baru saja coba untuk melakukan hal baru namun sudah mendapat hal menakutkan seperti ini. "Tolong tinggalkan saya sendiri" Membuang wajahnya ke arah berlawanan.

TAP

Menangkap lengan tangan Mew, membuat Mew kembali melirik ke arahnya dengan mata melebar dan nafas yang memburu karena takut. "Aku sudah memberikan 5 stiker. Apa kau tidak bisa melakukan apapun untuk membayarnya, hm? 5 stiker itu tidak murah, loh. Senilai 998.000 Baht (Rp436.203.088) kalau kau tidak tahu"

"APAAAAA???!!!" Shock. Sungguh Mew tidak menyangka angka fantastis itu hanya untuk sebuah stiker.

Kembali menyeringai. "Maka dari itu, saya mau minta sesuatu padamu untuk membayar apa yang telah kuberikan" Sekujur tubuh Mew kaku dan sulit digerakkan, membuat tangan pria itu meraja rela menyentuh wajah hingga area leher Mew. Kebetulan ruangan sudah sepi dan Gulf tidak berada disana, membuat Mew semakin tertekan.

"Hikss,,, Lagipula, anda memberikan stiker itu secara sadar, jadi, kenapa anda minta imbalannya? Anda tidak ikhlas? Kalau begitu, akan saya kembalikan uang anda segera tapi saya mohon sekarang menjauhlah dan jangan sentuh-sentuh saya,,, hiksss,,," Mendorong-dorong dada pria itu.

"Tidak perlu dikembalikan. Lakukan saja sesuatu untukku"

"Apa yang anda mau dari saya?" Menatapnya tajam.

Pria itu menatapnya dengan penuh gairah. Mengikis jarak antara dirinya dan Mew lalu berbisik. "Jangan katakan ini pada siapapun atau kau akan terima akibatnya. Aku mau,,,,,,"

To Be Continue,,,,







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top